"Jadi Van, kamu bisa ambil jersey itu hari ini?"
Mulut Vanda sudah terbuka hendak menjawab sebelum akhirnya Bio memotong. "Biar gue aja mas, kasihan Vanda kalo harus jemput jauh-jauh."
Vanda tersenyum menatap Bio. Senyum yang diartikan Bio sebagai penilaian Vanda betapa gentlenya cowok itu di matanya. Ge-er aja dulu.
"Sebenarnya produsen jersey itu bisa anter sih mas, tapi katanya dua hari lagi." Ucap Vanda setelah kembali menatap mas Bandi.
"Kalo Bio bisa jemput sekarang, kenapa nggak?"
Kepala Bio mengangguk. "Lagian kalo kita harus nunggu besok, kita akan terlalu sibuk karena juga harus urusin yang lain juga."
Mas Bandi setuju dan balas mengangguk. "Trus mau tunggu apa lagi?" Pria itu menatap Bio, "Sebaiknya lo pergi sekarang, jangan tunggu jam macet."
"Siap mas, gue pergi sama Difki."
Difki yang hendak protes langsung dirangkul oleh Bio. Dia langsung berbisik di telinga cowok itu.
"Nanti gue traktir mie tek tek!"
"OKEH!"
"Yaudah mas, kita pergi dulu." Dan keduanya hilang di balik pintu. Iming-iming mie tek-tek di saat perut keroncongan membuat Difki patuh seketika. Jika saja nanti, Bio sampai membungkus nasi padang untuknya, mungkin Difki akan menyembah cowok itu.
Kemudian kepala Vanda bergerak mencari keberadaan Angger. Sejak pagi tadi dia tidak melihat batang hidung cowok itu.
"Angger mana mas?" Tanyanya menghadap mas Bandi yang kini sibuk dengan ponselnya.
Pria itu mengangkat kepala. "Dia lagi jemput bola, kita kan dapat sponsor bola buat latihan."
Bibir Vanda membulat ber-oh ria.
Berselang 3 menit, cowok yang tadi di tanya Vanda itu akhirnya masuk ke ruangan basket. Duduk di sebelah gadis itu sambil menyambar air mineral dari dalam cool box dan segera meneguknya.
Setelah menghabiskan semua isi botol itu, Angger meletakan kunci mobil di atas meja. "Kita dapat bola bagus mas."
Mas Bandi tersenyum. "Gini kalo team basket berprestasi, apa-apa disponsorin." Pria itu terkekeh.
"Siapa dulu kaptennya." Balas Angger
"Siapa dulu juga pelatihnya." Dan keduanya tertawa.
"Oh iya Ger, lo bisa jemput sepatu sponsor itu kan? Vanda udah cocokin semua ukuran kaki lo pada, tinggal dijemput aja."
Kepala Angger berputar ke kiri, menghadap Vanda. "Sendiri aja mas?"
"Kalo Vanda mau nemenin ya kalian bisa pergi berdua." Jawab mas Bandi enteng, lalu kembali sibuk dengan ponselnya.
Alis Angger terangkat seakan meminta persetujuan Vanda.
Seakan mengerti, Vanda menganggukan kepala, "Oke." Cewek itu bangkit, "Ayo sebelum macet."
Bibir Angger tertarik, tangannya meraih kunci mobil mas Bandi di atas meja dan ikut bangkit. "Mas, kami pergi dulu ya."
"Hati-hati." Pesan mas Bandi sebelum keduanya menghilang di balik pintu.
Saat mereka sudah di koridor sekolah menuju parkiran, Vanda ingin mengambil tas ke kelas karena takut sebelum dia kembali mengambil sepatu sponsor itu, sekolah sudah bubar. Sedikit berlari, cewek itu menuju kelasnya.
"Eskul mana lagi sih yang butuh manager baru? gue juga mau..." Arum mengeluarkan kepalanya dari jendela saat Vanda sudah keluar dari kelas dengan tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...