Dipertandingan semifinal, Angger tidak hadir. Tentu saja karena cowok itu harus beristirahat, syukur-syukur bisa ikut main di final.
Dan Vanda merasa ada yang kurang di harinya begitu tak melihat batang hidung cowok itu.
Kek makan bakso tanpa saos sambal gitu. Batinnya.
Jadilah seharian ini Vanda hanya bersama Bio dan Difki. Kedua cowok itu tampak sedikit bekerja keras untuk meraih point. Alasannya karena mereka harus bertanding tanpa kehadiran Angger. Sedikit merubah strategi, Mas Bandi mulai mengatur serangan baru.
Vanda menggerakan kamera untuk memotret anggota team yang kembali ke lapangan. Kemudian dia memutar badan, berencana memotret penonton yang penuh sesak. Tapi matanya melalui lensa kamera, menangkap cowok yang hari ini membuatnya tidak semangat.
Memperdekat jarak, kamera fokus pada wajah Angger yang kini tersenyum lebar, tangannya dia lambaikan ke arah Vanda.
Click!
Vanda menurunkan kemera dari mata untuk melihat langsung cowok yang kini mendekat ke arahnya. Bibir cewek itu tertarik begitu saja.
"Gue pikir lo harus banyak istirahat?" Vanda bangkit untuk memegang lengan Angger, membantunya agar bisa duduk.
Angger menoleh begitu sudah duduk dengan nyaman, "gue cuma keseleo, bukan lumpuh."
"Tapi tetap aja." Rasa khawatir Vanda muncul.
"Gue bosen di rumah, bosen karena belum liat muka lo hari ini."
Vanda terkekeh, tanpa sadar dia mendorong tubuh Angger dari samping. Sekarang Angger sudah pandai mengombal, batinnya geli.
Angger seketika mengaduh dan Vanda yang baru sadar dengan hal itu, langsung memeluknya.
"Sorry... gue nggak sengaja."
Angger hanya diam, bibirnya tertarik lebar.
Vanda yang masih memeluk Angger, perlahan melepaskan tangannya dari tubuh cowok itu. Kini perasaan awkward menyelimutinya.
Apaan sih gue? Kalo dia mikir gue cewek gatel gimana? Padahalkan gue cuma refleks! Dalam hati Vanda mengutuk dirinya.
Cewek itu duduk dalam diam sambil menatap lurus ke depan, untuk beberapa saat tidak berani menoleh ke samping.
"Semoga team kita masuk final ya." Angger sengaja memecah keheningan. Dia tahu jika kini Vanda salah tingkah.
"Semoga." Balas Vanda masih menatap ke depan, perlahan kepalanya menoleh.
"Lo ke sini pake motor? Lo kan belum-"
"Gue naik taksi." Kepala Angger ikut menoleh, "nggak usah khawatir."
Vanda kembali memalingkan wajah ke depan, bibirnya tertarik. "GR banget lo gue khawatirin."
Angger terkekeh, "gue hanya GR sama orang tertentu."
Vanda menahan bibirnya agar tidak tersenyum lebih lebar. Bisa-bisa mulutnya sobek.
Di kuarter 3, Vanda dihubungi sekretaris Pak Gunawan terkait sponsor yang dia berikan. Vanda dan sekretaris itu harus bertemu untuk membicarakan lebih lanjut tentang jersey yang akan dipakai team saat final nanti jika team mereka lolos dari semifinal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...