Secretly Dating ● 43

3.1K 134 6
                                    


D

i kelas, Bio hanya menatap Vanda dari tempat duduknya. Kini dia kembali duduk di sebelah Arum yang berarti di belakang Vanda.

Cewek itu sedang sibuk dengan cat kukunya yang ditutupi buku latihan agar tidak terlihat oleh guru yang kini sedang berdiri di depan papan tulis.

"Bikin latihan lo!" Tiba-tiba Arum menepuk meja Bio, membuat cowok itu kaget begitu saja.

"Iya!" Balas Bio merebut pena dari tangan Arum.

"Emang lo ngerti apa yang bakal lo tulis?" Arum menaikan sebelah alisnya.

Bio nyengir, "nggak."

"Tuh kan, bego!"

Kepala Bio langsung ditoyor Arum, kemudian cewek itu menarik buku latihan Bio ke arahnya.

"Caranya gini." Cewek itu mulai sibuk menjelaskan.

Dan Bio, dia kembali menatap Vanda dari belakang, berharap cewek itu akan berbalik dan tersenyum padanya.

"...jadi gitu caranya!" Dengan senyum bangga, Arum menoleh pada Bio, dan mendapati cowok itu melamun menatap punggung Vanda.

Tangan Arum bergerak menepuk bahu Vanda di depannya yang membuat cewek itu memutar kepala ke belakang.

Mata Vanda bertemu dengan mata Bio, tapi secepat kilat cowok itu memutuskan kontak mata mereka.

"Apa?" Vanda beralih menatap Arum.

"Pinjem tipe x."

Tangan Vanda bergerak memberikan benda itu tanpa memutar kepala lagi ke belakang.

Lalu Bio menegakan punggungnya, "Van?" Mulutnya gatal sekali setelah seharian tidak bicara dengan cewek itu.

Vanda diam beberapa detik sebelum akhirnya menoleh pada Bio, diberikannya sebuah senyuman. "Ya?"

"Nanti pulang bareng gue yuk?"

"Ha?"

Bio menunduk sejenak lalu menatap mata Vanda lagi, "lo dijemput sopir lo ya?"

"Eee..." Vanda kehilangan kata-kata saat menatap wajah Bio yang jelas sekali penuh harap. Ada kesedihan juga di raut wajah cowok itu.

Rasa tak tega Vanda muncul, "gue belum telfon sopir gue buat jemput sih."

Senyum Bio terbit, "yaudah, pulang bereng gue aja!"

"Hm." Kepala Vanda perlahan mengangguk, dia kembali menghadap depan. Meraih ponsel dan mengirim pesan pada Angger untuk bertemu di ruang basket.

Angger yang kebetulan sedang ada di ruangan itu mengiyakan, penasaran dengan hal yang akan dibicarakan Vanda.

Tak lama, cewek itu datang, duduk di seberang Angger.

"Lo mau bilang apa sih?" Alis Angger menyatu.

Vanda mengangkat kepala, "Bio ngajak gue pulang bareng."

Angger mendengus. "Trus?"

"Gue nggak tega liat dia, gue-"

"Dan lo bilang iya?"

Vanda diam.

Angger membuang pandangan ke mana saja. "Itu sama aja lo ngasih dia harapan!"

"Gue janji ini yang terakhir." Vanda tampak memohon.

Angger memutar kepala untuk menatap cewek itu lagi.

"Seharian dia kelihatan nggak semangat, gue nggak tahu kenapa. Tapi kalo itu karena sesuatu yang dia rasain ke gue, gue merasa bersalah banget."

"Gue baru tahu kalo lo seperduli itu sama Bio." Angger menatap Vanda dengan raut tak suka miliknya.

"Dia temen gue juga."

Angger menghembuskan nafas, "ini yang terakhir." Putus cowok itu lalu bangkit.

Vanda ikut mengangkat bokongnya, senyumnya muncul. "Yaudah, gue ke kelas dulu ya."

"Hati-hati."

"Iya."

Angger manatap punggung Vanda yang kemudian hilang di balik pintu.

Angger juga kasihan pada Bio, rasa sedih cowok itu sehabis ditolak seakan dirasakan oleh Angger. Tapi Angger tidak memungkiri rasa cemburunya saat Bio dekat dengan Vanda.

Kini rasa was-was kembali menghampirinya. Tidak siap saat Bio kembali mendekati Vanda, mencari kesempatan.

Angger mendengus.

Kalo aja gue nggak pacaran diam-diam, semuanya nggak akan gini! Batinnya ikut meninggalkan ruangan basket.

Pulang sekolah, Angger ikut ke rumah Jip untuk bermain PS. Bio belum datang, cowok itu benar-benar mengantar Vanda pulang. Sekitar 1 jam setelah itu, barulah dia menyusul ke rumah Jip.

Senyumnya lebar sekali, ngalahin kolor si babon teman sekelas Angger yang badannya kek gentong.

"Lo semua benar, gue harus terus usaha buat dapetin Vanda." Bio menatap wajah sahabatnya satu persatu.

Angger yang sedang meneguk minuman ion tersedak begitu saja. Dia menatap Bio yang masih tersenyum lebar.

Kini semangat Bio sudah kembali, senyum itu kembali, dan yang pasti, Angger akan kembali mempunyai saingan yang nyata. Mengingat Vanda suka tak menghiraukan cowok-cowok yang mendekatinya. Hanya Bio yang punya kesempatan itu.

Dan kali ini Angger tahu, persentase usaha Bio mendekati Vanda akan lebih besar dari sebelumnya.

Tentu saja Angger tidak akan tinggal diam.

Detik berikutnya cowok itu menghela nafas panjang.

Selamat datang dunia dengan resiko pacaran diam-diam! Gerutunya dalam hati.




**********************************
Pejuang backstreet mana suaranya??? Hehehe...

*
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)


Secretly Dating (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang