Secretly Dating ● 47

2.7K 123 2
                                    


H

ari ini adalah hari di mana anggota team basket kembali ke rutinitas latihan. Begitu juga dengan Angger, setelah berpisah di gang, Vanda sama sekali tidak bertemu cowok itu sampai saat ini. Hanya berbalas pesan yang mereka lakukan.

Pandangan Vanda terarah ke lapangan basket, dari jauh dia bisa melihat Angger dan anggota team yang lain sedang beristirahat di bawah pohon. Lalu cewek itu kembali ke mangkok baksonya, menusuk daging bulat itu dengan garpu.

"Apaan sih tu cewek! Liat ke sini mulu!" Lesta mengoceh. Hidungnya yang mekar menggambarkan betapa kesalnya dia.

Vanda memutar kepala mengikuti arah pandang Lesta, di sana ada Rei yang benar saja sedang menatap ke arah meja mereka. Lalu Vanda membuang pandangan detik berikutnya. Khawatir apa tatapan Rei ada hubungannya dengan kejadian di mall kemarin?

Apa Rei liat gue sama Angger? Tanyanya dalam hati.

"Eh, kemaren lo ke mana Van?"

Vanda mengangkat kepala saat Arum bertanya. Vanda memutar ingatan, mengingat alasan apa yang kemarin dia katakan. "Oh, nemenin nenek gue."

Arum ber-oh ria, "tau gitu mending kemaren gue ke rumah lo." Ucapnya mengigit bakwan, "habis nonton pilem horror, gue cuma bengong."

"Kalian nggak nanya gue kemaren ke mana?" Lesta menatap kedua sahabatnya bergantian.

Vanda dan Arum hanya diam, kembali sibuk dengan makanan mereka. Paham sekali Lesta akan pamer.

"Gue kemaren ngedate dong sama Jipppp...!!!" Senyum Lesta muncul.

"NGGAK NANYA!" Balas Vanda dan Arum serempak, membuat Lesta langsung sebal bukan main di tempatnya.

Lalu mata Vanda tak sengaja melirik ke arah meja Rei dan teman-temannya, cewek itu masih menoleh ke arahnya.

Mengangkat kepala, dengan terang-terangan Vanda memutarnya ke arah meja Rei. Dan merasa berhasil saat cewek itu langsung pura-pura sibuk berbicara dengan teman-temannya. Merasa kelabakan dengan aksi tiba-tiba Vanda.

Namya yang sadar dengan tatapan Vanda, segera tersenyum, tak lupa melambaikan tangannya, membuat mau tak mau Vanda membalas senyum cewek itu.

Begitu jam istirahat habis, ketiga cewek itu menuju kelas melewati lapangan basket. Vanda bisa melihat Bio yang kini sadar dengan kehadirannya. Maka dari itu, Vanda berjalan cepat, segera menaiki tangga. Dia tidak mau Angger bete lagi jika melihat itu.

"Lo kenapa sih buru-buru amat?" Lesta menyusul dan bersuara di belakang Vanda. Nafasnya ngos-ngosan. Dipikir nggak capek apa buru-buru naik tangga?

"Kalo kita telat gimana?"

"Ya nggak gimana-gimana. Lo lupa kalo ketua kelas bilang pelajaran selanjutnya gurunya bakal telat beberapa menit? Kan ada rapat guru."

Tak dapat lagi mengelak, Vanda hanya diam sambil terus melangkahkan kaki.

Saat guru bahasa Inggris itu telat dari ketelatannya yang seharusnya, kelas itu kini sudah heboh, semuanya sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Ya ngerumpi lah, ya lempar-lemparan kertas lah. Dan Vanda, dia kini sibuk dengan ponselnya, berbalas pesan dengan Angger.

Arum bangkit saat tak tahu harus sibuk dengan apa. Ponselnya mati. Jadilah dia duduk di kursi kosong milik Bio di sebelah Vanda, "seharusnya tadi kita beli cemilan."

Vanda yang sadar dengan kehadiran Arum begitu cewek itu berbicara, segera memasukan ponselnya ke dalam saku seragam. Tampak terkejut.

Alis Arum menyatu seketika, "kenapa lo jadi kaget banget sih?"

"Ya lo datang tiba-tiba!"

Arum menyipitkan matanya menatap Vanda, "hayo... Lo chatingan sama siapa?"

"Ha?"

Mata Arum makin menyipit.

"Sama sepupu gue."

"Ohhh... Beli cemilan yuk!" Arum langsung menarik tangan Vanda yang segera bangkit, dan keduanya keluar kelas. Meninggalkan Lesta yang sedang fokus memasang kutek di kukunya.

Di kantin, Arum yang sedang memilih cemilan memperhatikan Vanda yang tersenyum-senyum kecil, mata cewek tomboy itu terlempar ke bawah pohon, dia bisa melihat bahwa Angger juga sedang sibuk dengan ponselnya.

Jadilah iseng Arum bertanya, "lo lagi chatingan sama Angger ya?"

Badan Vanda menegang, dengan cepat dia mematikan layar ponselnya saat Arum mendekatkan kepala ke arahnya.

"Apaan sih lo!" Vanda terkekeh sumbang.

"Oh nggak? Soalnya dia juga lagi sibuk sama hapenya." Jari Arum menunjuk ke arah Angger.

Vanda memutar kepala mengikuti arah pandang Arum sejenak, lalu melangkah begitu saja, "yuk kita ke kelas."

Arum mencibir dan mengikuti langkah Vanda dari belakang.

Lalu saat bel pulang sudah berbunyi, dengan terburu-buru Vanda memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Dia tidak mau Angger yang sudah capek latihan harus menunggunya lebih lama lagi.

Walaupun tingkah Vanda kembali terlihat mencurigakan, tapi Arum masih menahan mulutnya.

"Eh ke rumah gue yuk!" Lesta bersuara, berdiri di hadapan Vanda, "kalian kan udah lama banget nggak ke rumah gue! Gue beli sheet mask baru lhooo..." Cewek itu menatap Vanda dengan senyumnya.

"Boleh boleh, muka gue udah bedaki nih!" Arum mendekat ke arah keduanya begitu menyandang tas.

Lesta mendengus, "lagian lo cewek mainnya di mana sih, sampe muka berdaki gitu?"

Arum hanya nyengir kuda.

"Lo Van? Ikut ya?" Lesta menatap cewek itu lagi.

"Gue, em..." Vanda sibuk mencari alasan yang tidak mencurigakan, "gue ada acara keluarga. Iya!"

"Masa?" Mata Lesta menyipit.

Kepala Vanda mengangguk mencoba meyakinkan Lesta.

"Van, lo tahu nggak? Belakangan ini lo kek nyembunyiin sesuatu." Lesta menatap Vanda penuh selidik.

"Tau lo Van, lo jadi aneh tahu nggak." Tambah Arum yang disetujui Lesta dengan anggukan kepala.

"Apaan sih lo berdua, gue nggak nyembunyiin apa-apa." Balas Vanda mulai khawatir. Lalu ponselnya bergetar, ada pesan dari Angger. Tapi Vanda tidak membaca pesan itu, takut jika tiba-tiba Lesta dan Arum melihatnya.

"Mang Ading kirim pesan, dia udah nyampe gerbang. Yaudah, gue pulang dulu ya. Byeee..." Vanda berlalu dari hadapan kedua sahabatnya. Mencoba berjalan santai agar tidak semakin dicurigai oleh mereka.

Sampai di gang tempat Angger menunggu, Vanda langsung menghela nafas.

"Lesta sama Arum mulai curiga sama gue." Beritahu Vanda lalu menerima helm dari Angger dan memakainya. "Katanya akhir-akhir ini gue kek nyembunyiin sesuatu."

"Lesta kan emang kepo." Balas Angger.

"Tapi Arum ikut-ikutan curiga. Gimana kalo kita ketahuan?"

"Ya terus?"

Tangan cewek itu memukul bahu Angger tanpa permisi, "dan semuanya jadi masalah?"

Angger diam.

"Kita akan tetap jaga rahasia ini kan?"

Angger menatap Vanda beberapa detik, cewek itu kini mengulurkan kelingkingnya ke depan wajah Angger.

Dengan hembusan nafas, Angger mengaitkan jari kelingkingnya ke kelingking Vanda. Barulah Vanda menarik bibirnya untuk tersenyum.

"Ayo kita pulang!" Vanda segera naik ke atas motor.

Dan keduanya tidak sadar saat ada mata yang memperhatikan mereka.





**********************************
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)


Secretly Dating (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang