Saat kelasnya sedang tenang-tenangnya mengingat Pak Zabidi yang mengajar, Vanda dipanggil salah satu siswa yang diminta kepala sekolah untuk memanggilnya. Cowok itu berpesan pada Vanda untuk segera ke ruangan kepala sekolah karena pak Huda sedang menunggunya.
Setelah meminta izin pada pak Zabidi, Vanda bergegas menuju ruangan kepsek. Dan dia mendapati Angger yang sudah lebih dulu tiba di sana.
"Vanda ya?"
Kepala Vanda menoleh ke arah pak Huda dan mengangguk.
"Silahkan duduk."
Cewek itu mengangguk lagi dan duduk di sebelah Angger.
"Jadi begini," pak Huda yang duduk di seberang keduanya memulai maksudnya, "teman saya yang punya aparel pakaian olah raga lokal, katanya mau sponsorin team basket kita begitu melihat aksi team basket kita beberapa hari lalu."
Senyum Angger dan Vanda muncul bersamaan.
Awalnya Vanda sama sekali tak menyangka jika team basket sekolahnya itu bertubi-tubi mendapatkan sponsor. Setahunya, team basket SMA Junius memang terkenal dengan prestasi, tapi dapat sponsor hampir setiap minggu? Luar biasa sih, benar-benar sudah seperti team basket profesional. Pantas saja hanya team basket yang memiliki manager, pikirnya.
"Nah, teman saya itu minta kalian langsung datang ke kantornya untuk membicarakan detailnya gimana." Tangan Pak Huda meletakan sebuah kartu nama di atas meja, "namanya Pak Gunawan."
Kepala Angger mengangguk, meraih kartu nama itu.
"Kalo kalian bisa izin dari kelas, lebih baik pergi sekarang." Pak Huda menambahkan.
Angger dan Vanda saling memutar kepala, saling tatap beberapa detik.
"Karena teman saya itu tidak selalu ada di kantornya, bisa saja bicara dengan sekretarisnya, tapi kalo kata saya, mending bicara langsung sama Pak Gunawannya."
"Bisa Pak, lagian kelas saya lagi kosong." Angger melirik Vanda yang kini menatap Pak Huda.
Pak Huda mengangguk, beralih menatap Vanda di sebelah Angger.
"Bisa Pak." Cewek itu menjawab cepat. Memang mau bilang apalagi?
"Ya sudah, tunggu apa lagi? Jangan buat Pak Gunawan menunggu." Ucap Pak Huda sambil tersenyum.
Angger dan Vanda akhirnya keluar dari ruangan kepsek, berjalan beriringan di koridor sekolah.
"Gue minta izin ke kelas dulu." Vanda tak menatap Angger, kakinya bergerak menjauh begitu saja.
Di tempatnya, Angger menatap langit, "Gue tunggu di parkiran."
"Hm."
Dan Angger beralih menatap punggung Vanda saat cewek itu sudah berlari kecil menjauhinya. Selanjutnya melangkah menuju ruangan basket, dan beruntung mas Bandi sedang di sana sekarang.
"Mas pinjam mobil dong, gue mau ketemu sponsor."
Alis mas Bandi terangkat seakan bertanya.
"Sama Vanda, panas Mas kalo sama motor, kasian anak orang." Jelas Angger kemudian.
Mas Bandi melempar kunci mobilnya tanpa bicara yang langsung disambut Angger.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...