Secretly Dating ● 36

2.9K 123 0
                                    

Setelah mendapat izin dari dokter, di semifinal penentu, akhirnya Angger kembali ikut bergabung dengan anggota yang lain.

Kehadirannya bagai angin segar untuk Mas Bandi, pria itu lalu merangkul bahu Angger menyambutnya kembali.

"Lebih waspada karena kita akan masuk final."

"Pasti masuk final." Ralat Angger yang membuat Mas Bandi tersenyum karena semangat cowok itu. Setelah kemarin dia berharap teamnya tidak masuk final, kini Angger seakan lupa begitu melihat lapangan. Bagaimana mungkin dia membiarkan teamnya kalah hanya karena perasaan melankolisnya?

"Akhirnya gue nggak harus terlalu bekerja keras." Ucap Bio yang kini sedang memasang kaos kaki. "PR banget kalo di semifinal ini lo nggak gabung."

"Emang gue se-berpengaruh itu?" Angger menarik bibir sambil mengangkat alis.

"Lo se-berpengaruh itu men!" Bio mengangkat punggung setelah selesai memasang sepatu.

Dan sebelum memasuki lapangan, Vanda dengan senyumnya menghadap Angger. "Semangat!"

Cowok itu membalas senyum Vanda, menatapnya beberapa detik sebelum berbalik menuju lapangan.

Semua anggota berusaha agar tidak gagal untuk kali ini. Rasanya percuma saja dipertandingan sebelumnya mereka menang tapi tidak masuk final karena kalah hari ini. Sangat disayangkan jika itu sampai terjadi. Maka dari itu, sekuat tenaga Angger dan teamnya memberikan hasil terbaik.

Kini pikiran selain harus membawa teamnya ke final, sudah dibuang Angger jauh-jauh.

Pertandingan adalah saatnya dia menjadi profesional.

Pertandingan sengit itu tentu saja menghadirkan banyak penonton. Vanda yang duduk di bench mulai sibuk dengan kameranya, memotret moment setiap anggota. Lalu tiba-tiba ponsel cewek itu berdering, ada nama Lesta tertera di sana.

"Van?"

"Halo!" Balas Vanda dengan suara yang cukup keras karena sekarang lapangan itu sangat berisik.

"Lo di mana? Gue udah nyampe di stadiun basketnya!"

"Ha? Lo ke sini? Sama siapa?" Vanda menutupi sebelah telinganya agar bisa mendengar lebih jelas.

"Sama Jip sama Arum juga!"

Mata Vanda bergerak mencari keberadaan Lesta hingga akhirnya menangkap sosok itu. Lesta sedang melambaikan tangan ke arahnya. Lalu dia bersama Jip dan Arum mendekati Vanda, ketiganya menyelinap dibantu Difki agar bisa bergabung di bench pemain.

"Tumben banget Jip, lo ikut madol ya?" Tanya Vanda pada cowok itu.

"Ya madol lah, apalagi kalo bukan pacarnya yang maksa!" Balas Difki yang langsung mendapat pukulan di lengannya dari Lesta.

"Eh Van, fotoin kita dong." Pinta Lesta begitu mendapati Vanda memegang kamera. Ditariknya lengan Jip mendekat.

Arum yang berdiri di sebelah Lesta ikut mendekat, tersenyum ke arah kamera.

"Tolong ya! Lo bisa nggak ganggu dengan masuk frame nggak?" Lesta mendengus menatap Arum.

Cewek kekar itu menarik ujung rambut Lesta, memonyongkan bibirnya meledek dan duduk di sebelah Vanda.

Sebagai teman yang baik, tentu saja Vanda memotret Lesta dan Jip. Hanya agar mulut cewek itu tidak berisik.

Selanjutnya mereka fokus pada pertandingan. Beberapa kali kepala Difki ditoyor oleh Arum karena cowok itu berisik sudah seperti pelatih.

"Lama-lama di sini bisa patah leher gue gara-gara ditoyor mulu!" Difki melirik Arum yang duduk adem ayem. Seakan tidak merasa saat Difki menyindirnya.

"E cieeee..." Lesta menggoda keduanya. Dan Arum memutar bola matanya jengah, tak lupa menginjak kaki Lesta agar cewek itu diam.

Tentu saja Lesta tidak diam, justru mulutnya kian berisik mengoda Arum dan Difki.

Saat kuarter 3 selesai, Angger dan Bio ke tepi lapangan dengan keringat di pelipis sambil mengatur nafas.

"Ger lo keren banget sih." Lesta tersenyum ke arah cowok itu. Sama sekali tidak memungkiri. Angger begitu jantan dengan penampilannya saat ini. Dan Lesta yakin Vanda setuju dengannya.

"Kalo udah muji-muji gini gue curiga lo naksir sama gue!" Balas cowok itu.

Jip terkekeh di tempatnya.

"Yakali gue mau nikung Vanda!"

Mereka yang mendengar itu langsung terdiam, menatap Lesta yang sudah cengegesan karena keceplosan.

Vanda beralih pura-pura sibuk dengan kamera di tangannya. Ingin sekali menjambak rambut Lesta. Maksudnya apa coba?

Lesta di tempatnya sedikit lega saat Bio ada di ujung bench, sibuk dengan cool box. Setidaknya cowok itu tidak akan meminta penjelasan lebih lanjut.

"Maksud gue," Lesta mendekat ke arah Jip, meminta dukungan, "nikung Vanda buat punya pacar. Vanda aja masih jomlo masa gue udah punya pacar lagi."

Takut-takut Lesta melirik Vanda yang kepalanya sudah di penuhi asap tak kasat mata.

Lalu kuarter 4 dimulai, Difki akhirnya masuk bersama Angger dan Bio. Membuat mereka memenangkan pertandingan, yang otomatis membuat team mereka masuk final.

Semua anggota bersorak riang. Saling merangkul sambil melompat-lompat. Bio menarik tangan Vanda, tersenyum lebar ke arah cewek itu.

Angger yang di sebelah Jip, berhenti melompat. Menuju bench dan duduk di sana. Lalu di dapatinya Difki mendekat.

"Bio mau nembak Vanda!"

Berita itu membuat Angger mengangkat kepala, manatap Difki dengan perasaan campur aduk.

"Katanya kalo nunggu final, kelamaan." Sambung Difki duduk di sebelah Angger.

Mata Angger tertuju pada Vanda dan Bio yang kini menjauh dari kerumunan anggota. Keduanya berdiri di dekat ring basket. Tampak Bio sedang memegang kedua tangan Vanda sambil menatap kedua mata cewek itu.

Angger membuang muka ke mana saja, beberapa detik kemudian meraih tasnya dan bangkit.

"Eh lo mau ke mana?" Difki menoleh.

"Nyokap gue udah nunggu gue di rumah. Bilangin ke Mas Bandi gue duluan."

"Eh tapi,"

Dan Angger segera berbalik, melangkah menuju pintu keluar.

Vanda yang menyadari kepergian Angger terus melirik cowok itu hingga hilang di balik pintu keluar.

"Van, lo mau kan jadi pacar gue?"

Vanda memutar kepala menatap Bio di hadapannya.



**********************************
Hayolo.... Vanda terima Bio ga ya...

*
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)

Secretly Dating (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang