VANDA menuruni anak tangga saat asisten rumah tangganya memberitahu bahwa ada seorang teman yang menunggu di bawah.
"Kenapa nggak disuruh masuk Bik?"
"Lagi sibuk ngobrol di post satpam Non."
Vanda bergegas membuka pintu, alisnya menyatu. Penasaran sekali dengan temannya yang mengobrol di post satpam.
Sama Mang Ading? Siapa? Arum? Ngapain? Ngobrolin tim bola mana yang semalam menang?
Kakinya melangkah ke arah post satpam rumah. Matanya menangkap motor yang di kenalnya belakangan ini teparkir di sebelah post satpam. Kepalanya beralih untuk menatap ke sana, mendapati Angger yang tengah bermain catur bersama Mang Ading.
Dan sebelum Angger sadar dengan kehadiran Vanda, cepat-cepat cewek itu merapikan rambutnya lalu berkaca pada jendela post satpam.
"Eh Van."
Vanda menoleh, dia tersenyum. "Kenapa lo nggak masuk?"
"Habisnya seru main catur ya Mang."
Mang Ading tersenyum. Beberapa kali bertemu dengan Angger membuat Mang Ading tidak asing lagi dengan wajah anak muda itu. Lalu tadi, tiba-tiba dia datang membawakan martabak dan dengan mudah menyesuaikan diri dengan Mang Ading. Mengajak Mang Ading bermain catur disaat pria itu sedang bosan menonton berita di televisi.
"Ayo masuk dulu." Vanda membalik badan.
Angger bangkit. "Mang Ading, kita lanjut kapan-kapan ya?"
Pria itu mengangguk, tak lupa memberi senyumnya. "Makasi ya Mas martabaknya."
"Sama-sama Mang." Dan Angger mengikuti langkah Vanda untuk menuju rumah. Cewek itu kini mengenakan kaos longgar dengan celena pendek setengah paha. Kaki Vanda yang mulus di bawah langit senja membuat Angger mengalihkan pandangan. Tidak mau menjadikan Vanda sebagai objek kesesatan.
Vanda berhenti di depan pintu, membalik badan menghadap Angger. "Ayo masuk."
"Di sini aja." Angger segera duduk di kursi teras rumah mewah itu. "Gue bawa martabak buat lo."
Vanda terkekeh, lalu meminta asisten rumah tangganya untuk membawakan piring.
"Ada apa lo kesini? kenapa nggak telfon aja?" Cewek itu ikut duduk di sebelah Angger.
"Emang kita udah tukeran nomer? belom kan?"
Vanda menarik bibirnya tipis. Kode banget mau tukeran nomer telfon.
Lalu tangan Angger merogoh tasnya dan mengulurkan benda yang menjadi tujuannya menemui gadis itu.
Bibir Vanda makin tertarik lebar, "Ketemu di mana?" tanyanya tak dapat menyembunyikan raut senang. Tangannya menerima buku progress itu dari tangan Angger.
"Satpam sekolah yang simpen, katanya dia nemu di bangku bawah pohon, takut ilang makanya dia simpen, dia ngasih pas lo baru aja pergi sama Mang Ading." Jelas Angger panjang lebar.
"Dan lo langsung anter? kan bisa besok, pasti macet banget jam seginj ke rumah gue." Vanda menatap Angger tak enak.
Tinggal tambah lauk aja biar enak. YHAAA...
"Nggak apa-apa, kalo gue kasihnya besok, gue takut lo kepikiran lebih lama."
Vanda tak dapat menahan senyumnya. Apa Angger khawatir padanya?
Lalu keduanya menoleh ke arah yang sama saat mendengar klakson bersamaan dengan sebuah mobil sedan BMW memasuki pagar.
"Bokap gue pulang." Beritahu Vanda sambil mengangkat bokong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...