Vanda bergegas saat Angger sudah tiba di rumahnya. Tangan cewek itu bergerak meraih permen karet di sudut meja rias.
Angger sedang di ruang makan, bergabung dengan ayah dan neneknya saat Vanda ikut bergabung. Setelah menyelesaikan sarapan, kedua remaja itu pamit dan keluar rumah, berjalan beriringan dengan senyum penuh arti.
"Van."
"Ya?" Vanda mengangkat kepala saat mereka tiba di dekat motor Angger. Di bukanya bungkusan permen karet.
"Motor gue baru."
Vanda tergelak begitu saja, di tatapnya motor matic keluaran terbaru itu. "Gue pikir lo bakal lupa mau pamer."
Angger terkekeh, ditatapnya cewek di hadapannya itu lurus-lurus.
Tangan Vanda bergerak mengulurkan permen karet yang dibalas Angger dengan gelengan.
Angger jadi teringat saat terakhir kali dia mengunyah permen karet yang berakhir dengan tertelannya benda manis itu.
"Van?"
"Hm."
"Lo mau tahu kan apa itu indah?"
Kepala Vanda mengangguk begitu saja. Mulutnya sibuk mengunyah permen karet rasa semangka itu.
"Ayo minta gue jadi pacar lo, kalo gue yang minta, takutnya lo nolak, kalo lo yang minta, gue pasti terima."
Tatapan mata Angger membuat senyum Vanda perlahan luntur. Perut cewek itu mendadak melilit.
"Van?" Angger menelengkan kepalanya saat Vanda hanya diam.
Vanda tertegun.
Angger menggerak-gerakan tangannya di depan wajah Vanda, "Van?"
"Huwaaaa!"
Tiba-tiba cewek itu berteriak membuat Angger panik ditempatnya.
"Lo kenapa?" Angger memegang lengan Vanda bingung.
"Gue ketelen permen karet..." Dan Vanda merengek begitu saja. Niatnya yang hendak menelan ludah, malah membuat permen karet itu ikut tertelan.
Angger langsung mendekat dan mengusap punggung cewek itu naik turun, "lo mau minum?"
Kepala Vanda menggeleng, kini tenggorokannya terasa sangat aneh, kemudian tangannya bergerak memukul lengan Angger tanpa permisi.
"Lo sih!"
"Kenapa jadi gue?"
Vanda menggerakan bola matanya menatap Angger yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya.
Seketika wajah cewek itu memerah saat teringat kata-kata Angger yang membuatnya berakhir menelan permen karet.
Perlahan, Vanda menjauhkan wajahnya dari wajah Angger, lalu berdehem mencoba mengurangi detak jantungnya yang mulai tidak stabil.
Ingetin gue kalo tadi Angger minta gue nembak dia!
Angger manatap wajah Vanda yang kini sudah berubah kalem.
"Van?"
Vanda mengangkat kepala, menatap mata cowok di hadapannya dalam diam.
Angger nggak ngulang nembak gue?
Keduanya masih saling tatap untuk beberapa detik, menikmati atmosfir yang tiba-tiba membuat waktu terasa berjalan lambat. Beberapa detik kemudian mereka tertawa saat menyadari apa yang sudah terjadi.
"Jadi lo nggak mau nembak gue?" Tanya Angger menghentikan tawanya lebih dulu.
Vanda menahan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...