Mulmed : Kira-kira beda tinggi Angger dan Vanda segitu ya gays...
********************************Bel berakhirnya jam istirahat baru saja berbunyi, tatapan iri Arum dan Lesta mengiringi Vanda keluar dari kelasnya untuk kembali ke lapangan. Ingin sekali sering tidak ikut kelas seperti sahabatnya itu. "Vanda butuh asisten nggak ya?" Lesta menatap Arum yang mendengus.
"Semoga dia butuh dua asisten, paling nggak buat bukain tutup pena." Cewek tomboy itu membalas.
Vanda yang sudah menuruni semua anak tangga, menuju tempat duduk yang biasa dia tempati, bangku bawah pohon. Buku tulis dan cetak yang dia bawa, kini dia letakan di pangkuannya.
Sambil terus memahami isi buku, cewek itu menggigit roti selai nanasnya. Maklum, jam istirahat tadi dia tidak bisa bergabung dengan teman-temannya di kantin karena harus membantu mas Bandi untuk melengkapi persyaratan kompetisi.
Sekarang Vanda sudah merasa seperti manager team basket profesional, sibuk gitu.
Cewek itu mengangkat kepala saat Bio mendekat dan berakhir duduk di sampingnya. Baru saja cowok itu selesai melakukan drible dengan dua tangan diawasi mas Bandi
"Lo ngerti soal yang ini nggak sih?" Vanda menunjuk dengan jarinya.
Alis Bio menyatu, lalu wajahnya dia dekatkan, "Mmm..," cowok itu melirik Vanda, "Menurut lo muka-muka kek gue ngerti soal beginian?"
Vanda terkekeh, "Siapa tahu kan, semalam lo ngulang pelajaran di rumah."
"Wah ngeledek!" Bio ikut terkekeh, "Keknya kita butuh belajar bareng deh."
Vanda kembali menatap bukunya, "Belajar sama siapa?"
"Yaa berdua aja."
Kepala cewek itu menoleh. "Gue nggak ngerti, lo apalagi. Ya harus ada satu dong yang ngerti buat bisa belajar bareng."
"Ya kita sama-sama belajar, kalo bingung, ya bingung dua duanya."
Dan mereka tertawa.
"Besok gue paksa Jip buat ngajarin kita, gimana?"
"Ide bagus!"
Bio mengangkat telapak tangannya dan segera telapak tangan Vanda menepuknya.
Angger yang kini ada di tengah lapangan hanya diam sambil menatap keduanya tanpa kedip. Lalu dia membuang pandangan, mendrible bola di tangannya kemudian mendekat ke arah mereka.
Cowok itu melempar bola ke arah dada Bio dan dengan reflek tinggi, Bio menangkapnya.
"1x1, yang kalah beliin bensin."
Bio yang masih kaget karena kehadiran Angger, perlahan bangkit, mendrible bola dua kali lalu menoleh ke arah Vanda. "Lo mau coklat nggak?"
Vanda langsung mengangguk senang. Coklat adalah kesukaannya setelah cat kuku.
Bio beralih menatap Angger, "Yang kalah beliin coklat buat Vanda."
"DEAL!" Angger berteriak setelah kembali sampai di tengah lapangan dan Bio berlari kecil untuk menyusulnya.
Pluit yang mengatung di leher Vanda memulai permainan mereka. Vanda menjadi wasit saat akhirnya dia mengerti sedikit tentang poin-poin permainan basket.
"Foul!" Teriak cewek itu dari pinggir lapangan saat Angger melakukan pelanggaran.
Bio yang mendengar itu hanya terkekeh, "Wasit baru kita..." dia menatap Vanda.
Mata Angger ikut melirik Vanda dan bibirnya tertarik kecil. " Foul out?" Angger coba mengetes cewek itu.
"Lo baru foul sekali, foul out kan kalo udah foul 5 kali." Vanda menjawab penuh kebanggaan akan daya ingatnya yang masih menyimpan semua yang disampaikan Angger beberapa hari lalu.
Angger dan Bio terkekeh bersamaan, ikut bangga dengan pengetahuan cewek itu.
Hingga akhirnya permainan itu berakhir dengan point akhir Angger 32 - 37 Bio. Kedua cowok itu mendekat ke arah Vanda dan menerima air mineral dari cewek itu.
"Siapapun yang kalah gue tetap seneng dong!" Vanda dengan wajah gembiranya menatap kedua cowok itu.
"Oh lo beneran nagih?" canda Angger dengan wajah pura-pura kaget.
"Iya dong, awas aja kalo nggak!" Mata cewek itu menyipit.
"Awas apa?" Sebelah alis Angger naik.
"Ih! Lo kan kalah Ger! Rese banget sih!"
Angger terkekeh melihat wajah sebal milik Vanda. Ingin sekali mencubit pipi cewek itu. Eh?
"Kalo Angger nggak mau beliin, biar gue yang beliin." Ucap Bio santai.
"Gue yang kalah, gue yang beliin." Angger meneguk air mineralnya, lalu bangkit, dan pergi tanpa bicara lagi. Meninggalkan Vanda dan Bio yang menatap puggungnya dengan bingung. Jelas-jelas Angger sengaja kalah agar bisa memberikan coklat pada Vanda.
Bio pake ngerecokin gue segala! Batinnya sambil terus melangkah
"Dia nggak marah karena kalah kan?"
Kepala Bio berputar ke arah Vanda. "Nggak lah. Dia nggak sebaper itu. Gue cuma macing dia. Kapan lagi dia beliin coklat buat cewek? Biarin dia belajar romantis." Balasnya sambil terkekeh.
**********************************
*
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Teen Fiction"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...