VANDA menghembuskan nafas lelah saat melihat pasangan yang kini ada di hadapannya. Tak lupa sesekali menahan muntah saking mualnya.
Keknya lain kali gue harus sedia obat penghilang gumoh dan eneg. Ucap Vanda dalam hati. Matanya terus menyaksikan adegan memuakan itu.
"Aku kemaren pulangnya sendiri tauk!" Lesta membuat bibirnya merengut. Persis seperti bebek.
"Maaf ya Yang, nanti kita pulang bareng lagi kok." Cowok di sebelah Lesta itu tersenyum manis. Ngalahin manisnya gulali depan sekolah.
Dan barang tentu Lesta sudah ikut tersenyum. Mencoba menandingi gulali depan sekolah dengan senyum mautnya yang malah bikin cewek itu terlihat seperti nahan eek. Kini tangannya yang lincah bahkan menjawil dagu pacarnya seakan dunia milik berdua. Seperti yang sudah-sudah. Pokoknya yang lain halu, titik.
Vanda kembali menghela nafas setelah menyaksikan adegan unfaedah tersebut. Ingin sekali melempar kepala Lesta dengan apa saja. Biar sadar kalau ada jomblo yang udah seperti kambing congek di seberangnya.
"Trus pokoknya seharian nggak ketemu kamu rasanya tuh kek aku nggak pake lip balm sebelum tidur, ada yang hilang Yang... AW!!!" Lesta mengaduh di akhir kalimatnya karena Arum yang baru balik mengambil kerupuk menjambak rambut cewek itu dari belakang.
"Dia nggak ada elo," Arum merobek bungkus kerupuk dengan giginya, "kerjaannya flirting sama cowok laen seharian!" Arum menatap cowok di sebelah Lesta itu. "Tanya Vanda nih!" Lanjutnya menarik kursi lalu duduk di sebelah Vanda.
Cowok itu terkekeh saat kaki Lesta di bawah meja menendang kaki Arum.
"Ngapain lo nendang-nendang gue? Lo pikir-"
"Makan siang lo besok gue yang nanggung!" potong Lesta cepat. Matanya sudah mengisyaratkan peringatan keras pada Arum.
Senyum Arum terbit, dia berdeham. "Nggak kok, Lesta mah seharian galauin lo mulu karena kangen, diem mojok di sudut kelas sambil gigitin ujung seragam, hampir kesurupan lagi. Tadi itu gue cuma becanda."
Cowok itu tertawa lebar di ikuti Vanda.
Lesta menghembuskan nafas kesal, "Acting lo gagal, makan siang besok failed!"
"Ya kalo acting gue bagus gue udah jadi artis!" Sengit Arum melahap kerupuknya.
Cowok di sebelah Lesta kembali terkekeh, tangannya bergerak mengeluarkan dompet dari saku belakang. "Hari ini biar gue yang traktir!" ucapnya yang disambut sorakan oleh Arum dan Vanda.
Arum menatap cowok itu dan Lesta bergantian. "Sebenarnya kalian tuh cocok banget, yang satu suka traktir yang satu pelit!"
"Saling melengkapi ya." Vanda menimpali sambil terkekeh.
"Siapa? siapa yang traktir?" Tiba-tiba Bio muncul, mengambil tempat duduk di antara Vanda dan Arum. "My bro Jip, akhirnya kita ketemu lagi setelah sekian lama." Bio menjabat tangan cowok bernama Jip itu.
"Perasaan dua hari lalu kita ketemu, main game di rumah Angger." Balas Jip polos dengan alis menyatu.
"Ya iya, gue ngomong gitu biar dramatis aja."
Jip terkekeh di tempatnya. Namanya Rajif, tapi biasa dipanggil Rajip. Disingkat jadi Jip, biar keren. Dia ketua OSIS. Wajahnya proposional dengan mata rada sipit. Dia sering ikut olimpiade fisika. Lengkap sudah. Dan dialah pacar yang selalu dibangga-banggakan Lesta. Yang sangat berbanding terbalik dengan cewek itu. Cantik sih, tapi Lesta itu rada bego. Masa dia pernah dapat nilai nol di ulangan objektif sejarah? Begini ya, jika dia menjawab semua soal dengan pilihan A, setidaknya dia tidak akan dapat nol kan? Iya nggak? Hah Lesta itu, gimana nggak bodoh coba, orang otaknya hanya tentang Jip Jip dan Jip. Awalnya Vanda dan Arum heran juga kenapa Jip yang pintar bisa pacaran sama Lesta yang nggak ada pintar-pintarnya. Usut punya usut, mereka bisa pacaran karena ke agresifan Lesta. Oh tentu saja. Sok-sok-an masuk ekstrakurikuler cerdas cermat lagi biar bisa ketemu Jip yang kala itu menjadi pembimbing bahkan di saat dia masih kelas 10. Tapi ujung-ujungnya Lesta dikeluarkan karena sama sekali tidak pernah berpatisipasi. Tiap diajak ikutan lomba, pasti ada aja alasannya. Tuh anak kan rada ajaib. Pasti gampang banget buat ngeles. Sekarang dia ikut-ikutan jadi anggota OSIS pula walau sadar dia sama sekali nggak ada gunanya. Apalagi kalau hanya buat jagain pacarnya. Siap menjambak kalau-kalau ada yang berani godain Jip. Dan Jip, dia mah seneng-seneng aja dibuntutin sama Lesta tiap hari. Pacar sekaligus satpam, kalau kata Arum. Orang tuh cowok udah kecintaan banget pula sama Lesta. Katanya sih karena cewek seperti Lesta cuma satu-satunya. Yang mau jadi dua-duanya seperti Lesta juga nggak ada sih. Jip itu orangnya cool-cool gitu, nggak terlalu banyak bicara tapi ramah banget. Nah karena itu dia jadi tertarik sama Lesta yang hobinya nyerocos mulu. Dia suka cara Lesta saat membuatnya tertawa. Katanyaaaa. Kali aja Jip masih di bawah pengaruh hipnotis saat mengatakan itu. Siapa tahu?
"Jadi Van, lo udah milih eskul baru belum?" Arum dengan mulut penuh bakwan bertanya.
Di sekolah mereka, wajib bagi siswa siswinya untuk ikut satu eskul. Ikut dua eskul juga boleh, kalau kebanyakan waktu luang dan kalau sok aktif.
"Gue masih bingung mau masuk mana, ya kalo batas waktu pertukaran eskulnya udah habis, yaudah, gue di teather lagi aja. Tapi boring banget deh di sana." Vanda menghela nafas lelah. "Mana orang-orang di sana pada aneh-aneh lagi. Tiba-tiba ngomong sendiri. Katanya untuk mendalami peran. Gue nggak punya teman di sana."
"Lo masuk eskul basket aja Van." Bio menatap Vanda penuh harap. Kali aja Vanda mau, kan lumayan bisa dekat-dekat Vanda terus.
"Dribble bola aja gue nggak bisa!" Vanda balas menatap Bio.
"Gue bisa ajarin lo." Senyum Bio muncul. Jip yang memperhatikan cowok itu hanya terkekeh kecil.
Dan kini semua mata di meja itu menatap Bio.
Dasar modus! Batin Arum.
Selalu menciptakan celah di situasi apapun. Seharusnya Bio ikutan eskul 'kesempatan dalam kesempitan' yang langsung diketuai olehnya sendiri. Lesta berpendapat dalam hati.
"Ya iya, gue bisa ngajarin, gue kan jago main basket." Bio berucap penuh kebanggaan, lalu menatap Arum dan Lesta, "pada kenapa sih?"
"Nggak ah, males banget gue panas-panasan." Wajah Vanda tampak ogah-ogahan.
Arum dan Lesta sudah menahan tawanya sejak beberapa detik lalu. Bio menatap keduanya dengan dengusan kecil.
Lalu cowok itu tersenyum saat sebuah ide melintas di kepalanya. "Gimana kalo jadi manager team?"
"Hah?" Alis Vanda menyatu.
"Manager team basket yang lama, si Namya kan udah kelas dua belas, jadi dia harus fokus belajar, sekarang posisi manager lagi kosong." Jelas Bio menatap Vanda menunggu jawaban.
"Bagus tuh Van, lumayan cuci mata!" Lesta melirik Bio yang kini juga meliriknya. Lirikan Bio yang penuh permintaan terima kasih dibalas Lesta dengan lirikan meminta imbalan. 'Seenggaknya beliin gue cemilan!' Begitu arti yang di tangkap oleh Bio.
"Kerjanya juga seru, ikut ke mana-mana kalo team lagi kompetisi, dapat komisi lagi, gimana?" Bio terus mempengaruhi Vanda.
Hingga akhirnya cewek itu mengangguk dan berkata, "boleh deh!" Rasanya Bio ingin koprol saat itu juga.
"Nanti akan gue bilang sama Mas Bandi."
Kepala Vanda mengangguk lagi. Dan Bio tersenyum lebar untuk itu. Kesempatan gue deketin Vanda akan lebih besar! Cowok itu bersorak dalam hati.
**********************************
*
Jangan lupa vote dan komen yaw. Sesederhana itu gue sudah merasa dihargai =)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Dating (Completed)
Novela Juvenil"Jodoh nggak akan lari ke mana, paling ke temen." - Angger. Apa jadinya jika kalian ada di posisi menyukai gebetan teman sendiri? Ingin memiliki, tapi semuanya tidak akan mudah. Tidak ingin memiliki? Nyatanya hanya membohongi diri sendiri. Ini tenta...