Prologue: Bab I

47.9K 2.8K 204
                                    

Jalanan yang riuh, juga terik yang panas membuat suasana hati kian jengkel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalanan yang riuh, juga terik yang panas membuat suasana hati kian jengkel. Ahn Seolbi mendengus kesal di pojokan halte sembari meremas tali tas selempangnya.

Kira-kira sudah satu jam lamanya ia berdiri dan sesekali menggoyangkan kaki saat dirasa mulai pegal. Sang kakak, Ahn Nara telah membuat janji akan menjemputnya pukul dua siang. Namun, sampai pukul tiga siang tidak ada yang menjemputnya sama sekali.

Jikalau Seolbi pernah tinggal di Seoul, wanita muda itu pasti akan menaiki kendaraan umum seperti bus. Sayangnya, Seolbi terlampau takut apabila ia tersesat atau salah menaiki bus. Ia pun tidak pandai memulai permbicaraan dengan orang baru.

Kedua lengannya melipat di depan dada. Maniknya fokus menatap sepatu dokmar yang sudah membalut kakinya lama. "Sial, di mana Nara Eonni, sih?!" gerutunya sambil menggerakkan ujung sepatu dengan bosan.

Saat Seolbi tengah melamun, suara klakson mendadak membuatnya terkejut. Seolbi refleks mendongak dan mendapati mobil sedan berhenti tepat di hadapannya. Kaca jendela itu diturunkan dan menampilkan seorang pria tampan yang sudah tak asing lagi baginya.

Memutar bola mata dongkol, Seolbi lekas mendorong kopernya dan membawa masuk ke kursi tengah seorang diri sebelum masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang depan.

"Kakakmu kelelahan. Jadi, aku yang menjemputmu," timpal pria itu tiba-tiba. Seolbi hanya melirik tanpa menjawab sama sekali. Tangannya melepas dokmar yang membalut kakinya, lalu memijat lembut betisnya yang pegal. "Mau ke mal dulu? Kurasa kau butuh pijat karena terlalu lama berdiri di pinggiran halte."

Melirik sinis, satu tangan Seolbi melayang untuk memukul keras lengan kekar itu. "Awas, ya! Kuadukan pada eonni karena kau membuatku menunggu selama satu jam di sini!" omelnya. "Ahjussi ... kau masih menyimpan ini?"

"Sudah kubilang panggil 'Taehyung Oppa'—jangan ahjussi!" Taehyung menoleh untuk protes. "Dan, ya ... aku masih menyimpannya."

Manik tajam itu tertuju pada sebuah foto polaroid yang diisi oleh dua manusia lawan jenis yang tengah saling tersenyum menunjukkan gigi-giginya. Sejemang, Seolbi meraih foto yang berada di dalam dasbor mobilnya. "Apakah eonni melihat foto ini?" Taehyung lekas menggeleng disusul mobilnya yang berbelok ke arah kanan. "Buang saja. Aku tidak mau Nara Eonni menanyakan tentang foto kita ini."

"Kalau aku tidak mau bagaimana?"

Seolbi memejamkan mata kesal. Sudah cukup ia dibuat kesal karena disuruh menunggu selama satu jam dengan ditemani terik matahari yang menyengat kulit. Dan kali ini, rasanya Seolbi ingin menarik rambut hitam Taehyung saja karena pria itu sangat amat menyebalkan setelah sekian lama tidak bertemu.

"Aku tidak mau menyakiti Nara Eonni," jawab Seolbi tanpa menatap kea rah Taehyung. Wanita muda itu lebih memilih membuang muka dan melihat gedung-gedung tinggi di Seoul yang tak pernah ia lihat sebelumnya. "Lupakan dua tahun lalu. Anggap saja kalau hubungan kita hanya sebatas murid dan guru les. Tidak lebih."

"Kita melakukannya."

"Aku tidak peduli." Seolbi menoleh cepat manakala lampu merah menghentikan mobil yang tengah ia tumpangi. "Kau milik eonni sekarang. Jangan menyimpan apa pun yang membuatnya sakit hati," lanjut wanita itu kemudian.

Taehyung menjilat sudut bibirnya sebelum tersenyum miring. "Aku lebih dulu sakit hati, Bi-ya ..." Seolbi tanpa sadar meremas tali tas selempangnya dan membuang muka, lagi. "Kau meninggalku begitu saja di saat aku membutuhkanmu."

Seolbi menggeleng. Tangannya menyeka air mata yang tiba-tiba saja luruh. "Aku tidak meninggalkanmu, Ahjussi. Sudah seharusnya aku melepasmu karena perjodohan yang papa lakukan. Kau ditakdirkan untuk Nara Eonni, bukan aku."

Percakapan itu terhenti begitu saja. Taehyung meredam amarahnya yang mendadak mencuat—tak mau memperkeruh suasana hati Seolbi yang berantakan karena dirinya. Sepuluh menit dalam keadaan diam, Seolbi sontak menoleh manakala kepalanya memikirkan sesuatu.

"Kenapa kau terlambat menjemputku?" tanyanya mencoba melupakan pembicaraan panas yang beberapa waktu lalu telah berakhir.

Taehyung menoleh sejenak. "Ada satu kendala," jawabnya singkat.

Tidak menyangka, netra Seolbi menuju pada lipstik merah yang menempel di ceruk leher pria itu—entahlah, lipstik atau sesuatu yang lain. Satu sudut bibirnya terangkat sebelum berkata, "Kau selingkuh? Sebegitu tidak sukanya kau dengan kakakku?"

"Aku tidak akan begini kalau kau tidak memulai, Ahn Seolbi."

***

Hello, Taehyung stan mana suaranya???

Jangan berharap lebih dulu ya. Aku ngga tau apakah work ini bakalan aku kantongin lagi atau tetap bertahan di sini. Doain semoga aku rajin nengokin Seolbi dan Taehyung >< Kira-kira, nama apa yang cocok untuk couple kita kali ini?

Love you,

ymowrite

Tears [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang