Hujan tiba secara mendadak tanpa memberi kabar berupa langit mendung malam ini. Setelah menyelesaikan makan malam, Jimin dan Seolbi duduk di sofa ruang santai untuk menikmati segelas teh herbal bersama film yang mereka tonton.
Seolbi menyandarkan kepalanya di bahu sang suami, sementara tangan Jimin menggenggam jemari Seolbi dengan manik keduanya fokus menatap layar televisi. Pintu kaca halaman belakang sengaja Seolbi buka agar angin dingin dapat menyusup masuk.
Satu jam lamanya mereka berada di ruang santai tanpa sadar. Sedangkan Nara sudah sejak lama masuk ke dalam kamar untuk menidurkan Taera yang beberapa hari ini rewel karena merindukan Taehyung yang belum juga menjemput sang istri dan anaknya di rumah itu.
Matanya mengerjap lambat. Mengulum bibir skeptis, Seolbi kemudian berdeham dan mengeluarkan pertanyaan, "Oppa ... apa kau sibuk?"
"Tidak. Ada apa?"
"Aku ingin bertanya sesuatu padamu. Tapi kau harus menjawabnya dengan jujur." Wanita Ahn itu mengangkat kepalanya dan kini menatap sang suami yang juga tengah menatapnya penasaran. Seolbi melirik tangan mereka yang saling menggenggam, kemudian melanjutkan, "Apa kau juga sering menggoda wanita lain?"
Jimin sontak mengernyitkan keningnya. "Menggoda wanita lain?" Seolbi mengangguk. "Siapa? Aku?"
"Tentu saja, kau," sahut Seolbi kemudian.
"Tidak! Mana mungkin aku menggoda wanita lain. Tidak ada wanita yang jauh lebih cantik dari istriku. Kau tahu?" Seolbi lantas mencubit perut Jimin, membuat pria itu memekik kesakitan tapi tetap terkekeh dan berakhir memeluk Seolbi dengan gemas. "Tidak, Sayang ... aku tidak mungkin menggoda wanita lain. Aku bukan pria seperti itu."
Seolbi mengerucutkan bibir saat Jimin berulang kali mengecup pipinya. "Jungkook yang sangat mencintai Jihye saja bisa menggoda karyawannya sendiri. Kau pasti juga begitu," cibir Seolbi.
Ah, wanita hamil yang satu ini benar-benar membuat Jimin gemas. Pria itu berakhir mengeratkan pelukan dan mengecup pipi Seolbi berkali-kali. "Kau kenapa menggemaskan sekali, sih?!" Jimin lalu mengecup bibir Seolbi sebelum kembali mengecup pipi sang istri. "Tidak, Sayang. Aku bersumpah. Aku tidak menggoda wanita mana pun selain Ahn Seolbi."
Rupanya momen manis itu disaksikan oleh Nara yang menunda waktunya untuk keluar dari kamar. Wanita itu hanya dapat mengintip dari lantai dua bagaimana bahagianya rumah tangga sang adik—berbanding terbalik dengan nasibnya yang belum juga beruntung membangun rumah tangga bersama Taehyung.
"Omong-omong, apa kau tidak keberatan jika Nara Eonni menginap di sini terus-menerus?" Seolbi bertanya setelah keduanya menyudahi kemesraan mereka di ruang santai.
Jimin lalu menatap sang istri tanpa melepaskan pelukan. Menyandarkan punggung pada punggung sofa, dan mengusap lembut punggung Seolbi. "Dia 'kan kakakmu. Mana bisa aku merasa keberatan, hm? Tapi apa akan terus berada di sini?"
"Jadi, kau tidak mau?"
Pria Park itu segera menggeleng. "Bukan begitu yang kumaksud. Dia memiliki keluarga, Sayang. Seharusnya baik Nara maupun Taehyung tidak bisa menghindari masalah dan seolah menganggap ini hanya masalah biasa sedangkan mereka sudah memiliki Taera."
Seolbi mengangguk paham. "Aku rasa hubungan mereka memang sudah tidak bisa diselamatkan lagi," celetuk wanita itu yang lekas mendapat sentilan dari jari Jimin ke bibir Seolbi. "Sakit!" pekik Seolbi jengkel.
"Karena dua-duanya terlalu egois, mungkin. Itulah kenapa aku selalu mengatakan padamu untuk menceritakan semuanya kepadaku mengenai apa yang sedang kau rasakan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Jadi, memperbaiki hubungan lebih awal akan jauh lebih baik daripada memperbaiki setelah adanya masalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears [M] ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Taehyung ... aku hamil." Seandainya hidup sesulit ini, Ahn Seolbi bersumpah tidak akan mau memakan janji-janji manis dan rayuan Kim Taehyung. Wanita 21 tahun itu hamil setelah melakukan hubungan intim beberapa kali bersama Taehyung yang...