14

14.4K 2.1K 607
                                    

Terik matahari menyorot tajam hingga membuat Seolbi yang bergelung dalam selimut tebal, kini terpaksa menyingkap mata sebab ia lupa menutup tirai jendela malam kemarin. Hari baru di apartemen baru telah ia jalankan selama satu minggu ini, dan Jimin adalah malaikat penolongnya.

Selama tujuh hari, Jimin tidak sekali pun absen untuk mengunjungi dan membawakan makanan yang Seolbi inginkan. Bahkan pria itu pun memberikan beberapa uang untuk Seolbi apabila sang wanita membutuhkan sesuatu di saat Jimin belum keluar dari kantornya.

Seolbi telah menemukan kebahagiaan baru. Tak lagi memikirkan masalahnya serta-merta memikirkan Kim Taehyung. Wanita Ahn itu cukup menuruti apa kata Jimin untuk tidak mengingat apa pun yang menyangkut nama Kim Taehyung atau Seolbi tidak akan bisa menjalani kehidupannya dengan tenang dan normal.

Selama dua hari berturut-turut sang kakak tak berhenti menghubungi nomornya. Namun, setelah itu Seolbi memutuskan untuk mengganti nomor ponselnya lantaran ia tak mau berhubungan lagi dengan Nara—meskipun ia tahu Nara adalah kakak kandungnya sendiri.

Pukul sepuluh pagi. Seolbi segera beranjak dari atas ranjang setelah mengumpulkan tenaganya yang sempat menghilang. Ia lekas menuju ke arah dapur, lalu terkejut ketika maniknya menemukan presensi Jeon Jungkook yang tengah duduk di atas kursi di ruang makan.

"Ya! Apa yang kau lakukan di sini?!" Seolbi menyentuh dadanya—masih merasa kaget. Kemudian tungkainya melangkah mendekati Jungkook yang terlihat tidak peduli dengan kehadirannya. Tangan Seolbi sontak memukul belakang kepala Jungkook karena kesal. "Kau tidak punya mulut?"

Jungkook berdecak. "Bisa-bisanya kau kabur dari rumah tanpa memberikan sedikit pun kabar padaku. Kau bahkan tidak masuk kerja. Ingat, aku ini bosmu," dumalnya. Pria itu kembali melanjutkan aktivitasnya mengupas kulit apel. "Kenapa kau pergi tanpa kabar? Kau tahu kakakmu sangat mencemaskanmu, dan kau malah merasa baik-baik saja di sini tanpa perasaan bersalah."

"Justru aku kabur dari rumah karena merasa sangat bersalah," jawab Seolbi sebelum menuju dapur untuk membuat susu hamil. Mereka membiarkan hening memenuhi ruangan, dan Jungkook maupun Seolbi terlihat tak keberatan dengan suasana hening saat ini. Setelah selesai, Seolbi menghampiri Jungkook dan duduk di sebelah pria Jeon itu. "Aku hamil, Jungkook-ah. Aku tidak bisa tinggal di sana lagi karena Taehyung tidak mau tanggung jawab atas kehamilanku."

Jungkook menghela napas dalam—mencoba mengontrol diri dari rasa terkejutnya. Pria itu lekas berdeham dan meluruskan punggung usai memotong apel yang ia letakkan di atas piring. "Kau benar-benar ceroboh."

Seolbi meraih salah satu potongan apel dan memakannya sebelum mengangguk membenarkan. "Kau tidak salah. Aku memang ceroboh—tapi aku sengaja melakukannya," jawabnya santai membuat Jungkook melongo. "Aku tidak mau meminum pil yang Taehyung berikan padaku. Aku hanya ingin tahu apakah aku bisa hamil."

"Jangan menyesal!"

"Sedikit," sahutnya. "Tapi aku baik-baik saja sekarang. Biar bagaimanapun, anak ini adalah anakku. Terlepas dari dia yang tidak mau bertanggung jawab, aku harus merawatnya dan membesarkannya denagn tanganku sendiri."

Seolbi meneguk susu hamilnya hingga tersisa setengah gelas. Wanita itu berdesis sejenak seraya menyandarkan punggungnya pada punggung kursi. "Omong-omong,dari mana kau tahu aku ada di sini?"

Jungkook mengunyah apelnya, lalu menjawab, "Jimin Hyung." Pria itu meneliti wajah sahabatnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Awas saja sampai kau kembali menjadi wanita ceroboh. Kau sudah hamil dan sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Jangan mengambil keputusan yang bisa merugikanmu."

Mengangguk usai mendengar nasihat Jungkook, Seolbi kemudian menatap pria yang nampaknya sedang menyembunyikan sesuatu tersebut. "Ada apa? Kau terlihat tidak baik-baik saja. Kau putus dengan Jihye?" tanyanya penasaran.

Tears [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang