03

25.6K 2.3K 368
                                    

Mata dengan bulu lentik itu memejam rapat manakala angin berembus kencang menerpa kulit wajahnya. Ahn Seolbi nampak damai bersama bibir merah mudanya yang terus membentuk kurva senyum setiap kali menatap indahnya pemandangan Seoul.

Jeon Jungkook sendiri tengah asyik menatapi cantiknya karya Tuhan yang duduk di seberangnya. "Jadi, dia yang sering kau ceritakan?" tanya Jungkook tiba-tiba.

Seolbi sontak menyingkap mata dan memandangi Jungkook cukup lama. Setelah ia mengerti dengan ucapan Jungkook, wanita Ahn itu lekas mengangguk.

"Kenapa dia bisa menikah dengan Nara Noona sedangkan kau adalah kekasihnya saat itu?"

Kedua telapak tangan Seolbi berpindah pada bibir bangku taman yang sedang ia duduki. Jemarinya meremas lemah, lalu berakhir menatap sepatu dokmar yang menyelimuti kakinya. "Ternyata menjadi guru les hanyalah pekerjaan sampingan untuknya. Aku baru tahu kalau dia adalah pemilik perusahaan ternama di Seoul setelah papa mengenalkan seorang pria mapan untuk Nara Eonni."

"Mereka dijodohkan?" tanya Jungkook lagi. Pria Jeon itu nampak tertarik dengan diskusi pagi ini, ditambah suasana Kota Seoul yang sedang cerah-cerahnya setelah sekian lama berkutat pada kafe milik ayahnya.

Seolbi mengangguk. "Bodohnya aku malah merelakan Taehyung untuk Nara," jawabnya.

Jungkook tahu betul bahwa Seolbi terlihat nampak menyesal akan keputusannya di masa lalu. Bahkan nyaris setiap hari Seolbi meneleponnya hanya untuk mencurahkan isi hatinya tentang Taehyung. Well, Jungkook pikir di kepala Seolbi sejak dulu sampai saat ini hanya terisi nama Kim Taehyung.

"Kenapa? Kenapa kau melepaskannya dan bukannya kau perjuangkan?"

Bahunya merosot lelah. Seolbi kemudian mendongak, pun menyipitkan mata manakala sorot matahari mengarah padanya. "Aku dan Nara sering bertengkar hanya karena papa lebih mengutamakan aku. Apa pun kemauanku selalu menjadi prioritas papa dibandingkan eonni." Seolbi menjilat sudut bibirnya. "Dari cara eonni menatap Taehyung ... aku tahu bahwa dia sangat menyukai Taehyung waktu itu—pun sampai sekarang semakin jelas tatapannya."

Seolbi tersenyum miris. "Apa aku salah ingin melihat kakakku bahagia dengan pria yang dia cintai?"

Jungkook menatap kikuk. "Kau salah karena membiarkan kakakmu mencintai seorang diri." Hal itu mengundang Seolbi untuk memandang Jungkook dengan air muka tak biasa. "Pria itu mencintaimu, Seo—bukan kakakmu. Cepat atau lambat, kalian bertiga akan sama-sama terluka karena keputusanmu."

Wanita itu membisu. Diraihnya tangan Jungkook dengan susah payah, lalu ia genggam di atas pangkuannya. "Taehyung tidak mencintaiku," cicitnya.

"Kau tahu dia sangat amat mencintaimu, Seolbi. Aku jelas paham bagaimana dia menatapku bengis dengan rahang mengetat, pun nada bicaranya terdengar dingin di telingaku. Taehyung-mu tengah cemburu," ujar Jungkook sebelum mengusap jemari Seolbi.

Awan mendadak mendung, membuat Jungkook terpaksa berdiri dan menarik Seolbi untuk kembali memasuki mobilnya. Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah sekian lama berpisah lantaran perbedaan kota dan tempat tinggal. Maka dari itu, Jungkook tidak mau hujan menjadi masalah baru pada Seolbi yang sedang menangis di dalam hati.

"Karena langit mendung, aku akan mengajakmu ke kafeku—em, sebetulnya milik ayahku, sih. Aku akan membuatkan kue cokelat dan susu stroberi untuk temanku yang sedang patah hati."

Seolbi spontan memukul lengan Jungkook. "Aku tidak patah hati!" sangkalnya. Memang benar, Seolbi tidak sedang patah hati sebab hatinya telah patah sejak lama. Hanya saja, ia takut keberadaannya di tengah keluarga kecil kakaknya akan membuat semua berubah berantakan.

Tears [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang