42

7K 1.4K 279
                                    

Masih terlalu siang untuk Ahn Seolbi keluar rumah sendirian tanpa seorang sopir. Kali ini wanita hamil tersebut akan kembali menemui Taehyung di kantor pria itu.

Tidak bisa dibiarkan. Bagaimana bisaKim Taehyung tidak mencari atau menghubungi Nara dan menyuruh wanitanya pulang sementara Nara sudah satu bulan ini menginap di rumah Seolbi.

Seolbi pikir, Taehyung memang definisi pria berengsek yang kelewat sinting. Seolbi benar-benar merasa bersyukur sebab ia dapat dijauhkan dari kehidupan Kim Taehyung. Jika tidak, mungkin Seolbi sudah dijebloskan ke dalam rumah sakit jiwa karena sikap bajingan Taehyung.

Saat memasuki ruang kerja pria itu, Seolbi bernapas lega karena tidak lagi mendapati Taehyung sedang berduaan dengan sekretarisnya. Pria itu justru sibuk menikmati mimpinya siang ini.

Seolbi melangkahkan tungkai berbalut sneakers menuju ke meja Taehyung. Mengetuk meja itu hingga membuat Taehyung refleks membuka mata dan menegakkan punggungnya. Dapat Seolbi lihat ekspresi terkejut yang muncul dari wajah Taehyung saat melihat kehadiran Seolbi di dalam ruang kerjanya.

"Bi-ya?" Suara pria itu terdengar serak karena baru saja bangun tidur.

Seolbi melipat kedua lengan di atas perut. Menatap Taehyung dengan wajah tak bersahabat, kemudian segera menyerangnya dengan kalimat pedas, "Lain kali gunakan otakmu, Kim Taehyung! Kau bisa bersantai-santai di kantormu dan membiarkan istri serta anakmu tidur di tempat lain. Kau harus tahu bahwa Taera menangis setiap hari karena mencarimu!"

Well, kalimat terakhir Seolbi hanya mengarang cerita. Tentu saja wanita hamil itu ingin mendramatisir ceritanya agar Taehyung mau menemui Nara dan menyuruh wanita itu untuk kembali ke rumah mereka.

"Oh, atau jangan-jangan kau membawa wanita lain ke rumahmu? Maka dari itu kau merasa sangat tenang saat istri dan anakmu pergi meninggalkanmu?"

Taehyung total diam. Sejak pertama Seolbi melontarkan kalimat pedasnya, Taehyung sama sekali mengunci mulutnya lantaran tak tahu harus menjawab apa. Rupanya, Seolbi bisa sadis juga, pikir Taehyung.

"Kim Taehyung ... jika benar Nara yang menghentikan kebahagiaanmu, lantas untuk apa kau terus melanjutkan hubungan kalian? Kenapa tidak dari lama kau meninggalkannya?"

Taehyung kini menatap Seolbi. "Dia yang memohon padaku untuk tidak meninggalkannya," sahut Taehyung.

Seolbi mengulum bibir bawahnya. Merubah lengannya menjadi berkacak pinggang, wanita itu sejenak menghela napas dalam. "Aku benar-benar malas untuk marah sekarang. Jadi, bisakah kau menuruti permintaanku? Jemput Nara dan Taera. Mereka butuh kau."

Mengusap wajahnya, Taehyung pun menjawab, "Bisakah kau tidak membela kakakmu sesekali? Apa kau tidak mau mencoba melihat dari sisi kehidupanku? Yang kau lihat selalu aku dan aku yang berengsek. Tapi apa kau pernah melihat keberengsekan kakakmu?" Seolbi hendak menggerakkan tangannya, tapi Taehyung segera memotong, "Kau mau menamparku lagi? Sebodoh itu kau, Bi-ya."

Taehyung bangkit dari duduknya. Berjalan menuju sofa yang ada di tengah ruang kerjanya, kemudian duduk di sana sementara Seolbi masih setia berdiri di atas pijakannya.

Pria itu meraih air mineral yang tersedia di atas meja, lalu segera meneguknya sampai habis tak tersisa sebelum kembali mengarahkan atensinya pada sosok Seolbi yang berada di belakangnya.

"Apa kau tidak bisa sesekali tidak memikirkan kebahagiaan kakakmu? Nara ... dia bahkan tidak pernah memikirkan kebahagiaanmu sedikit pun. Rasa perhatian yang dia tunjukkan padamu, semuanya palsu."

Seolbi tersenyum miring. Melangkah mendekati Taehyung dan memutuskan untuk berdiri di dekat sofa hitam yang Taehyung duduki. "Lantas apakah aku harus tidak memikirkan kebahagiaan Nara meskipun dia tidak memikirkan kebahagiaanku? Aku bisa mencari kebahagiaanku sendiri tanpa membutuhkan bantuan Nara. Jadi, kumohon padamu untuk jangan mempersulit masalah ini. Jemput dia. Bawa istri dan anakmu pulang."

Tears [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang