13

13.2K 2K 1.3K
                                    

Pintu kamar sengaja tidak Seolbi kunci malam ini. Wanita itu tak lagi merasa takut pada kehadiran sang kakak ipar secara tiba-tiba setelah Jimin berjanji akan selalu di sampingnya. Jadi, Seolbi tidak perlu lagi menyimpan ketakutannya seorang diri akan kemarahan Taehyung.

Manik kembarnya menatap pada pintu sementara ia duduk di atas sofa sambil menikmati secangkir cokelat hangat yang ia buat sepuluh menit lalu. Tidak lupa Seolbi menikmati brownies yang ia beli bersama Jimin sebelum perjalanan pulang.

Di dalam hati, wanita itu terus menghitung tanpa mengalihkan atensi ke tempat lain. Hingga saat suara gagang pintu terdengar disusul derit yang menyayat dada, Seolbi sejenak menghentikan napasnya.

Wanita itu mendapati presensi Kim Taehyung masuk dan mengunci pintu setelah menutupnya. Berjalan dengan raut wajah dingin dan menusuk dan tak mengizinkan Seolbi menatap ke arah lain.

"Apa maksud ucapanmu di ruang makan lima jam yang lalu?" Tanpa basa-basi. Taehyung sangat jelas terlihat marah dan tak mampu lagi untuk menahannya. "Kau berpacaran dengannya? Kau mau kita berakhir?!"

Seolbi mencoba mengatur napasnya agar ia tidak gugup dalam menangani Taehyung kali ini. Meletakkan cangkir ke atas nakas, wanita itu kemudian berdiri untuk menyamai posisi Taehyung.

"Jawab aku, Seolbi! Kau mau mengakhiri hubungan kita setelah sejauh ini?"

"Taehyung ... aku hamil."

Taehyung terdiam dalam waktu yang lama. Sekiranya dua menit mereka hanya saling memandang tanpa adanya suara yang tercipta selain deru napas mereka yang beradu satu sama lain.

Namun, tanpa diduga oleh Seolbi bahwa kini Taehyung merespons dengan kekehan sinting. "Dia menidurimu? Berapa kali kalian bermain di belakangku?"

Tangan Seolbi sontak mengepal kuat. Sesuatu seperti mendorongnya untuk menampar pipi Taehyung hingga pria itu menatap terkejut.

"Hanya kau yang berani menyentuhku, Taehyung. Aku tidak menjual tubuhku pada siapa pun," tuturnya sengau. Air matanya membasahi pipi seketika merasakan hatinya tercubit begitu sakit. "Berani sekali kau mengeluarkan pertanyaan itu setelah apa yang kita lakukan selama ini."

Taehyung tidak lamgsung membalas. Pria itu sesaat termangu sembari menatap wajah kacau Seolbi di hadapannya. Rasanya ia ingin memeluk wanita itu, tapi Taehyung tidak bisa melakukannya.

Pasal kehamilan Seolbi membuatnya tak dapat bergerak dengan baik. Isi kepalanya mendadak pecah dan tak tahu pikiran apa saja yang sedang bersarang di dalam sana.

"Kalau memang itu anakku, gugurkan saja." Seolbi mendongak dengan perasaan kian hancur. "Apa kata orang jika mereka tahu aku menghamili adik iparku sendiri? Aku tidak bisa dan tidak mau tanggung jawab. Gugurkan saja."

Taehyung meraup wajahnya frustasi. "Besok aku akan mengantarmu untuk menggugurkan kandungan. Sementara itu, aku harus mengosongkan jadwalku lebih dulu."

"Aku tidak akan menggugurkan anak ini sampai kapanpun," putus Seolbi setelah sekian lama terdiam.

Mata Taehyung terbelalak, bibirnya sedikit terbuka. "Kau gila?! Itu anak haram, kau tidak bisa mempertahankannya."

Sekali lagi, Taehyung mendapatkan tamparan cukup kencang dari telapak tangan Seolbi. "Jaga bicaramu, Taehyung! Aku akan pergi dari sini untuk mempertahankan anakku."

"Tidak. Aku tidak mengizinkanmu angkat kaki dari rumahku. Kau harus tetap di sini dan aku tidak mau tahu ... besok kita pergi untuk—"

"Pilih tanggung jawab atau membiarkanku pergi?" Taehyung terdiam usai Seolbi memotong kalimatnya. Sinting, Taehyung jelas sulit memilih antara keduanya. "Jawab aku. Jangan jadi pria pengecut."

Tears [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang