Epilogue: BAB I

12.5K 1.8K 513
                                    

Kota Gangwon menjadi pilihan Park Jimin untuk membawa Seolbi keluar dari Seoul. Meskipun jauh dari saudara, setidaknya suasana di kota itu bisa membuat Seolbi tenang sambil menghirup udara segar. Ditambah pesona alam di Gangwon yang sangat indah.

"Kalau kau butuh sesuatu, kau bisa langsung menghubungi Choi Donghan selagi aku berada di Seoul untuk mengurus pekerjaan."

Seolbi mengulum senyum bahagia, kemudian wanita itu segera mengacungkan kedua ibu jarinya hingga membuat Jimin tak dapat menahan untuk mengacak surai sang wanita.

Park Jimin membeli sebuah rumah yang tak begitu besar, tapi bisa dinilai cukup mahal. Pun mereka dapat menikmati gunung yang cantik saat menoleh ke arah jendela besar di area ruang tengah. Mungkin bukan hanya ruang tengah yang akan menjadi tempat favorit Seolbi sebab di balkon kamar pun, Seolbi segera disapa oleh pemandangan tak kalah indah.

Jimin menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku. Tato baru di bagian lengan yang bertulis marga Seolbi kini mulai terlihat jelas. Sebelumnya, Jimin sudah mendapat izin dari Seolbi bahwa pria itu hendak mengotori lengan kirinya dengan nama 'Ahn' di sana. Dan Seolbi tidak melarang sama sekali.

Beberapa kali wanita itu terpesona dengan lengan Jimin yang kini dihiasi oleh nama marganya. Apalagi vein yang menonjol saat pria itu mengangkat koper ke atas lemari kayu. "Kau tampan juga."

Jimin menoleh. Satu alisnya mengedik sebelum menyipitkan mata seolah sedang tak terima. "Jadi, selama ini aku tidak tampan, Nona Ahn?" Seolbi terkekeh dan memundurkan langkahnya manakala Jimin berjalan mendekat ke arahnya. Kepala wanita itu menggeleng seakan menyangkal. "Kemari kau! Biar kutunjukkan seberapa wajah tampanku."

Hingga akhirnya Seolbi terjatuh di atas ranjang, Jimin pun mengambil kesempatan untuk merangkak dan kini dengan sigap mengungkung tubuh Seolbi sampai wanita itu refleks menahan dada Jimin dengan kedua telapak tangannya.

Mata mereka saling bertatapan cukup lama. Seolbi merasakan napas Jimin yang menerpa kulit wajahnya. Dua menit saling terdiam tanpa adanya yang mau membuka suara, Jimin pada akhirnya berdeham dan mencuri satu kecupan di bibir Seolbi.

"Bagaimana? Dari satu sampai sepuluh ... berapa tingkat ketampananku, hm?"

Seolbi nampak memberi ekspresi berpikir. Wanita itu lalu menjentikkan jarinya setelah itu menjawab, "Dua setengah."

Jimin bergerak menggelitik perut Seolbi sampai wanita itu berteriak kegelian dengan diiringi tawa. "Kau keterlaluan sekali, Seolbi-ya. Aku ulangi, berapa tingkat ketampananku?"

"Tiga," jawab Seolbi lagi. Tangannya masih mencoba menarik tangan Jimin yang usil menggelitiki perutnya. "Fine, sembilan setengah! Tidak sepuluh karena Jungkook masih tampan darimu—ya ampun, Park!" pekik Seolbi saat Jimin mendadak mengusapkan puncak kepalanya di perut wanita itu hingga menimbulkan rasa geli.

Keduanya saling berbagi tawa. Kedua tangan Park Jimin memegangi pergelangan tangan Seolbi dan melepaskannya setelah pria itu selesai menggoda Seolbi. Masih mempertahankan posisi yang sama, pria itu sejenak merapikan rambutnya yang berantakan sebelum kembali mempertemukan tatapan dengan wanita di bawahnya.

"Aku suka setiap kali kau senyum atau tertawa." Seolbi memberi tatapan serius manakala Jimin mulai berbicara dengan tampang serius. "Seolbi-ya, aku pernah gagal dalam sebelumnya dengan seorang wanita. Kalau kau mau ... ayo menikah denganku. Meskipun aku tidak setampan Jungkook, tapi aku bisa menjamin hidupmu. Aku sangat mencintaimu."

"Kau lebih tampan dari Jungkook, kok," sahut wanita Ahn itu pada akhirnya. Tangannya lekas mengusap pipi Jimin, lalu turun pada bibir pria itu sampai Jimin menggigit ibu jari Seolbi. "Jimin-ku memang tidak ada tandingannya."

Tears [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang