34

6.9K 1.4K 199
                                    

Tunggu dulu ... kenapa ya Taehyung suka banget bikin kita ambyar akhir-akhir ini? Siapa yang merasa istri Taehyung, bisa dijelaskan nggak kenapa alasannya? TT

.

.

Sama seperti hari-hari biasanya. Sejak pagi Seolbi berada di kediaman sang kakak sebab ada ayah yang menginap di sana untuk beberapa minggu ke depan. Hal itulah yang membuat setiap sore Jimin harus mampir untuk menjemput Seolbi setelah pulang dari kantor.

Membawa beberapa camilan serta makanan berat untuk ayah mertua dan juga kakak iparnya, Jimin kemudian disambut oleh Seolbi yang kian manja terhadapnya—bahkan tidak malu mempertunjukkannya di depan sang ayah, Nara, dan Taehyung.

"Tidak malu dilihat ayahmu?" tanya Jimin membuat ayah terkekeh setelah mendengarnya. Seolbi menggeleng, masih memeluk Jimin yang berdiri di dekat meja ruang makan. "Kau bilang ingin makan bulgogi, 'kan? Aku sudah beli banyak. Cepat makan!"

Bertepuk tangan girang karena keinginannya dikabulkan oleh Jimin, Seolbi lekas melepas pelukan dan membuka semua makanan yang Jimin belikan. Menyantapnya bersama sang kakak sementara Jimin kini berjalan dengan ayah mertuanya menuju halaman belakang untuk mengobrol bersama. Sementara itu, Taehyung sedang sibuk menerima telepon dari beberapa rekan kerjanya sebab pria itu harus kembali merintis usahanya agar kembali lebih besar.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" Ayah Seolbi tidak pernah bosan menanyakan hal itu kepada Jimin. Sebagai ayah mertua, beliau tentu tidak ingin Jimin menyembunyikan sesuatu meskipun itu menyangkut masalah pekerjaan. Pun sebetulnya ayah terlihat begitu peduli.

"Baik, Ayah. Keuangan perusahaan meningkat dua kali lipat," jawab Jimin kemudian menatap ayah mertuanya. "Ayah sehat? Tidak ada masalah, bukan?"

Ayah menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang harus dipikirkan. Semuanya baik-baik saja." Pria paruh baya tersebut ikut menatap Jimin. Dari pancaran matanya, ayah seolah telah mempercayakan semuanya kepada Jimin sebagai menantu sekaligus suami untuk Seolbi. Jimin adalah pria yang tepat, pikirnya. Tidak hanya itu, ayah begitu bahagia manakala melihat Seolbi yang selalu bahagia setiap bertemu dengannya.

Berbanding terbalik dengan Nara yang terlihat sedang menutup-nutupi masalah di dalam kepalanya. Kekhawatiran itu timbul di benak ayah. Akan tetapi, ayah segan untuk bertanya sebab baginya keluarga Nara sudah bukan lagi urusannya. Nara telah memiliki kehidupan sendiri bersama suami dan anaknya. Tentu ayah akan menunggu anak sulungnya yang akan bercerita sambil memeluknya.

"Seolbi begitu merepotkanmu, ya?" Ayah melempar pertanyaan. Merasa sedikit sungkan sebab tingkah manja Seolbi terhadap Jimin menurutnya telah kelewatan—mungkin karena efek hamil.

Jimin menggeleng seraya terkikik pelan. "Tentu saja tidak, Yah. Lagi pula, itu hal yang wajar mengingat Seolbi sedang hamil saat ini. Sebagai seorang suami, baiknya harus menuruti kemauan istri, 'kan? Tapi sebelum hamil, Seolbi bukan wanita yang manja atau merepotkan, kok."

Jimin berkata, menjamin kepada ayah mertuanya bahwa ia tidak akan pernah merasa marah atau kelelahan menghadapi sikap Seolbi. Pun Jimin juga selalu menyanggupi karena ia memang bisa melakukannya untuk sang istri.

"Terima kasih sudah menjaga anakku lebih baik daripada ayahnya, Jimin-ah. Ayah merasa selalu gagal menjaga anak-anakku. Terlepas dari itu semua ... Ayah benar-benar bangga padamu. Tetaplah seperti ini. Perlakukan Seolbi sebagaimana suami memperlakukan dan menghormati istrinya." Ayah tersenyum ke arah Jimin, membuat Jimin mengangguk dan ikut tersenyum.

Jimin sangat terharu. Itu artinya, ayah mertuanya sangat mempercayakan dirinya untuk menjaga Seolbi dan merawat wanita itu. "Akan saya lakukan, Yah."

Tears [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang