19

13.7K 1.9K 624
                                    

Usai kejadian dua hari yang lalu, Jimin kini lebih rutin menelepon Seolbi dan menyempatkan waktu makan siangnya untuk datang ke apartemen wanita itu hanya untuk melihat kondisi Seolbi. Karena dua hari ini pula Jihye tidak menemani Seolbi di apartemen, maka Jimin harus ekstra perhatian lantaran tak mau terjadi sesuatu pada sang wanita.

Seperti halnya malam ini. Setelah menyelesaikan makan malam bersama sang ibu, Jimin memutuskan untuk datang ke apartemen Seolbi. Pria itu membawa beberapa makanan kesukaan Seolbi, tak lupa membelikan satu batang cokelat untuk meningkatkan suasana hati ibu hamil tersebut.

Jimin akan berjuang dan berusaha sebesar mungkin untuk kebahagiaan Seolbi. Pria itu pernah berjanji pada sang ibu bahwa ia tidak akan mau menyia-nyiakan wanita yang dicintainya.

"Aku boleh menginap?" tanya Jimin saat Seolbi fokus menyantap makanannya. Wanita itu sejenak mendongak sebelum mengangguk dan nampak tak masalah akan hal itu. Jimin yang duduk di seberang Seolbi kini merekahkan senyum. "Aku akan tidur di sofa. Tapi sebelum itu, aku ingin melihatmu terlelap lebih dulu."

Menelan makanannya sedikit susah payah karena ucapan Jimin, Seolbi lantas mengangguk. Sungguh, eksistensi Jimin benar-benar membuat dada Seolbi berdegup tak karuan. Akan tetapi, wanita Ahn itu tak yakin perasaannya telah berlabuh pada sosok Jimin sepenuhnya.

Ada banyak pelajaran yang dapat Seolbi ambil setelah mengenal pria yang setia menatapnya dengan senyum manis itu. Selain harus melupakan seseorang yang bahkan tak memedulikannya, Seolbi kini tahu bahwa bertahan untuk orang yang mencintai dirinya akan jauh lebih hidup.

Cinta bisa datang kapan saja kau mau. Pun Seolbi yakin ia bisa mencintai dan menerima Jimin seiring berjalannya waktu. Jimin saja bisa menerima keadaannya saat ini, maka tidak ragu untuk Seolbi menerima Jimin.

Selain Jeon Jungkook, ada Park Jimin yang memperlakukannya dengan sangat baik sebagai seorang wanita. Bukan semata-mata untuk menjaga perasaan, tapi juga menghormati.

"Oh ya, satu minggu lagi adalah ulang tahun perusahaan. Aku sengaja merayakannya sedikit mewah karena aku belum pernah merasakannya. Apa kau mau ikut denganku? Setidaknya, kau bisa menjadi pasanganku di sana." Seolbi menghentikan kunyahan di dalam mulutnya. Aneh sekali. Kenapa Seolbi bisa berdebar? "Bagaimana? Kau setuju? Aku akan mengantarmu untuk memesan gaun besok siang. Kau juga akan ke salon, tenang saja."

"A-aku takut semua orang berpikir aku tidak pantas untukmu," cicit wanita itu tidak percaya diri.

Jimin terkekeh rendah. "Siapa yang akan mengatakannya, hm? Tidak ada, aku janji. Aku bisa meyakinkan para tamu bahwa kau adalah calon istriku. Kalau kau mau, kita bisa menikah secepatnya." Seolbi menggembungkan pipinya malu. "Tidak, jangan dianggap serius soal itu. Tapi aku tetap akan menikahimu setelah kau mau hidup bersama denganku."

Seolbi menyelesaikan makannya begitu cepat. Irisnya lekas memandang Jimin—mempertemukan tatapan mereka. Melihat mata sipit, hidung runcing, serta bibir tebal dari pria yang telah bersedia menjadi malaikat penyelamat hidupnya.

"Tuhan menciptakanmu terlalu terlalu berlebihan." Jimin mengangkat sebelah alisnya lantaran tak tahu maksud dari kalimat Seolbi untuknya. "Kau tampan, memiliki hati yang baik. Aku merasa kurang pantas untukmu, Oppa."

Jimin kemudian mengusap wajahnya. "Kenapa kau berpikir seperti itu? Dengar, kau pantas untukku. Jangan bicara begitu karena aku tidak menyukainya. Aku sangat mencintaimu meskipun kau masih belum mau menerimaku."

"Kau salah." Jimin terdiam manakala Seolbi berbicara. "Aku sudah menerimamu. Hanya saja, aku memang belum bisa membuka hatiku terlalu dalam untukmu, Oppa. Maafkan aku."

Pria Park itu lekas mengangguk. Ia tahu dan mengerti bagaimana perasaan Seolbi. "Tidak apa. Itu bukan masalah. Kau akan mencintaiku. Akan kubuat kau seperti itu nanti." Suasana kini kembali kelbih ringan. "Omong-omong, boleh aku pinjam bantal dan selimut?"

Tears [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang