Sebelum baca, alangkah baiknya kalian menguap dulu. Terus komen, "Aku sayang Bangtan!"
Kalian voter ke berapa nih, Sahabat?
.
.
Ahn Seolbi mengambil banyak udara manakala ia mendadak mengalami sesak di bagian dada. Pukul tiga pagi, wanita itu sering kali terbangun hanya karena mengalami sesak atau mual. Beberapa kali pula ia mendapatkan mimpi buruk seperti ditinggalkan untuk kesekian kali, atau bahkan kehilangan bayinya.
"Seo, kau baik-baik saja?" Seolbi menoleh ketika suara panik dari arah pintu kamar mandi terdengar. Park Jihye menatap penuh dengan rasa cemas mendapati Seolbi yang terlihat sangat kacau di hadapannya. Setidaknya, sudah kali ketiga Jihye menemukan sahabat dari kekasihnya mengalami gangguang di tengah malam seperti saat ini. "Mau aku hubungi dokter?"
Seolbi kemudian menggeleng. Berjalan melewati Jihye yang masih setia berdiri di ambang pintu kamar mandi sembari menyorot punggung ramping Seolbi. "Tidak apa, Jihye-ya ... aku sering mengalami ini. Kau tidak perlu mencemaskannya," jawab Seolbi berusaha menenangkan.
Jihye memang memilih untuk menginap di apartemen Seolbi karena Jungkook menyuruhnya untuk menjaga wanita yang sedang hamil muda tersebut. Takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan lantaran beberapa waktu lalu Jungkook dan Jimin melihat Seolbi berusaha melukai dirinya sendiri dengan cutter yang ia punya.
"Kau yakin? Apakah aku bisa membantumu sesuatu? Mungkin aku bisa mengabari Jimin Oppa atau Jungkook. Kau terlihat tidak baik-baik saja." Jihye menghampiri Seolbi yang sudah kembali meletakkan tubuhnya di atas ranjang, lantas wanita Park itu duduk di tepi ranjang sembari menatap Seolbi yang juga sedang menatapnya. "Terbukalah padaku, Ahn Seolbi. Kita sama-sama seorang wanita."
Seolbi mengerjap, lalu pandangannya mengarah pada langit-langit kamar yang kali ini menarik perhatiannya. Bibirnya membentuk kurva senyum yang tak begitu kentara. Namun, Jihye tahu di balik senyum Seolbi terselip rasa sakit yang tengah disembunyikan wanita itu.
Park Jihye tidak mendengar banyak dari cerita yang pernah Jungkook sampaikan. Soal penyesalan, ketakutan, dan kekecewaan Ahn Seolbi soal kehidupannya sendiri.
"Ada banyak hal yang kita sesali setelah kita melakukannya. Itu manusiawi. Aku dan Jungkook bahkan sering mengambil keputusan yang salah hingga kami takut satu sama lain untuk mengulanginya." Jihye terbaring di samping Seolbi, ikut menatap langit kamar dengan senyum tipis yang ia uraikan setelah mengingat kesalahan-kesalahan yang pernah ia dan kekasihnya lakukan. "Kau hanya perlu berjanji pada dirimu sendiri untuk tidak mengulanginya lagi. Kau harus hidup dengan baik, Seolbi-ya."
Mata itu kembali mengerjap. Mulutnya terkatup rapat sebelum menoleh ke arah Jihye yang senantiasa menatap langit kamar. "Bagaimana aku bisa hidup dengan baik jika kesalahan-kesalahan itu selalu terbayang di kepalaku, Jihye?"
Jihye kini ikut menoleh. Tubuh mereka miring dengan pandangan saling menatap. "Itu karena kau tidak berusaha untuk bangkit. Cobalah untuk menerima Jimin Oppa, mungkin kau bisa memulainya dari sana."
"Kau tidak merasakan bagaimana sulitnya menjadi diriku, Ji."
Telapak tangan Jihye mengusap surai Seolbi. "Bukan masalah itu. Yang kau butuhkan sekarang adalah melupakan apa pun yang bisa membahayakan dirimu serta janin di perutmu, Seolbi. Apa yang kau takutkan? Ada aku, Jungkook, dan Jimin Oppa. Kami ada untukmu."
"Apa kau tidak malu memiliki teman sepertiku?" tanya Seolbi. Air matanya mendadak menetes keluar membasahi pelipis. Lantas Jihye menyeka cairan asin tersebut sebelum kembali mengusap surai Seolbi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears [M] ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Taehyung ... aku hamil." Seandainya hidup sesulit ini, Ahn Seolbi bersumpah tidak akan mau memakan janji-janji manis dan rayuan Kim Taehyung. Wanita 21 tahun itu hamil setelah melakukan hubungan intim beberapa kali bersama Taehyung yang...