Bangun pagi tidak lagi menjadi teman untuk Seolbi semenjak ia mengetahui seoal kehamilannya. Wanita Ahn itu mendadak malas dan semakin bertingkah manja meskipun terkadang membuat Jimin kesal karena tidak kendalinya emosi Seolbi terhadap sang pria. Bahkan selama tiga hari ini Seolbi membuat Jimin harus meninggalkan kantor di tengah meeting lantaran wanita itu merengek minta ini dan itu yang tidak bisa dibeli di sore atau malam hari.
Kalau begini, Jimin lebih senang jika Seolbi tidak mengetahui tentang kehamilan wanita itu. Seolbi seakan memanfaatkan kehamilannya untuk bermanja—manja pada sang suami sementara Jimin adalah pria pekerja keras yang sangat jengkel apabila pekerjaannya diganggu.
Tapi tidak apa. Jimin berulang kali mengusap dada sembari mengembuskan napas dalam. Pria itu tidak akan mengeluh karena ini adalah kehamilan Seolbi yang kedua—dan Jimin tidak ingin mengecewakan sang istri, tentu saja. Apalagi di dalam perut Seolbi ada calon anak pertamanya yang akan tumbuh di sana selama sembilan bulan mendatang.
"Sayang ... kau tidak mau memijat kakiku? Lihat, kakiku bengkak karena terlalu lama berbelanja dan jalan-jalan di mal." Jimin menoleh, meletakkan buku bacaannya kemudian segera melepas kacamata sebelum mendekati kaki sang istri dan memijatnya. "Ya ampun, kenapa kau bisa manis sekali padaku, sih?"
Jimin terkekeh gemas mendengar suara Seolbi. Pria itu lekas menjawab dengan masih fokus memijat kaki Seolbi, "Kalau aku tidak manis, mana mungkin kau menikah dan punya anak denganku, hm? Memang siapa yang mau dengan macan betina sepertimu?"
Mengerucutkan bibir, Seolbi lantas berkata, "Kemarilah." Jimin menurut, mendekatkan kepalanya ke arah sang istri, lalu Seolbi segera menarik rambutnya dengan kencang. "Dasar suami menyebalkan!"
"Aw, aw ... sakit, Sayang. Baiklah, aku minta maaf. Aku cuma bercanda." Jimin setidaknya dapat bernapas lega manakala Seolbi menjauhkan jemari pada rambutnya. Akan tetapi, kali ini Jimin semakin dibuat panik ketika sang istri malah menangis. "Hei, kenapa menangis? Aku 'kan cuma bercanda. Sayang, maafkan aku, ya? Kau cantik dan tidak galak, kok."
Jimin memeluk sang istri dengan erat. "Sudah jangan menangis. Pukul aku saja kalau kau kesal denganku, tapi jangan menangis, oke?" Setelah itu, Jimin memekik kesakitan manakala Seolbi mencubit keras perutnya. "Sudah lega?"
Usai sang istri mengangguk, Jimin segera menyeka air mata itu. Seolbi benar-benar menangis, dan bukan berpura-pura. Hatinya sungguh sangat sensitif dan itulah yang membuat Jimin panik tak terkendali setiap melihat sang istri menangis di hadapannya.
"Tidurlah. Aku akan memijat kakimu. Kau hanya perlu menikmati pijatanku. Malam ini, aku rela melewatkan tidur cepatku untuk istriku tercinta." Seolbi terkikik geli mendengar kalimat Jimin. Wanita itu kemudian tidur dan menikmati pijatan tangan Jimin di kakinya.
Ah, sungguh beruntungnya Seolbi bertemu dengan Jimin. Pada akhirnya, ada seorang pria yang mengerti Seolbi. Lihatlah sekarang, betapa cintanya Ahn Seolbi pada sang suami meskipun beberapa kali membuat Jimin jengkel karena ulahnya di masa hamil muda begini.
Seolbi kini percaya dengan kalimat 'ada pelangi setelah hujan'. Tidak ada lagi rasa sakit yang akan menimpa Seolbi suatu saat nanti sebab Jimin telah melindunginya dan memeluknya dari terpaan masalah. Menjadi suami siaga dan pehatian, Seolbi merasa sangat dispesialkan oleh Jimin. Bahkan pria itu tidak pernah menolaknya sekali pun Seolbi ngotot ingin melakukan seks di dalam kamar mandi saat bulan madu sebelum ia tahu bahwa dirinya telah hamil.
"Enak tidak?" Seolbi mengangguk. Wajahnya nampak berbinar bahagia, dan wanita itu menunjukkan secara langsung pada sosok sang suami. Kemudian Jimin menanyakan sesuatu, "Kalau anak kita sudah lahir ... apa panggilan yang cocok untuk kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears [M] ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Taehyung ... aku hamil." Seandainya hidup sesulit ini, Ahn Seolbi bersumpah tidak akan mau memakan janji-janji manis dan rayuan Kim Taehyung. Wanita 21 tahun itu hamil setelah melakukan hubungan intim beberapa kali bersama Taehyung yang...