26

11.5K 1.6K 262
                                    

Warning!

.

.

"Bagaimana dengan hasilnya?" Ahn Seolbi menggeleng sebagai respons dari pertanyaan yang Jimin lemparkan. Wanita itu menyusul duduk di sebelah Jimin yang terduduk di sofa ruang kamar mereka. Memeluk lengan Jimin, kemudian meremas kemeja kerja yang pria Park itu kenakan. "Tidak apa, Sayang. Kita bisa mencobanya lain kali."

Dua bulan usia pernikahan mereka. Meskipun masih seumur jagung, tapi Seolbi ingin sekali mengandung. Hanya saja, ia dan Jimin belum diberi kepercayaan untuk berperan sebagai orang tua. Seolbi pikir ia sudah hamil karena belum mengalami menstruasi selama satu bulan ini. Namun, rupanya tidak seperti yang ia harapkan.

Jimin mengecup puncak kepala sang istri sebelum memeluk Seolbi dari samping. "Jangan sedih, Seolbi-ya. Masih banyak kesempatan, eoh? Kita perlu mencobanya lain kali."

Seolbi mengangguk di dalam pelukan Jimin. "Kapan kau akan mengosongkan jadwalmu, Oppa? Jihye dan Jungkook sudah siap mengurus bulan madu kita. Aku ingin refreshing di tempat baru."

Pria Park itu terkekeh. Memang Jimin belum bisa mengosongkan jadwalnya di kantor karena rupanya ada beberapa kendala yang harus Jimin tangani secara langsung. Jimin tahu Seolbi merasa bosan di rumah sendirian meskipun kediaman mereka dikelilingi pemandangan yang menyejukkan.

Bahkan saat malam Minggu kemarin, Seolbi harus menghabiskan waktunya sendirian di dalam rumah lantaran Jimin sibuk mengurus masalah yang terjadi di kantor. "Baiklah, besok pagi aku akan mencoba untuk berdiskusi dengan tim, barangkali sekretarisku bisa meng-handle pekerjaan perusahaan seorang diri. Kau bisa mengabariku kalau Jungkook sudah mengurus kebutuhan bulan madu seperti hotel dan tiket pesawat," jelasnya. "Ah, jangan lupa urus paspormu. Gunakan uang tabunganmu dulu, ya?"

Seolbi menarik diri dari pelukan Jimin, kemudian mengangguk disertai senyum manis yang wanita itu sematkan. "Baiklah, Presdir Park!" Seolbi beranjak dari sofa usai mengecup bibir Jimin, lalu menarik lengan pria itu agar berdiri menghadapnya. "Sepertinya aku harus banyak belajar soal bagaimana memasangkan dasi untukmu."

Jimin terkekeh sebelum mengacak gemas surai sang wanita. "Apa yang akan kau lakukan nanti?"

"Mencekik lehermu karena tidak mau membagi waktu antara pekerjaan dan istrimu yang selalu sendirian di dalam rumah." Bibirnya sengaja dikerucutkan, membuat Jimin menarik dagu Seolbi dan melumat bibir itu sampai Jimin berhasil menjatuhkan Seolbi ke atas ranjang mereka.

Setelah dasi sukses dilepaskan, Jimin segera melepaskan kancing kemeja dan membuang kemejanya asal ke atas lantai. Tidak lupa tangannya melepas ikat pinggang dan juga celana kain—dibantu oleh tangan Seolbi. Sementara bibir mereka masih saling bertautan.

Jimin total polos saat ini. Kini pria itu melepas piama yang Seolbi kenakan. Hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari satu menit, Jimin berhasil menelanjangi sang istri sebelum menurunkan ciuman ke area dagu dan berhenti di leher.

Telinganya dapat mendengar dengan jelas erangan lembut yang keluar dari bibir Seolbi. Kedua tangan Jimin tidak tinggal diam dengan meremas kedua payudara wanitanya. "Oppa ..."

Jimin hanya berdeham singkat, lalu mengarahkan mulutnya tepat pada payudara kanan Seolbi—membuat wanita Ahn itu mendesah panjang. Tangan kanan Jimin yang menganggur kini turun ke area sensitif istrinya. Mencoba untuk membantu agar penyatuan mereka tidak sesulit kemarin karena Jimin yang tergesa-gesa.

Mendengar desahan Seolbi benar-benar membuat Jimin mabuk kepalang. Seksi sekali sampai beberapa kali pria itu tak sengaja menggigit puting sang wanita yang tengah meremas surainya karena tidak tahan dengan apa yang Jimin berikan.

Tears [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang