Taehyung memijat pelipis yang terasa berat. Napasnya berembus jengkel dengan perasaan tak main-main. Pria itu agaknya sudah dua jam terduduk di atas sofa ruang santai sembari meneguk cola dan mengisap rokoknya. Maniknya mengarah pada acara pertandingan sepak bola. Akan tetapi, pikirannya jelas mengarah ke arah yang lain.
Sudah lebih dari pukul sebelas malam. Namun, agaknya Ahn Seolbi masih sangat menikmati waktu jalan-jalannya sampai melupakan jam berapa saat ini. Tak hanya dua atau tiga kali Taehyung menghubungi nomornya, tapi ponsel Seolbi tidak aktif—atau kemungkinan wanita Ahn itu sengaja mematikan daya ponselnya.
Ini adalah rokok kelima yang Taehyung cicipi setelah lama menunggu kedatangan sang kekasih. Hingga pada saat ia selesai mengepulkan asap nikotin tersebut, ia mendengar suara derit dari pintu utama yang terbuka, disusul oleh sosok Seolbi yang memasuki rumah.
Taehyung lekas berdiri dari posisinya. Pria itu menciptakan air muka marah dengan rahang yang sengaja diketatkan. Ia membawa tungkainya melangkah lebar untuk menghampiri wanita itu yang masih sibuk berdiri di ambang pintu. Akan tetapi, langkah Taehyung mendadak berhenti ketika maniknya mendapati satu manusia yang nampak asing di matanya.
"Hallo, kau kakak ipar Seolbi?"
Seolbi mengulum bibir rapat-rapat manakala Jimin bersuara. Pria Park itu mengulurkan tangan kanannya; bermaksud agar Taehyung menerima uluran tangannya. "Namaku Park Jimin," kata Jimin dengan nada ramah.
Taehyung yang berdiri tak jauh dari Jimin hanya menatap tangan itu tanpa ekspresi bersahabat. Kedua tangannya ia selipkan pada setiap saku celana, lalu mata elangnya menyorot lurus pada Seolbi yang sibuk menunduk.
"Kau tahu sekarang sudah pukul berapa, Ahn Seolbi?" tanya Taehyung tanpa memedulikan presensi Jimin. "Kau baru saja pulang karena bersenang-senang dengan pria asing?"
Jimin kemudian menyampaikan suaranya. "Wow, wow, wow ... kurasa kau berlebihan. Apakah kau tidak pernah muda sebelumnya?" Jimin terkekeh kecil. "Kami hanya pergi ke taman dan makan malam bersama. Lalu aku mengajaknya memutari Kota Seoul karena Seolbi bilang ia belum pernah melihat suasana malam di kota kita."
"Aku tidak bicara denganmu," respons Taehyung sinis. Sejenak pria Kim itu melirik Jimin, kemudian kembali mengarahkan fokusnya kepada Seolbi. "Masuk ke kamar, Seolbi!"
Tidak ada balasan apa pun dari Seolbi selain terdiam menunduk di balik punggung Jimin. "Ahn Seolbi, kubilang masuk ke kamar!"
"Hei, kau tidak perlu berteriak kepada adik iparmu, Bung. Lagi pula, dia pulang tanpa cacat apa pun."
Taehyung spontan menarik kerah kemeja Jimin saat pria Kim itu mulai terpancing emosi. "Jangan ikut campur urusan kami!"
"Tentu saja itu urusanku karena aku dan Seolbi baru saja menjalin hubungan serius." Jimin bisa merasakan remasan di kerah kemejanya, begitu juga suasana panas yang mendadak melingkupinya.
"J-Jimin ..." Seolbi memutuskan untuk memajukan langkahnya dan menjauhkan kedua tangan Taehyung dari kerah kemeja Jimin. Wanita itu lalu menarik Jimin sebelum mengarahkan pandangan pada Taehyung yang menyorot tajam. "Ahjussi, d-dia kekasihku. Jangan kasar padanya," kata Seolbi.
Taehyung diam dengan netra terus mengawasi mereka. Bahkan saat Seolbi menarik Jimin keluar dari rumahnya, mata itu terus menuju kepada Seolbi yang kini tengah berdiri berhadapan dengan Jimin. Entah apa yang sedang keduanya diskusikan sebab yang Taehyung pikirkan saat ini hanyalah ingin cepat-cepat menghukum Seolbi.
Kepala dan dadanya benar-benar panas, Seolbi berhasil membakar api cemburu pada Taehyung kali ini. Apalagi saat Taehyung dengan jelas melihat Seolbi yang berjinjit dan tiba-tiba berciuman dengan Jimin tanpa memedulikan keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears [M] ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Taehyung ... aku hamil." Seandainya hidup sesulit ini, Ahn Seolbi bersumpah tidak akan mau memakan janji-janji manis dan rayuan Kim Taehyung. Wanita 21 tahun itu hamil setelah melakukan hubungan intim beberapa kali bersama Taehyung yang...