Mata bengkak itu menyorot sayu pada sosok sang wanita yang tertidur lemah di atas ranjang rumah sakit. Jimin bersyukur sebab setidaknya kondisi Seolbi baik-baik saja meskipun masih dihantam rasa takut saat wanita itu terasadar dua jam yang lalu. Akan tetapi, yang membuat Jimin tak dapat bernapas dengan tenang adalah melihat Seolbi menangis histeris karena mengetahui fakta bahwa janin di perutnya tak bisa tertolong.
Jimin tahu bagaimana perasaan Seolbi saat ini. Selain itu, Seolbi pasti turut membencinya karena terlambat menolong Seolbi saat tahu wanita itu berada bersama Taehyung. Rencana pertamanya memang berhasil; menyuruh Yoongi untuk meminta bayaran sebanyak mungkin agar Taehyung tak lagi memiliki cukup tabungan. Tapi rencananya untuk menyelamatkan Seolbi rupanya tak berhasil seperti yang ia harapkan kendati wanita itu tetap saja masih bisa ia tolong.
"Nona Seolbi harus banyak-banyak istirahat. Sebisa mungkin Tuan Park mendampinginya setiap waktu karena Nona Seolbi mengalami trauma hebat." Jimin mengangguk manakala dokter yang menangani Seolbi berbicara. "Kalau begitu, saya pergi dulu."
Jimin kembali duduk di kursi dekat ranjang. Membelai rambut panjang Seolbi sementara bola matanya terus menyorot pada wajah pucat di hadapannya.
"Seolbi-ya, maafkan aku karena terlambat datang untuk menolong kalian." Tangan Jimin lantas meraih tangan Seolbi dan mengecupnya. "Aku sangat mencintaimu, Ahn Seolbi."
Jimin mendongak saat merasakan punggungnya ditepuk dari belakang. Kemudian ia melihat Yoongi tersenyum tipis—berusaha untuk menguatkan temannya yang sejak malam menangis tanpa henti.
"Seolbi pasti paham, Jim. Jangan terus-menerus merasa bersalah," ucap Yoongi. Pria itu melirik arloji di pergelangan tangannya. "Sebaiknya kau istirahat dulu. Pulanglah untuk makan, mandi, dan mengganti pakaianmu. Aku akan menjaga Ahn Seolbi untukmu."
Memijat pangkal hidung yang terasa semakin berat sebab terlalu lama menangis, Jimin kemudian menggeleng untuk menolak penawaran dari Yoongi. "Tidak apa, Yoon. Biar aku saja yang menjaganya. Kau bisa pulang dan kembali lagi besok pagi."
Yoongi mengembuskan napas pasrah. Sudah kali kedua pria keras kepala itu membujuk Jimin yang nyatanya jauh lebih keras kepala dibandingkan dengan dirinya. Yoongi tahu Jimin belum mengisi perutnya sama sekali sejak kemarin malam. Bahkan ini pun sudah kembali malam dan pergantian hari akan dimulai sebentar lagi.
"Aku tidak akan pulang kalau kau tidak mau pulang, Jim." Jimin hanya mengedikkan kedua bahu lantaran fokusnya hanya pada sosok sang wanita yang sedang tertidur lelap. "Kau membutuhkan sesuatu? Aku akan pergi untuk membelikan makan malam kita yang tertunda."
Jimin menggelengkan kepala. "Tidak. Pergilah, Yoon."
Setelah kepergian Yoongi dari dalam ruang kamar inap, Jimin kembali mengecup punggung tangan Seolbi. Hanya saja, kali ini jauh lebih lama dengan kedua manik saling tertutup rapat. "Maafkan aku, Seolbi. Aku tidak bisa menepati janjiku untuk menjagamu dengan baik."
Air matanya lagi-lagi menetes keluar membasahi pipi. Perasaan Jimin nyaris hancur. Ia pun merasakan terluka melihat Seolbi yang terbaring lemah pun kehilangan calon anak yang sudah wanita itu damba-dambakan.
"Kau tidak perlu minta maaf, Oppa." Jimin stagnan. Kepalanya lekas mendongak untuk mempertemukan tatapan matanya dengan sang wanita.
"Seolbi, kau sudah bangun rupanya." Jimin melepas tangan Seolbi dari genggamannya, sontak tangannya menyeka air mata yang sempat keluar. "Sini, biar aku bantu untuk duduk. Kau harus minum dan makan sekarang karena perutmu tidak terisi apa pun sejak kemarin."
Jimin membantu Seolbi mengganti posisi menjadi setengah duduk. Pandangan pria itu mengarah pada perut datar Seolbi; mengikuti ke mana arah pandang Seolbi. "Bi-ya ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears [M] ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Taehyung ... aku hamil." Seandainya hidup sesulit ini, Ahn Seolbi bersumpah tidak akan mau memakan janji-janji manis dan rayuan Kim Taehyung. Wanita 21 tahun itu hamil setelah melakukan hubungan intim beberapa kali bersama Taehyung yang...