33

7.3K 1.4K 341
                                    

Karena sang ayah menginap di rumah Kim Taehyung, Seolbi pun harus setiap hari berada di sana untuk mengunjungi ayahnya. Seolbi akan merasa sangat lega jika Taehyung tidak ada di rumah karena bekerja. Akan tetapi, ini sudah keduakalinya pria Kim itu pulang dari kantor terlalu awal sementara Jimin bahkan masih sibuk setelah jam makan siang berakhir.

Pria itu hanya beralasan ingin menemui ayah mertuanya terlalu sering. Namun, hal itu terdengar aneh di telinga Nara. Taehyung bahkan jarang mengajak ayah mertuanya mengobrol berdua. Hanya Seolbi dan Nara yang selalu mengajak ayah mereka pergi jalan-jalan atau hanya sekadar duduk menikmati teh herbal di halaman belakang.

"Ayah, Nara ke atas sebentar, ya? Taera sudah terlelap."

Usai kepergian Nara, Seolbi pun kini memeluk tubuh ayahnya. Memejamkan mata sembari menyandarkan kepala di bahu sang ayah sebelum merasakan tiupan angin sore di halaman belakang yang teramat menyejukkan. "Apa Ayah tahu sesuatu?" Ayah mengernyit sebelum menggeleng. "Seolbi hamil!"

Seolbi mengangkat kepalanya. Menunjukkan wajah bahagianya di depan sang ayah, membuat ayah terkejut bukan main dan buru-buru memeluk sang putri bungsu. "Astaga, anak Ayah akan segera menjadi seorang ibu," ujar ayah lantas terkekeh ketika Seolbi masih begitu manja terhadapnya. "Jangan menyusahkan Nak Jimin, oke? Lakukan apa pun sendiri jika kau masih bisa melakukannya dengan kaki dan tanganmu. Mengerti?"

Mengangguk skeptis, Seolbi kemudian tersenyum manis. Pasalnya, wanita itu sudah terlalu banyak merepotkan Jimin setiap hari. Mulai dari bangun pagi hingga sebelum tidur, Seolbi akan terus meminta bantuan Jimin padahal ia bisa melakukannya seorang diri.

Contohnya pagi tadi. Seolbi memanggil Jimin yang sedang sibuk memakai dasinya. Setelah memasuki kamar mandi, Seolbi meminta Jimin untuk memakaikan kemeja dan legging-nya karena wanita itu terasa sangat malas. Anehnya lagi, Jimin tidak mengeluh sama sekali atau bahkan menggerutu. Pria itu melakukannya dan memperlakukan Seolbi dengan sangat sabar.

Kemudian Nara kembali datang dan keheranan melihat ekspresi sang ayah dan adiknya. "Ada apa ini?" tanya Nara penasaran, lalu segera duduk di bangku yang tadi sempat ia duduki.

"Adikmu hamil," jawab ayah senang.

Nara melebarkan matanya. "Benarkah?!" tanyanya antusias. Nara kembali berdiri untuk menghampiri Seolbi. Kemudian wanita itu segera memeluk sang adik. "Selamat! Sudah berapa bulan?"

"Rahasia! Hany aku dan Jimin yang tahu usia kandungan ini. Nanti kalau sudah besar, aku akan mengumumkannya." Nara menyentil pucuk hidung Seolbi dengan gemas. "Aku jadi banyak makan. Celana-celana jins punyaku juga sudah tidak muat dipakai lagi, Eonni. Jimin pelit sekali karena tidak mau membelikanku jins baru."

"Itu karena efek hamil. Setelah melahirkan, badanmu akan kembali normal lagi." Nara yang sudah berpengalaman pun berusaha menjelaskan pada Seolbi yang sempat memasang muka masam. "Tidak perlu takut. Gemuk begitu kau juga masih tetap cantik."

"Untung Jimin tipe pria setia!" seru Seolbi bangga dan bersyukur. Kemudian semuanya berubah hening. Antara Seolbi dan Nara, keduanya terdiam sementara ayah tidak mengetahui apa pun soal kediaman mereka. Untuk mencairkan suasana, Seolbi lekas berdeham dan mencari obrolan baru. "Sepertinya aku juga harus membuat kamar bayi untuk anakku nanti, Eon. Berapa biaya yang dihabiskan? Lalu apa yang aku butuhkan nantinya?"

"Kursi menyusui yang paling penting. Kau harus beli yang paling nyaman—sama seperti yang aku punya. Tapi jangan membeli kursi yang sama karena belum tentu nyaman untukmu juga," usul Nara. "Kau sudah beli baby box? Kurasa itu tidak perlu. Kalau masih bayi, kau akan lebih memilih tidur di kamarmu dengan bayimu nanti. Bayi tidak boleh ditinggal sendirian saat tidur karena ia bisa saja menangis di tengah malam untuk mencari ASI."

Tears [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang