Turn Off The Light - 3

1.4K 109 46
                                    

Irene menghela nafasnya sedalam mungkin, dia meratapi kebodohan yang ia lakukan. Dia membalikkan kursinya hingga kini dia duduk dengan lanskap kota Jakarta yang diguyur hujan deras sejak tadi pagi.

Irene benci hujan, hujan hanya membawa kesedihan, kesengsaraan, dan semua yang negative. Kenangannya tak bagus pada hujan. Maka itu dia sangat membencinya. Belum lagi macet yang tak ada henti – hentinya melanda kota Jakarta saat hujan datang. Membuatnya semakin muak dengan fenomena alam ini.

Tanpa sengaja Irene menyentuh lehernya, dan untuk kesekian kalinya ia sadar bahwa ada sesuatu yang hilang disana. Kalungnya, satu – satunya penginggalan sang Ibu yang kini entah di tangan siapa. Satu yang ia yakini adalah kalung tersebut pasti hilang di malam terakhir dia di Seoul.

Dia masih tak menyangka kalau dirinya akan bertemu kembali dengan one night stand nya. Harusnya dia lebih sadar saat lelaki yang ia goda adalah orang dari Negara yang sama dengannya. Tequila membuatnya lupa.

Dan yang gilanya lagi, pria tersebut bekerja di bidang yang bersinggungan dengannya. Mino adalah seorang pengusaha perhotelan, sedangkan usaha yang dijalani oleh keluarga Irene adalah developer. Bodohnya dia tak mengetahui bahwa tender yang dia ikuti adalah tender pembangunan hotel Mino di sebuah pulau di Indonesia.

"Permisi Miss." Suara sekertarisnya menginterupsi kegiatan Irene, dia pun membalikkan tubuhnya menghadap sekertarisnya.

"Yes, Joy? Kenapa?" tanya Mino.

"Tadi saya dapat telpon dari Song Corp, bahwa Miss diminta untuk kesana, ada yang ingin mereka bicarakan tentang The Sky Park." Ucap Joy.

Irene memejamkan matanya sebentar, The Sky Park adalah nama hotel milik Mino. Dia kembali membuka matanya, lalu tersenyum.

"Untuk apa?" tanya Irene.

"Masalah legal Miss." Jawab Joy.

"Bukannya sudah semuanya di urus?"

Joy tersenyum "Tapi mereka bilang ada yang kurang, dan Miss Irene di suruh datang setelah makan siang." Katanya.

Irene menghela nafasnya panjang, ini hanya akal – akalan Mino. Dia tau itu. "Oke bilang sama mereka saya akan datang pukul 2 siang."

"Siap Miss."

****

Maka disinilah Irene, berdiri menatap pintu lift yang akan langsung mengarahkannya keruangan kerja milik Mino yang berada dilantai 30 gedung hotel milik Mino. Dia mengatur nafasnya sedemikian rupa agar detak jantungnya pun berdetak dengan normal.

Sampai di lantai 30, Irene berbelok ke kanan dan mendapati Hanbin sudah berdiri di tempatnya menyambut Irene dengan senyumannya.

"Selamat siang Miss Bae, Mr. Song sudah menunggu." Ucapnya.

"Presdirmu menyusahkanku." Ujar Irene dengan nada sarkastik.

Hanbin tak menjawabnya, dia membukakan pintu untuk Irene. Saat Irene masuk, dia melihat kalau Mino tengah berdiri membelakangi dirinya, tehanyut dalam lamunan akan hujan. Hingga Irene berdehem, dia berbalik.

"Ada yang ingin kau bicarakan?" Irene langsung to the point.

Mino mendecih, lalu berjalan menuju meja kerjanya. Sedangkan Irene masih setia berdiri disana.

"Kau tak ingin duduk terlebih dahulu honey?"

Shit,Irene benci mendengar Mino memanggilnya dengan sebutan 'Honey' dia terlalu sexy bagi Irene.

"Tak perlu bertele – tele, apa yang kau inginkan. Aku tau kau tak benar – benar ingin membicarakan masalah legal pembangunan hotelmu."

Mino tersenyum miring, "Duduklah terlebih dahulu, atau kau lebih suka duduk di pangkuanku?" katanya. Irene benar – benar cantik siang ini, pakaian kerja yang ia kenakan benar – benar pas di kulit putihnya.

Eternal Mixtape • MINRENE SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang