"Walaupun kamu tau jika hati kamu berkata ingin menemuinya?" Askar balik bertanya. Rindu mengangguk kepala sedikit membuat Askar tak menyangka dengan tingkat kejujuran pegawainya itu. "Mau saya antar untuk bertemu?" Tawar Askar membuat Rindu menatapnya. Rindu menggeleng kepala dan tersenyum pada Askar tanpa mengucapkan kata apapun.
Askar pun pamit kembali masuk kedalam ruangannya. Askar tau Rindu ingin menemui lelaki itu, namun Rindu masih tetap dengan ego nya ditambah Satya yang sudah mulai melangkah mendekati Rindu. Pusing, Askar memilihi menelfon anak satu-satunya itu dan berbincang daripada memikirkan yang lain.
***
1 bulan berlalu.
Rindu berdiri didepan ruangan Askar menimang akan masuk atau tidak. Menghembuskan nafas dan mengelus pelan perutnya, Rindu mengetuk pintu yang selanjutnya masuk saat mendengar sautan dari Askar.
"Ada apa Rindu?" Tanya Askar.
"Saya mau minta izin pak." Rindu berbicara tanpa menatap Askar melainkan menundukkan kepala.
"Izin apa?"
"3 hari. Saya ingin menemui dia , 3 hari saja saya tidak butuh waktu lama." Rindu masih enggan menatap kepalanya.
"Saya antar ya Rin." Tawar Askar membuat Rindu mengangkat kepalanya menatap bos nya itu.
"Ga usah pak, saya bisa sendiri." Tolak Rindu.
"Diantar Satya?!" Askar bertanya namun dengan nada seperti memaksa.
"Saya bisa sendiri pak."
"Saya antar ke terminal." Final Askar yang dibalas anggukan oleh Rindu yang selanjutnya berlalu kembali kedepan untuk bekerja.
Sebenernya tepat dimana ia berbincang dengan Askar soal Bara, sepulang kerja ia langsung menonaktifkan kembali hpnya. Meski setiap hari gundah memikirkan Bara, namun ego nya masih menguasai. Hingga semalam, ia menyalakan kembali hp dan masuk ratusan pesan dari Bara yang Rindu tak tau harus membalas apa. Baru saja akan kembali menonaktifkan, hpnya berdering menampilkan nomor Bara yang dengan ragu ia angkat.
Bukan suara Bara, melainkan suara pria yang pernah berbincang dengannya waktu itu. Ia mengatakan jika kondisi Bara memburuk, bahkan sering kali Bara mual dan muntah tanpa sebab. Dengan sedikit nada memohon serta paksaan ditengahnya Rindu menimbang, tanpa menjawab mematikan sambungan telfon sepihak dan menonaktifkan hpnya - lagi.
Kini, Rindu diterminal bus yang akan mengantarnya kembali kekota asalnya. Kota yang ia tinggali karna fakta kehamilannya. Kota dimana ayah dari anaknya berada. Dengan mantap Rindu mulai masuk sesekali menatap Askar yang masih berdiri diluar menatapnya. Rindu membuka pintu jendela tersenyum pada Askar.
"Jangan coba-coba mematikkan hp mu, hubungi saya terus jika ada sesuatu." Petuah Askar sejak mereka berangkat hingga saat ini Rindu sudah duduk didalam bus.
"Siap pak. Terimakasih." Ucap Rindu kepada Askar sebelum berlalu karna bus yang ditumpangi mulai jalan meninggalkan halam terminal.
Dengan hati bergemuruh Rindu berdo'a agar ia selamat sampai tujuan bertemu dengan Bara.
***
"Gimana?" Tanya Raenand pada Kelvin.
"Aktif, tapi ga diangkat." Dengan terus mencoba menghubungi Rindu.
"Lacak aja deh, mana nomornya."
"Gak. Kita udah janji sama Bara." Ucapan Kelvin membuat Raenand memberunggut dan berdiri duduk disamping Bara yang saat ini sedang tertidur pulas.
"Lo cemen gegara morningsicknes. Apa kabar tante Safira coba dulu waktu pas hamil kamu Barbar." Ucap Raenand.
"Beda kasus Raen." Jawab Bara dengan lirih sedikit membuka matanya terbangun dari tidur, membuat temannya itu menatap iba.
"Sehat-sehat lah Bar." Ucap Raja yang kini sudah duduk disamping Raenand.
"Pinginnya sih gitu bro." Bara terkekeh kecil tapi tetap saja wajah sayunya tidak dapat ditutupi.
***
Setelah beberapa jam , kini Rindu sudah berdiri didepan rumah sakit tempat Bara dirawat. Tak henti panggilan masuk dari Bara namun Rindu abaikan. Mengelus pelan perutnya, Rindu berjalan masuk dan bertanya pada resepsionis lokasi kamar Bara. Resepsionis menjeleskan dengan seksama membuat Rindu cepat hafal dan berlalu pamit menuju ruangan itu.
Kamar VVIP no. 03 , Rindu berdiri ragu antara masuk atau tidak. Ia ragu dan hendak berbalik namun mendengar teriakan dari dalam seolah menariknya langsung dengan sedikit berlari Rindu masuk kedalam, tepat melihat Bara yang sedang teduduk dilantai. Mata mereka saling pandang, Rindu berlari menghampiri Bara dan membantunya berdiri lalu kembali merebahkan diri diatas brangkar.
"Rindu." Panggil Bara lirih.
"Iya mas saya Rindu. Mas Bara kenapa bisa duduk dilantai kaya tadi?" Tanya Rindu polos membuat Kelvin ternganga, duduk Rindu bilang? Tadi itu Bara terjatuh karna memaksa untuk berjalan sendiri. Sedangkan Raenand serta Raja menatap kagum dengan wajah manis, cantik nan ayu milik Rindu. Tidak akan pernah bosan untuk dipandang. Beruntung sekali Bara, gumam Raenand dan Raja.
"Saya tadi jatuh Rindu bukan duduk." Jelas Bara membuat Rindu seketika panik.
"Panggil dokter ya mas takutnya ada kenapa-kenapa. Coba saya lih--"
"Saya baik-baik aja. Kamu..... baik-baik aja Rindu?" Tanya Bara pelan tapi mata menatap perut Rindu yang membuncit.
"Saya? Atau mereka?" Tanya Rindu saat melihat arah pandang Bara sambil menyentuh perutnya.
"Mereka?" Tanya Bara, Kelvin, Raenand serta Raja. Rindu mengangguk.
"Mereka. Sini tangan mas nya." Rindu mengambil tangan Bara dan meletakkan diatas perut buncitnya. "Yang ini kata bidan cowok, yang ditengah ini cewek, nah disini cowok lagi." Jelas Rindu sambil memindahkan posisi Bara dari satu sisi ke sisi yang lain membuat Bara diam terpaku.
"Triplets?" Tanya Bara yang dibalas anggukan kecil oleh Rindu membuat keempat pria diruangan itu tercengang tak percaya. Bagaimana bisa sekali berhubungan tapi yaaa berkali-kali melakukan bisa menghasilkan anak kembar tiga? Bara tidak memiliki sanak saudara yang kembar, apa dari Rindu? Tapi yang Bara tau Rindu anak yatim piatu yang besar disebuah panti.
"Ga bercanda?" Tanya Bara dengan binar senang.
"Saya ga suka bercanda soal yang begini mas." Jawab Rindu polos. Entah kekuatan darimana Bara terduduk tegap dan menarik Rindu kedalam pelukannya. Hangat, yang mereka rasakan.
Tak sadar jika Safira serta Antha berdiri memperhatikan dua insan yang sedang berpelukan itu. Safira mengkode pada Kelvin saat hendak berbicara agar tetap diam. Kelvin hanya mengangguk patuh dan berjalan bergabung dengan Raja serta Raenand yang berdiri disis kiri brangkar Bara. Sedangkan Safira serta Antha berjalan kesisi kanan brangkar, dekat dengan Rindu.
"Mas?" Panggil Rindu sambil menepak pundak Bara mencoba terlepas dari pelukannya.
"Bentar. Ini nyaman Rindu." Ucap Bara namun Rindu tetap menepak pundaknya. "Kenapa?" Tanya Bara yang kini saling tatap dengan Rindu tanpa melepaskan pelukannya.
"Lepasin mas." Jawab Rindu pelan.
"Tapi saya nyaman Rindu."
"Tapi saya belum mandi sejak 10 jam yang lalu. Bau." Ucap Rindu terlampau polos dan jujur membuat semua orang yang berada diruangan itu terbahak, termasuk Bara.
"Ga apa-apa saya suka." Bara hendak mendekap kembali Rindu namun Rindu melepaskan pelukan itu serta berjalan mundur dua langkah. "Kenapa?" Tanya Bara menatap Rindu. Semua orang terdiam menatap Rindu.
"Malu." Ucap Rindu pelan yang selanjutnya berjongkok dan menutupi wajahnya mengundang tawa semua orang lagi.
.
.
.
.
.
.
.
.Disini siapa yang ngeship Bara sama Rindu bersama hm?
Atu Rindu jadiin sama Satya aja?
Atau Rindu - Askar?
Jangan lupa vote sama komennya gengs lafyuuu💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...