Bara Rindu - 27

35.7K 2.1K 56
                                    

"Sudah saya bilang kan tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah saya bilang kan tadi. Kita itu sama. Sama-sama seorang ibu. Saya masih punya ego untuk anak-anak saya," Kini Rindu menjawab dengan nada tegas dan wajah serius membuat semuanya terdiam. "Saya pernah memberi kesempatan untuk mbak Clara saat saya memilih pergi tanpa meminta pertanggung jawaban mas Bara. Tapi mbak Clara malah mengakhiri hubungan kalian. Apa itu salah saya? Kan mbak Clara yang memilih itu bukan saya ataupun mas Bara. Saya pernah memberi kesempatan untuk mas Bara memperbaiki hubungan dengan anda, tapi mas Bara memilih untuk mencari dan memperjuangkan saya daripada kembali memperbaiki hubungan dengan anda."

"Lo----"

"Kini giliran saya. Kesempatan saya untuk memperjuangkan hak untuk anak saya. Pengakuan dari ayah biologisnya. Kasih sayang dari ayah biologisnya. Status yang jelas untuk anak saya dari ayah biologisnya!" Rindu maju mendekati Clara. "Saya sudah memberi kesempatan dua kali untuk kalian bersama, tapi takdir berkata lain. Saya minta mbak untuk mengerti situasi sekarang. Ada 3 nyawa yang lebih berhak atas mas Bara dari pada ke egoisan mbak yang jelas tak ada hubungannya apapun dengan mas Bara!" Lanjut Rindu berdiri didepan Clara dengan jarak kurang dari 1 meter.

Plak. "Dasar l---" Clara menampar Rindu.

Plak. "Gue udah ngomong baik-baik dari tadi!" Balas Rindu setelah menampar balik Clara.

Sekali hentak Rindu menarik Clara yang notabenenya lebih tinggi darinya untuk masuk kedalam rumah. Ia masih sadar , tidak bagus untuk nama baik keluarga Bara jika tetap melanjutkan perdebatan didepan rumah. Sesekali Safira maupun Candara mencoba menenangkan Rindu namun tak berhasil. Sedangkan Bara serta Antha hanya diam mengikuti.

"Gini ya mbak!" Ujar Rindu dengan emosi. "Kalo lo yang diposisi gue saat ini gimana?! Hamil diluar nikah oleh lelaki yang sudah memiliki tunangan! Hidup sendiri tanpa sanak saudara yang merangkul! Bekerja keras hanya untuk memberi gizi yang baik untuk anak gue! Apa lo pernah berpikir betapa tersiksanya gue dengan semua ini?! Apa lo pernah sekali aja berpikir jadi gue itu gimana?! Jawab mbak!!" Rindu berteriak cukup kencang namun tak membuat Abimanyu yang masih berada dalam gendongan Bara menangis.

"Gue ngerasain betapa sakitnya ga punya orangtua!! Gue ngerasain sakitnya dihina sebagai anak haram! Sakit sekali sangat, dan gue ga akan membiarkan itu terjadi pada anak-anak gue! Memang mereka hadir karna kesalahan tapi mereka ga punya salah, yang salah itu gue yang hampir dengan bodohnya membuat mereka jauh dari ayah kandungnya. Itu kebodohan yang paling bodoh dalam hidup gue. Lo, masih punya orangtua, masih punya sanak saudara, bahkan lelaki yang menjadi ayah biologis dari anak lo pun ada disamping lo. Ga bisa kah sekali aja kasih gue kebahagiaan dalam keluarga kecil gue?" Tanya Rindu diakhir kalimat dengan nada lirih menahan sesak.

"Ka--"

"Lebih penting mana obsesi dan hak asasi?" Tanya Rindu tak membiarkan Clara berujar. "Lo cuma obsesi karna mas Bara yang selalu mencintai lo sekarang berpaling bahkan terbilang acuh sama lo. Sedangkan gue meminta hak asasi gue sebagai wanita yang pernah mengandung bahkan melahirkan ketiga anak kembar mas Bara. Lebih penting mana mbak lebih penting mana?!"

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang