Bara Rindu - 39

27.4K 1.6K 34
                                    

"Leon, ada keperluan apa kamu kesini?" Tanya Antha yang membuat Bara menatap jengah ayahnya.

"Ya mau rapat lah, ayah ini gimana sih." Ujar Bara dengan nada ketus.

"Ayah nanya Leon bukan kamu!" Balas Antha tak kalah ketus.

"Ya emang mau rapat ayah! Emang ayah pikir tuan Leon yang terhormat ini mau apa? Mau menemui Rindu dan melakukan tes DNA iya? Pliiiisss deh dia ini baru pulang ke indo kan kata berita juga. Mana dia tau kalo Rindu anaknya." Celetuk Bara tanpa menatap Antha melainkan menatap kedua sepatunya dengan kedua tangan bersidakep dada.

"Barabas!" Teriak Antha, Adira, Putra dan Rival bersamaan dengan kesal.

Leon? Dia terdiam kaku mendengar celetukan Bara. Otak cerdasnya tiba-tiba memproses sesmuanya lambat. Dia berpikir , jadi yang dia pikirkan sejak tadi itu benar adanya jika wanita yang bernama Rindu bisa jadi anaknya dengan Marisa. Leon hanya terdiam kaku menatap Rindu yang menatapnya datar. Hatinya terasa teremas. Pantas saja saat tadi berdekatan dengan Rindu hatinya terasa menghangat. Perasaan hangat yang hilang lama sejak terakhir kali ia menggendong bayi merah baru lahir.

"Ups! Keceplosan." Ujar Bara sambil menutup mulut menggunakan kedua tangannya.

Bara berjalan mundur dan berdiri dibelakang kursi berlindung pada Rindu saat melihat Antha berjalan menghampirinya. Yang pasti Bara tau ayahnya itu akan menendang bokongnya, karna jika Antha akan melempar Bara menggunakan sepatu tidak usah repot-repot jalan mendekat. Itu lah yang Bara tau tentang ayahnya itu.

Rindu berdiri dan tersenyum pada Antha saat mertuanya itu sudah berdiri berhadapan dengannya. Rindu hanya mengusap pundak Antha lembut dengan senyuman manis yang pertanda kalo ia baik-baik saja dan tak perlu menghukum Bara.

"Rin---"

"Rindu baik-baik aja ayah. Mas Bara juga ga salah. Ada kalanya manusia khilaf." Ujar Rindu membuat Antha mengangguk kepala pelan.

Rindu membalik badan menatap Bara dengan senyuman. Ia berjalan melewati Antha, dengan sekuat tenaga dan menahan rasa sakit yang tadi ia rasakan saat melihat Marisa. Rindu merubah raut wajahnya menjadi datar dan berhenti berjalan tepat 1 meter dihadapan Leon. Ditelisik wajah Leon yang masih terdiam kaku.

"Apa yang akan anda katakan pada saya?" Tanya Rindu cukup kencang membuat Leon refleks tersadar dari pikirannya sendiri. "Apa permintaan maaf yang akan anda lontarkan? Jika iya, saya akan menjawab sekarang." Lanjut Rindu melangkah mempersempit jarak dengan Leon.

"Saya sudah maafkan kedua orang tua saya yang saya tidak tau siapa namanya dan bagaimana wajahnya sejak lahir. Saya selalu mendo'akan kalian berdua untuk selalu sehat dan bahagia tanpa hadirnya saya. Tapi ada satu hal.... Luka dihati saya yang membekas sulit untuk hilang." Ujar Rindu sambil mengadahkan kepala menatap Leon.

"Nak---"

"Saya sudah dengar dari ibu Marisa jika saya dibuang oleh ibunya bapak Leon, benar? Bukan kalian berdua yang membuang saya, tapi ibu anda. Namun, apa kalian tau meskipun kalian salah tapi saya tak pernah sekalipun menyalahkan kedua orang tua saya? Dulu saya berharap bisa sekali saja bertemu dengan kedua orang tua saya. Tapi terkadang realita berbeda dengan harapan, rasa sakit dihati mendominasi untuk saat ini." Rindu mulai melangkah mundur membalik badan berjalan menghampiri Bara.

Ditariknya tangan Bara dan berjalan melewati semua orang yang masih terdiam didalam ruangan Bara, termasuk kedua pegawai Leon bak penonton diacara tv. Rindu menyenderkan tubuhnya pada dinding lift dan menutup mata saat pintu lift tertutup. Tangannya gemetar mencengkram tangan Bara, sekuat-kuatnya Rindu ia tetap lah gadis remaja yang terpaksa harus dewasa dengan status yang disandangnya saat ini.

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang