Bara Rindu - 44

24.5K 1.6K 98
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 21.48 , tapi tak membuat seorang wanita untuk hendak tidur menjemput mimpi. Disandarkannya tubuh berisinya pada pagar balkon dengan wajah mengadah menatap langit gelap.

Sesekali tangannya mengelus pelan perut yang masih sedikit membuncit pasca melahirkan yang dalam waktu dekat pun akan kembali membuncit karna berisi janin lagi.

"Memang benar kenyatan terkadang pahit." Gumamnya pelan.

"Meski pahit, pasti ada titik manis nya kok."

Rindu refleks membalikkan badannya saat mendengar suara Bara yang membalas gumaman kecil nya. Dengan raut tersenyum Bara menghiraukan air muka Rindu dan lebih memilih berjalan mendekat untuk mengelus sayang perut Rindu.

"Kamu tau, saat kamu mengandung triplets Abi hal yang paling aku ingin adalah mengelus lembut perutmu dan berinteraksi bersama mereka. Tapi memang kenyataan lebih pahit, aku dijauhkan dari kalian dan dibiarkan merasakan sakit sendirian." Ujar Bara memandang lurus perut Rindu dengan tangan masih mengelus sayang.

"Mas a---"

"Tapi aku ga pernah nyalahin kenyataan dan takdir." Sela Bara memusatkan pandangan pada mata Rindu. "Dengan kenyataan pahit aku jadi belajar, sesuatu itu harus disyukuri dan kesalahan apapun harus diakui bahkan lebih baik lagi jika bertanggung jawab. Dengan begitu kita akan menuai manis nya hidup." Lanjut Bara memeluk pinggang Rindu mesra.

"Kita jalani aja hidup dengan kenyataan pahit yang baru diketahui, tapi jangan jadikan itu untuk menghindar pergi Rindu. Kamu pernah pergi meninggalkan aku dan menanggung semuanya sendiri padahal jika dipikul bersama beban terasa lebih ringan. Jangan ulangi hal itu pada kasus saat ini. Bagaimanapun mereka kedua orang tua kandungmu, maafkan dan terima semuanya dengan ikhlas."

Rindu menatap Bara lekat yang selanjutnya membalas pelukan Bara tanpa mengucapkan apa-apa. Tidak ada yang salah dari apa yang diucapkan Bara, namun yang salah ada dialam dirinya sendiri. Bagaimanapun semua kenyataan ini sulit untuk diterima secara langsung.

Tentang kedua orang tua kandungnya, dari keluarga mana sebenarnya ia berasal, fakta menyakitkan dari ibu kandungnya yang berujung menghadirkan dirinya kedunia. Semua cukup sulit untuk diterima apalagi dibantah. Fakta jelas akan tetap menjadi fakta, dan kecewa akan tetap menjadi kecewa.

Saat ini yang bisa Rindu lakukan hanya menatap Bara dan tersenyum seolah dirinya mendengarkan semua ucapan Bara dan akan menerima semua kenyataan pahit ini.

Chup.

"Kita masuk sekarang ya. Disini dingin, nanti bisa masuk angin." Ujar Bara sambil menampilkan senyum menawannya yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Rindu.

*

Pagi harinya, Rindu dan Bara sedang sarapan dengan anggota keluarga yang lain dengan Abimanyu dalam gendongan Rindu sedangkan Abinara dalam gendongan Bara. Abihaksa? Dengan sang paman tercinta, Candara. Dalam diam mereka fokus pada makanannya masing-masing hingga terdengar suara seperti sesuatu yang rusak sangat kencang membuat semua orang mau tak mau mereka refleks berhenti makan dan berdiri bergegas menuju pusat kegaduhan tadi.

"SIALAN!!" Umpat Antha kencang saat melihat pintu kayu jati yang sangat mahal itu hancur oleh mobil alphard hitam entah milik siapa yang sudah dengan senang hatinya memasuki kediaman mewahnya.

Garis bawahi memasuki  yang benar-benar mobil alphard hitam itu masuk kedalam rumah nya melewati garis lahan parkir, bahkan sampai mengahancurkan pintu tinggi gagah nan mahal yang selalu menyambut semua orang saat bertamu.

"ORANG BEGE MANA YANG MASUKIN MOBILNYA KEDALAM RUMAH UWE?!!!" Teriak Antha sambil menggebrak mobil itu tanpa takut lecet atau rusak. Toh pikirnya pintu rumah mahal miliknya hancur tak seberapa dengan biaya service mobil itu.

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang