Bara Rindu - 20

43.4K 2.5K 20
                                    

"Nak biar kita aja yang cari Rindu ya." Ujar Safira lembut.

"Enggak bu, biar Bara aja yang nyari." Balas Bara pelan.

"Udah lah biar kita aja, kamu istirahat aja." Ujar Kelvin.

"Enggak Kel, aku juga mau nyari Rindu." Balas Bara pada Kelvin.

"Udah lah Bar jang---"

"Gue cuma mau nyari Rindu apa salah?! Kenapa kalian ngelarang gue?! Gue ga selemah yang kalian pikir, gue udah kuat dan sanggup buat nyari Rindu sendiri! Please." Teriak Bara jengah, namun berujar pelan diakhir kalimat.

"Bar...." Panggil Kelvin, Raja , dan Raenand bersamaan.

"Aku ngerti Bar, kita cari bareng-bareng ya jangan sendiri." Ujar Raenand pelan dibalas anggukan kepala oleh Bara.

"Kita cari Raindra ke kampusnya dulu." Ujar Kelvin namun tangannya ditahan oleh Bara.

"Ga ada, fakultas dia udah mulai libur semester. Aku udah cari dia kesana." Ujar Bara.

"Cari kerumahnya." Raja melangkahkan kakinya mengambil laptop.

"Udah aku cari tapi ga ketemu alamat rumahnya." Jawab Bara membuat Raja menghentikan tangannya.

"Udah kamu lacak Bar?" Tanya Raja.

"Udah. Nihil. Semuanya ketutup apik, dan kayanya bener dia yang nyembunyiin Rindu selama ini."

Semua orang menghela nafas kasar, perjuangan mereka mencari rindu kali ini sedikit lebih sulit dibanding yang pertama.  Bahkan sampai anak buah Raenand dan Raja turun tangan untuk mencari. Sudah ada titik terang dikota mana Rindu berada, namun kini yang jadi masalahnya wanita itu masih juga belum ketahuan berada dimana.

***

2 minggu berlalu, Rindu sedang mencoba untuk tertidur namun tak bisa juga karna sakit dibagian perut yang begitu tak bisa ditahan padahal rasanya ia tak memakan makanan pedas sudah hampir 4 bulan kebelakang. Apa ia akan melahirkan? Tapi kata dokter masih ada satu minggu lagi perkiraan. Rindu mencoba untuk duduk dan melirik jam menunjukkan pukul 02.27 dini hari, ia mencoba untuk berjalan dengan tertatih keluar dan mengetuk pintu kamar Raindra.

"Rindu ada apa?" Tanya Raindra dengan mata masih menutup karna mengantuk.

"Ra--in Sa---kiiitt." Rindu meremas kaos Raind serta meletakkan kepalanya di dada bidang pria itu membuat Raind tersadar dan menatap Rindu khawatir.

"Apa yang sakit? Perut nya? Udah mau lahiran?" Pertanyaan Raind hanya dibalas anggukan kepala saja oleh Rindu. "Biiiiiiii Wati!!!" Teriak Raind dengan tangan menahan Rindu yang terlihat kesakitan.

Tak lama keluar wanita paruh baya dan pria paruh baya dari arah belakang. Mereka bi Wati dan pak Amir, pembantu serta supir Raindra. Dengan terpogoh-pogoh mereka menghampiri Raindra.

"Bi bawain tas Rindu yang udah disiapin buat lahiran, dan pak siapin mobil. Sekalian ambilin waistbag saya." Ujar Raindra membantu Rindu untuk berdiri tegak. "Bisa jalan ga Rin?" Tanya Raind yang hanya dibalas anggukan kepala dan senyuman manis diwajahnya.

"Anak ibu udah mau keluar ya sayang." Ujar Rindu sembari mengelus perutnya sayang, disamping Raindra yang membantunya berjalan menuju mobil.

"Sabar dulu ya baby jangan dulu lahir, kita otw rumah sakit sekarang ya." Kali ini Raindra yang mengelus sayang perut besar Rindu.

Raindra membopong tubuh Rindu yang sudah tidak kuat berjalan saat didepan teras rumah dengan bantuan bi Wati dan pak Amir. Ingat kan jika Rindu itu hamil triplets? Raindra tidak sanggup menggendong Rindu sendiri, ditambah ini jam setengah 3 subuh. Dengan cepat pak Amir mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.

Dilain tempat, Bara meringis kesakitan memegang perutnya yang seperti akan meledak. Meski sudah dipeluk oleh ibu nya namun ini tak berhasil, sudah memanggil dokter untuk memeriksa pula namun jawabannya 'tidak kenapa-kenapa' membuat orang-orang makin panik.

"Kerumah sakit ya nak." Bujuk Safira lagi, pasalnya Bara menolak untuk dibawa kerumah sakit.

"Ga mau bu, takut." Ujarnya lirih. Memang ia tak sering merasakan sakit, sakitnya itu masih berselang tapi tetap saja sakit.

"Sudah nak Kelvin, Raenand dan Raja angkut itu Bara ke bawah. Mobil sudah menunggu di loby, kita bawa kerumah sakit sekarang!" Perintah Antha langsung dituruti oleh ketiga sahabat anaknya itu.

"Ayaaahhh!" Rengek Bara saat Kelvin dan Raenand mulai mengangkat tubuhnya melepaskan pelukannya dari Safira.

Dengan menahan rasa khawatir Antha merangkul Safira hingga masuk kedalam mobil duduk disamping Bara. Sedang ketiga sahabatnya Bara menaiki mobil yang satunya lagi. Mereka langsung melesat menuju rumah sakit terdekat.

Tiba dirumah sakit Bara langsung dibawa ke UGD untuk dicek segala sesuatu dalam tubuhnya. Mereka semua menunggu dan sesekali menenangkan Bara yang mulai kesakitan lagi.

"Apa Rindu akan melahirkan?" Tanya Safira pada Antha pelan.

"Melahirkan?" Antha bertanya balik dan mengangkat satu alisnya menatap Safira tak mengerti.

"Iya. Selama ini kan Bara yang ngalamin morning sick berlebihan bahkan ngidam juga, bisa jadi saat ini Rindu akan melahirkan dan Bara juga ikut merasakannya." Jelas Safira langsung membuat Antha melongo.

Dengan cepat ia menghubungi seluruh anak buahnya untuk mencari keberadaan Rindu diseluruh rumah sakit serta bidan dikota itu. Ia menghampiri Raenand dan Raja membisikan hal yang tadi dibicarakannya dengan Safira. Mereka mengangguk mengerti dan coba menghubungi anak buah mereka juga, namun saat Raenand akan menelfon ia melihat sepupunya berjalan tergesa didepannya.

"Ethan!" Panggil Raenand membuat seorang pria menatapnya kaget namun tak urung menghampiri Raend.

"Abang lagi apa disini?" Tanyanya setelah salim pada Raend.

"Temen gue sakit, lo lagi ngapain disini?" Tanta Raend.

"Temen gue mau lahiran, gue duluan ya."

"Wait wait, lahiran? Nama temen lo siapa?" Tanya Kelvin dengan tangan menyekal pria itu.

"Apa urusannya sama abang buat tau nama temen gue?" Tanya balik pria itu dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Cepet jawab aja kenapa sih!" Ujar Kelvin kesal.

"Selow Kel, sepupu gue ini." Bela Raenans menengahi.

Arrrgghhh. Ibuuuu sakiiittt. Ringisan Bara terdengar oleh mereka dan membuat Safira panik kembali melihat Bara menekan perutnya kesakitan.

"Pak Raindra!" Panggil suster yang setengah berlari menghampiri Raind - ya yang dipanggil Ethan oleh Raenand adalah Raindra Ethan. "Ibu Rindu sudah masuk pembukaan 8." Lanjut suster itu membuat Raind memasang wajah paniknya, hendak berlari menyusul suster namun tangannya keburu dicekal oleh Raenand. Raenand baru ingat jika sepupunya ini bernama Raindra Ethan.

"Jawab abang siapa temen kamu yang mau ngelahirin itu?!" Ujar Raend bukan seperti nada bertanya tapi seperti nada lebih menuntut.

"Kenapa sih, ga ada ur--"

"Rindu Eka Rembulan? Apa Rindu teman kamu itu nak?" Tanya Safira lembut menatap Raind dengan tangan masih mengelus kepala Bara lembut. "Jika memang iya, sangat ada urusannya. Anak saya - Bara ,ayah dari anak yang di kandung Rindu dan saya berharap kamu mau mempertemukan mereka. Kamu lihat? Anak saya merasakan kesakitan yang sama yang dirasakan oleh Rindu."

"Pak Raindra!" Panggil Suster lagi membuat Raind berdecak, menatap Raenand dan melepas cekalan tangannya.


.
.
.
.
.
.
.

Ada yang berharap Raindra nemuin Rindu dengan Bara????

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang