Bara Rindu - 45

24.7K 1.6K 28
                                    

Satu minggu berlalu sudah usai kejadian dimana Leon menghancurkan pintu rumah kesayangan milik Bramantha dan membuat anaknya - Rindu mengamuk, kini ia kembali datang dipagi hari dengan setelan ala anak muda. Kaos polos berwarna khaki, celana chino selutut berwarna putih ditambah dengan sepatu adidas full with yang senada membuatnya semakin terlihat menarik.

Beda nya, jika minggu lalu ia datang seorang diri. Sekarang ia datang bersama dengan supir beserta seorang wanita yang pasti bisa menjadi pawang seorang Rindu, siapa lagi jika bukan Marisa. Ingat, semarah-marahnya anak dapat diredakan oleh ibunya. Nah Leon mengantisipasi masalah minggu lalu takut membuat Rindu kembali marah, makanya membawa Marisa sebagai pereda nya.

Bukan apa-apa nih, tapi dirinya besera Antha dan Bara tidak dapat masuk kedalam rumah hingga pukul 10 malam oleh Rindu. Bahkan seluruh pegawai dirumah itu menuruti perkataan Rindu untuk menjaga garda depan menghalangi ketiga pria itu agar tidak lolos masuk kedalam rumah. Sungguh terlalu bukan??

Dan sekarang disini lah ia dan Marisa, didalam mobil yang baru saja berhenti parkir dihalaman rumah Antha. Dengan perlahan ia turun dari mobil yang diikuti oleh Marisa. Dalam diam mereka berjalan menuju pintu kayu jati besar yang masih terlihat baru setelah insiden minggu lalu, dan ini cukup menguras dompetnya.

"Ssttt..."

"Apa kak?" Tanya Marisa saat Leon berdesis kepadanya.

"Kamu yang pencet bel ya, aku jagain kamu dari belakang. Takut ada singa ngamuk." Ujar Leon absurd yang hanya membuat Marisa menggeleng kepala.

Di langkahkan kakinya menuju pintu dan langsung saja ia memencet bel 3 kali, karna kalo cuma sekali menurutnya kurang afdol karna rumah Antha yang besar kemungkinan agak kurang terdengar juga oleh orang-orang didalam.

Krek. Pintu terbuka yang langsung menunjukkan sosok Rindu dengan Abinara digendongannya. Meskipun menunjukkan wajah datar tapi ia masih mengerti sopan santun dan meminta Marisa serta Leon untuk masuk kedalam rumah.

"Liat, singa nya belum ngamuk Marisa." Bisik Leon pada Marisa.

"Jadi maksud kakak Rindu itu singa?" Tanya Marisa yang langsung mendapat anggukan kepala dari Leon langsung.

"Kalo Rindu singa, terus kakak apa?"

"Papah singa lah, eh! Kok kamu gitu sih sama aku Marisa." Ujar Leon merajuk diakhir kalimat.

"Ck!" Marisa berjalan cepat dan duduk disofa ruang tamu meninggalkan Leon, yaaahh walaupun ditinggalkan pria itu pasti akan mengejar Marisa dengan cepat.

"Tunggu sebentar, biar saya panggilkan ayah dulu." Pamit Rindu namun tangannya langsung dicekal oleh Leon.

"Aku dan Marisa ingin bertemu kamu." Ujar Leon namun Rindu hanya membalasnya dengan tatapan tajam dan dingin yang jelas membuat Leon refleks melepaskan cekalan tangannya dan duduk disamping Marisa salah tingkah.

"Aku memancing singa tidur terbangun Marisa." Bisik Leon pelan tepat ditelinga Marisa yang hanya membuat sang empu menggeleng tak percaya.

"Nak, bisa kita bicara? Ibu dan ayah-"

"No ayah tapi papah ok Marisa." Sela Leon pada ucapan Marisa.

"Ayolah kak itu sama aja."

"No no no! Itu beda Marisa! Kamu lihat Bramantha dipanggil Ayah? Terlihat tua! Panggil aku papah, karna aku ini awet muda!" Ujar Leon sambil menyenderkan tubuh pada sofa.

"Mulut pelangi Leonard memang selalu minta ditampar pakai sepatu kuda!" Ujar Antha yang baru saja berjalan memasuki ruang tamu.

"Aku berkata jujur." Bela Leon tak mau kalah.

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang