Bara Rindu - 24

38.2K 2.1K 88
                                    

Sekitar 45 menit, mereka sampai didepan rumah makan sederhana tempat Rindu pernah bekerja. Dengan senang Rindu membuka pintu mobil dan berjalan masuk dengan riang seolah ia tidak menggendong seorang bayi yang baru berumur beberapa hari itu. Bara yang melihat itu hanya berdecak dan berjalan keluar mobil mengikuti Rindu dari belakang.

"Assalammualaikum!" Riang Rindu membuat beberapa orang yang memang pelanggan tetap pun membalas salam Rindu dengan senyuman.

Rindu berjalan menuju ruangan askar yang sebelumnya sempat berpelukan kecil pada Adam yang menjaga didepan. Namun saat hendak masuk keruangan Askar, Rindu lebih dulu bertemu dengan Satya yang berdiri kaku namun senyuman terpasang diwajahnya.

"Mas Satya!" Panggil Rindu hendak memeluk Satya namun terlanjur ditahan oleh Bara.

"Kamu lagi gendong Nara kalo lupa." Ujar Bara sedikit ketus.

"Naranya juga tidur nyenyak kok ,mas Bara berlebihan kaya orang cemburu aja." Balas Rindu yang menghiraukan Bara lanjut memeluk Satya. "Mas Satya, Rindu kangeeenn." Lanjutnya pada Satya setelah melepaskan pelukan kecilnya.

"Kekekek Rindu Rindu, udah jadi ibu masih aja ya menggemaskan. Mas Satya juga kangen kok sama Rindu. Ga ada pemanis lagi disini." Ujar Satya lembut pada Rindu dan menatap Bara sopan. "Apa kabar mas?" Satya menyodorkan tangannya yang diterima Bara untuk bersalaman.

"Baik." Jawab Bara singkat. Bara bisa melihat jelas tatapan cinta dari Satya untuk Rindu.

"Rindu ketemu pak bos dulu ya." Ujar Rindu berlalu mengetuk pintu ruangan Askar yang selanjutnya masuk kedalam.

"Langgeng ya mas." Ujar Satya pada Bara.

"Makasih, semoga cepat moveon dan cepat dapat pengganti Rindu ya." Balas Bara berlalu masuk pada ruangan Askar menyusul Rindu.

Bara masuk duduk disofa samping Rindu yang sebelumnya ia sudah berjabat tangan dengan Askar. Askar dan Rindu masih dalam diam menatap Abinara yang sudah Rindu letakan diatas meja. Sebenarnya Bara sudah mendengus sejak tadi melihatnya. Abinara itu anaknya, tapi disamakan dengan cemilan toples ditaruh diatas meja.

"Jadi kapan kamu ngelahirin Rindu? Kenapa ga ada kabar sekali hm?" Tanya Askar namun masih fokus menatap bayi mungil yang terlelap itu.

"Beberapa hari yang lalu lah pak. Melahirkan itu sakit banget ya, apalagi sekaligus tiga." Curhat Rindu dengan nada lemah. Yah, Bara tau itu karna Bara juga merasakan sakitnya jadi wajar saja jika Rindu mengeluh.

Cklk. Pintu ruangan Askar kembali terbuka menampilkan Safira serta Antha dengan masing-masing menggendong bayi. Askar tau jelas ,itu pasti kembarannya si cantik yang masih anteng diatas meja. Mereka saling bersalaman serta memperkenalkan diri pada Askar. Sedikit berbincang sebelum mereka semua keluar, melihat suasana sudah sepi karna jam makan siang sudah lewat. Lagi, Rindu meletakkan Abinara diatas meja yang untungnya bersih membuat Bara sedikit gemas melihat tingkahnya. Serasa bawa cemilan bukan anak.

"Rindu kenapa disimpan diatas meja?" Tanya Adam.

"Biar bisa diliat semua orang, kalo Rindu gendong ga akan keliatan. Takut kalian sama kaya mas Bara juga sih." Jawab Rindu polos membuat Bara mengernyitkan dahi bingung sedangkan Safira dan Antha menatap Bara tajam.

"Emang mas Bara kenapa?" Tanya Satya. Karna jujur mereka tidak mengerti.

"Mas Bara terus liatin dada Rindu kalo lagi gendong salah satu dari triplet Abi. Kan Rindu malu, dada Rindu berkali-kali lipat lebih besar dari sebelum melahirkan. Tumpah-tumpah mas." Jawabnya lagi dengan polos.

Askar, Adam serta Satya memalingkan wajahnya malu padahal yang wanita adalah Rindu. Sedangkan Safira serta Antha semakin menatap Bara tajam. Bara? Hanya melongo mendengar kejujuran jawab dari Rindu. Apakah kentara sekali jika Bara memperhatikan gunung kembar Rindu yang memang berkali-kali lipat lebih besar, bahkan Safira membelikan banyak dalaman untuk Rindu dengan size yang subhannallah pokoknya.

"Rin, yang gitu ga usah diumbar." Ujar Bara pelan namun terdengar oleh yang lain.

"Tapi mas Bara kentara sekali." Balas Rindu membuat Bara hanya mengusap wajahnya lelah. "Apa?!" Tanya Bara ketus menatap Antha serta Safira.

"Dasar pria tua haus belaian!!" Balas Antha tak kalah ketus.

"Bara baru otw 23thn ya yah belum tua!" Bara menyilangkan kedua tangannya diatas dada menatap Antha tajam.

"Tapi anak kamu udah tiga!" Balas Antha lagi ikut menyilangkan tangannya diatas dada setelah meletakan Abihaksa diatas meja bersampingan dengan Abinara.

"Tapi Bara masih dibawah 25 thn!"

"Tetep aja udah tua udah punya anak tiga!"

"Punya anak banyak bukan berarti tua!" Bara tak mau kalah, Antha pun sama hingga perdebat terus berlanjut.

Yang lain hanya menonton perdebatan tak faedah itu. Hingga Rindu mencium pipi Bara 5 detik membuat sang empu pipi terdiam , padahal baru saja akan membalas lagi ucapan ayah kandungnya itu. Bara memalingkan wajah menatap Rindu dengan tangan menyentuh bagian pipi yang tadi dicium.

"Sstt... Malu sama anak. Udah punya tiga loh masa masih mau debat sama kakeknya anak-anak." Ujar Rindu lembut mengusap rahang tegas Bara membuat Bara hanya mengedipkan matanya polos dan mengangguk nurut.

"Bu, Bara mau nikah sekarang aja deh nunggu dijakarta lama." Rengek Bara pada Safira percis seperti anak umur 5 tahun yang meminta es krim pada ibu nya. Lagi, yang lain hanya melongo melihat sikap Bara.

"Ga bisa. Nunggu sampe jakarta." Jawab Safira.

"Ga tahan bu." Rengek Bara membuat Askar, Adam dan Satya menatap semakin tak percaya. Beda dengan Bara yang lampau pernah mereka temui.

"Lagian kalo nikah sekarang juga percuma!" Ujar Antha dengan nada ketus. "Masih harus nunggu masa nifas Rindu selesai." Lanjutnya dengan senyum miring.

"Persetan sama masa nifas!" Bara menarik Rindu namun kepala keburu dilempar pakai popok bayi baru yang Antha ambil dari baby bag triplets. "Ayaaahhh!!" Geram Bara menatap Antha.

"Halalin dulu baru buntingin lagi!!" Teriak Safira serta Antha bersamaan. Yang entah sudah keberapa kali mereka berucap seperti itu membuat Bara kesal , berjalan keluar sendiri dengan wajah masam.

"Itu mas Bara yang waktu itu pak bos?" Bisik Adam pada Askar namun terdengar oleh Rindu dengan posisi mereka yang dekat.

"Mas Bara emang suka kaya gitu mas Adam, mohon dimaklum. Masih lebih dewasa mas Satya sama pak Askar dibanding mas Bara." Timpa Rindu jujur pada percakapan Adam dan Askar.

"Rin--"

"Rindu tau kok mas Adam, jangan ngerasa ga enak. Mas Bara emang kaya gitu, Rindu cuma berkata jujur." Potong Rindu menatap Adam dengan senyuman khasnya.

Ah. Rasanya Askar, Adam serta Satya sudah lama tidak menikmati ciptaan tuhan yang indah ini. Wajah wanita remaja namun dengan aura ke ibuan yang kentara, ditambah lesung dikedua pipi dengan pemanis gigi gingsul sebagai tambahan. Membuat pria manapun enggan untuk berpaling. Mereka pasti akan sangat merindukan Rindu.

"Ekhem. Saya udah pesan hotel diperbatasan jawa tengah dan jawa timur. Untuk makan siang udah pesan di Resto yang biasa ayah dan ibu datangi. Semakin cepat semakin baik." Ujar Bara didepan pintu yang selanjutnya kembali berlalu.

"Mas Bara kalo bukan ayahnya anak-anak aku udah aku jual ke mucikari!" Rindu bangkit sambil menggendong Abinara berlalu keluar setelah pamit pada ketiga pria yang pernah menjadi rekan kerjanya.

Namun semua orang didalam ruangan masih terdiam menatap punggung Rindu hingga hilang dibalik pintu. Mereka menggeleng kepala, baru kali ini mendengar Rindu berkata seperti itu. Askar, Adam dan Satya saling pandang lalu terbahak mengingat tadi Rindu sangat menggemaskan. Safira dan Antha terkekeh kecil sebelum pamit pergi, jangan lupakan kembar yang lain Abimanyu dan Abihaksa yang sudah berada dalam gendongan mereka.

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang