Didalam mobil sangat hening, bahkan radio pun tidak dinyalakan. Hanya terdengar suara kendaraan dari luar. Bara masih merajuk, ia sedari tadi diam memainkan hp nya. Rindu sudah terlelap dengan Abinara digendongannya yang juga terlelap. Bara melirik sebentar pada Rindu sebelum menghela nafas pelan.
"Anak kurang ajar itu yang membiarkan orangtuanya menggendong cucunya sedari tadi tanpa ada niatan untuk membantu." Sepet Antha pelan dari kursi belakang tapi terdengar jelas oleh Bara.
"Apa sih yah. Kalo ngomong to the point aja ga usah supat sepet deh kaya anak bocil aja." Ujar Bara pelan tapi ketus. Takut Rindu terbangun.
"Nih Haksa gendong dong, ayah pegel mau bobo juga kaya Rindu." Ujar Antha dengan tangan menyodorkan Abihaksa pada Bara, yang langsung diterima oleh pria itu.
"Abimanyu juga dong nak. Ibu pegal." Safira sedikit setengah berdiri menyumbul dicelah mobil Alphard hitam itu. Jangan lupakan Abimanyu yang sudah diletakkan diatas kedua paha Bara tanpa menunggu jawaban dari sang empu.
"Bu ini gimana ih Bara kan gendong Haksa." Ujar Bara protes namun tak digubris oleh Safira yang sudah merebahkan tubuhnya tiduran dengan berbantal paha Antha yang sudah terpejam dengan posisi duduk. "Ck! Untung orangtua kandung." Decak Bara.
Bara melirik pada Rindu yang terlihat nyenyak. Bagaimana tidak nyenyak kini mereka sedang dalam perjalanan menuju salah satu hotel di jawa tengah yang berkisaran 3 jam lagi. Tadi Bara berbohong tentang membooking hotel yang membuat Antha geram membuat mau tak mau Bara memesan hotel namun ditengah-tengah provinsi jawa tengah. Semakin banyak transit semakin lama mereka sampai dijakarta, pikir bara.
"Abimanyu jangan nangis." Ujar Bara saat melihat anak bungsunya membuka mata hendak menangis. Dengan gercep ia membawa Abimanyu kedalam gendongannya dengan tangan kanan. Sedangkan tangan kiri menggendong Abihaksa.
"Aku buktikan bisa bahagia tanpa kamu Clara." Ujar Bara dalam hati sambil menatap kedua bayi yang berada dalam gendongannya.
"Astagfirullah!" Pekik Bara kaget saat jok mobil yang ia duduki memundur dan posisinya turun menjadi 45° membuat Rindu terbangun.
"Lebay! Pake teriak segala. Ayah benerin jok nya biar kamu bisa rebahan juga sambil gendong itu baby boy. Lebih gampang juga mereka bisa direbahin diatas badan kamu." Ujar Antha dengan sedikit kekehan.
"Ayah!" Panggil Bara geram namun tak urung ia mengikuti saran Antha membuat kedua jagoannya benar terlelap tenang. Bahkan Abimanyu yang hampir menangis pun tak jadi.
"Repot ya? Mau Rindu bantu?" Tawar Rindu dengan mata masih mengedip-ngedip ciri khasnya bangun tidur.
"Ga usah, kamu tidur lagi aja." Tolak Bara sangat lembut dengan senyuman yang membuat wanita manapun tak bisa bergeming melihatnya, namun berbeda dengan Rindu.
"Yaudah Abihaksa bisa kasih ke aku? Biar Abinara dengan mas Bara. Seingat aku tadi Haksa belum meminum ASI." Rindu meletakkan Nara dipangkuannya dan mengambil Haksa kedalam gendongannya.
"Sini aku ambil Nara." Bara memajukkan tubuhnya untuk mengambil Nara kedalam gendongannya.
"Benar kan, walau dia terpejam tapi dia lapar mas." Ujar Rindu yang kini sedang menyusui Haksa.
Seolah meminta Bara untuk melihat tapi wanita itu menyusui menggunakan apron khusus. Cukup membuat Bara gemas. Untungnya kedua orangtua yang selalu menyinyirnya kini sudah terlelap, padahal hari masih siang. Bara menatap kedua bayi yang terlelap didekapannya. Kalian tau bayi zaman now? Yang baru hitungan hari tapi sudah lepas dari bedong. Yaitulah ketiga anak Bara.
"Mas, ga dengerin Rindu ngomong ya?" Tanya Rindu pelan membuat Bara langsung menatapnya.
"Aku dengerin ko. Tapi kalo kamu lupa, yang tadi ngomong kalo aku selalu fokus natap dada kamu bukan baby Abi itu kamu loh." Jawab Bara dengan nada menyindir diakhir kalimat.
"Tapi kan itu fakta." Balas Rindu polos.
"Iya itu fakta. Jadi kalo ga mau aku fokus natap gunung kembar lebih baik kamu diem. Aku tau kok Haksa lahap banget menyusu nya sangat sangat sangat lahap." Bahkan sampe bikin aku iri sama mereka ,lanjutnya Bara dalam hati - pastinya.
Rindu terdiam mendengar penuturan Bara. Rasa bersalah menjalar dihatinya namun ia abaikan. Kini mereka kembali saling terdiam hingga mereka sampai di hotel untuk beristirahat sejenak.
*
10.47 pagi , Alphard yang ditumpangi oleh Bara,Rindu serta yang lainnya mulai memasuki pekarang rumah. Rindu terdiam, sekelibat ingatan buruk yang pernah ia alamai dirumah itu kembali muncul seperti kaset lama. Safira yang mengerti, menyentuh pelan pundak Rindu dari belakang dan tersenyum lembut membuat Rindu membalas senyuman itu mulai membuka pintu mobil dan berjalan mengikuti Bara yang tak lelah menggendong kedua anak lelaki mereka.
"Assalammualaikum." Salam Rindu saat memasuki rumah, Bara yang satu langkah didepannya terdiam melirik Rindu yang berdiri dibelakangnya.
"Waalaikum salam!" Teriak Candara sambil sedikit berlari menyambut.
"Jangan lari-lari Candara!" Tegur Antha.
"Ini rumah bukan lapangan!" Tegus Safira.
"Jatoh tau rasa!" Kalo ini abang tercintanya Candara - Barabas Anggara.
"Wiiihhh abang udah keren, udah bisa gendong dua baby. Kalo tambah satu lagi bisa ga?" Tanya Candara iseng.
"Bisa. Tapi kan ku lepar dulu muka kau dengan popok mereka mau?!" Ujar Bara.
"Ga aseeeekkk." Candara melangkah membantu Rindu untuk membawa baby bag dan berjalan meninggalkan yang lain.
"Woy! Diatas!" Teriak Bara dan berjalan menghampiri Candara yang memasuki kamar tamu utama.
"Kata ibu belum halal, jadi simpan bawah dulu wkwk." Candara menyumbulkan kepalanya sebentar untuk mengejek Bara.
"Halalin dulu, baru tidur sekamar!!" Lagi, ujar Antha dan Safira bersamaan.
"Ga aseeeekkk." Bara berjalan dengan misuh-misuh menyusul Candara memasuki kamar tamu utama.
"Kayaknya otak Bara sekarang koslet deh yah." Ujar Safira menggeleng kepala melihat tinggak anak sulungnya.
"Kayaknya sih iya, efek punya anak tiga jadi gitu." Timpa Antha sambil mengangguk pelan kepalanya.
"Maksud ibu dan ayah mas Bara........ gila?" Tanya Rindu membuat keduanya terbahak.
"Bukan gila... Cuma sedikit tidak waras mungkin." Safira merangkul Rindu berjalan memasuki kamar.
"Emang sebelumnya mas Bara kayak gimana? Kalo pas pertemuan pertama kita sih Rindu ga terlalu ingat soalnya lagi mabuk. Kalo pertemuan kedua ditoko bunga itu....... Jutek. Mungkin karna masih bersama dengan mbak Clara." Jelas Rindu membuat Safira tersenyum. Tanpa membalas hanya mengusap lembut pundak ibu muda itu.
Mereka memasuki kamar dan menatap jengah Bara yang tertidur tengkurap dengan Abihaksa disisi kiri sedangkan Abimanyu disii kanan. Mereka bertiga terlelap, bahkan yang membuat Safira jengah adalah tangan kekar Bara menindih tubuh kecil bayi kembar itu. Yang ajaibnya tidak menangis.
Candara duduk disofa memainkan gadget mahalnya. Cuek. Tak memperdulikan Bara yang ternyata sudah berbaring. Rindu menghampiri kasur king size itu. Ia menidurkan Abinara dibagian kasur yang kosong. Setelahnya mengambil Abihaksa, menaruhnya disamping Abinara dan terakhir mengambil Abimanyu menaruh disisi lain Abinara. Membuat si bayi perempuan satu-satunya itu diapit oleh kedua bayi laki-laki.
Rindu terkekeh melihat wajah ketiga anaknya yang terlelap sangat mirip dengan Bara yang juga terlelap disamping mereka. Safira yang melihat itu tidak menyia-nyiakan moment. Ia memfoto beberapa kali untuk diabadikan. Candara pun sudah berdiri disamping Rindu ikut memotret tingkah kakak laki-lakinya itu untuk ia kirim pada ketiga sahabat kakaknya itu.
"Ibu pernah nanya ke Rindu. Kira-kira wajah mereka mirip siapa, kan?" Ujar Rindu pada Safira. "Mereka sangat mirip dengan ayahnya." Lanjut Rindu dengan senyuman hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...