Bara duduk dikursi kebesarannya dengan tangan memegang pulpen dan mata fokus terhadap berkas-berkas didepannya namun otaknya berkata lain dengan mata. Otaknya selalu membayangkan lontong ayam hangat-hangat ditemani teh manis hangat membuat perutnya keroncongan, lapar. Ia meletakkan kepalanya diatas meja meratapi nasib perutnya yang lapar hingga hampir saja ia mengeluarkan air liyurnya jika mulutnya tidak terkatup rapat.
Tok, tok, tok.
Suara ketukan serta langkah kaki yang menghampirinya tak membuat Bara berniat mengangkat kepalanya barang sedikitpun. Zahra, sekretarisnya menatap heran Bara. Ia bekerja dengan Bara sejak beberapa bulan kebelakang , tepat saat Bara menyandang gelar sarjananya dan cukup mengenal karna Bara dan Zahra teman satu kampus, satu angkatan, satu kelas dan lulus bersama. Zahra bekerja diperusahan ayah Bara karna Bara yang meminta dan Zahra mengangguk karna rezeki tidak boleh ditolak ya kan.
"Pak, rapat direksi 30 menit lagi dan in--" Ucapan Zahra terhenti saat Bara mengangkat kepalanya dan menatap polos seperti anak kecil yang meminta sesutu kepada ibunya.
"Zahraaaa. Lapar." Ucap Bara pelan membuat Zahra terdiam lalu berjalan cepat memeriksa suhu tubuh Bara dengan meletakkan tangannya dipelipis Bara.
"Lo ga sakit kan Bar?" Tanya Zahra dengan nada santai terhadap teman, yang dibalas gelengan kepala oleh Bara."Lapar ya makan, ngapain curhat juga sih. Rapat 30 menit lagi." Lanjutnya.
"Zahra, ayah ada?" Tanya Bara yang dibalas anggukan kepala oleh Zahra. Dengan cekatan Bara berdiri memakai jas nya serta mengambil dompet,hp dan kunci mobil. "Ayah yang rapat, aku lapar ingin mencari makan." Ucap Bara berlari menjauhi Zahra sebelum wanita itu melemparnya dengan sepatu yang tingginya hampir 15cm mungkin. Dengan kesal Zahra berjalan cepat dan mengetuk pintu ruangan yang bertuliskan 'Bramantha Saputra'.
"Maaf ganggu pak, ada rapat 30 menit lagi." Ucap Zahra sopan namun mendapatkan sebuah tatapan bertanya dari Antha. "Harusnya pak Bara yang hadir, tapi tadi pak Bara kabur katanya ingin mencari makan dan meminta saya untuk berbicara kepada anda jika anda yang menggantikannya."
"Kabur kemana si Bara?" Tanya Antha datar yang dibalas gelengan dari Zahra. Dengan kesal ia mengeluarkan hpnya dan langsung menelfon Bara yang ajaibnya langsung diangkat oleh anaknya itu.
"Bar--"
"Ayah, Bara lapar ingin makan lontong ayam apa ayah tau dimana pedagang lontong ayam jam segini?" Tanya Bara disebrang sana. Baru saja Antha akan memarahi anaknya dan meminta untuk kembali namun saat mendengar pertanyaan Bara ia mengurungkan niatnya dan mengumpati dalam hati. Dengan memijit tulang hidungnya Antha berfikir dimana pedagang lontong diwaktu yang hampir mejelang jam makan siang ini.
"Cari dipasar." Jawab Antha.
"Pasar mana? Di mall aja ga ada?"
"Kamu mau nyari lontong ayam atau fillet ayam?!" Ucap Antha dengan nada mulai kesal. Zahra serta Dion-sekretaris Antha mencoba menahan tawa melihat wajah CEO nya itu yang kesal bertelfon dengan anak sulungnya.
"Nyari lontong ayam. Kalo pasar, pasarnya dimana yah?"
"Ya dipasar lah, pake nanya pasar dimana. Cari sendiri! Yang ngidam siapa yang repot siapa! Balik lagi kesini jangan kabur kamu!" Antha memutuskan panggilannya sepihak dan menatap kedua pegawainya yang masih berdiri diruangannya.
"Kalian tau tukang lontong ayam jam segini?" Tanya Antha pada mereka.
"Di gang belakang perusahaan pak. Biasanya masih ada jam segini." Ujar dion membuat Antha tersenyum.
"Tolong belikan 2 bungkus, dan tanyakan dulu pada Bara lontong ayamnya ingin seperti apa dan Zahra kamu ikut Dion saja membeli lontong ayam. Ini uangnya. Kalo tidak ada tolong carikan kemana pun hingga dapat. Saya akan menelfon lagi Bara untuk kembali." Antha menyodorkan uang 500rb yang diterima oleh Dion, namun saat hendak berbicara. "Kembaliannya untuk kalian berdua, asal lontongnya dapat." Lanjut Antha mendapat anggukan kepala Dion dan Zahra yang kini berlalu keluar dari ruangan Antha. Antha menghubungi lagi Bara yang langsung diangkat.
"Bara balik ke perusahaan. Lontong ayamnya sedang dibelikan oleh Dion dan Zahra." Bara berteriak senang mendengar ucapan Antha membuat hatinya menghangat.
"Bener yah? Yaudah aku balik lagi keperusahaan. Lontong ayamnya 2 pakai sambel yang banyak jangan lupakan kacang yang renyah yeeeeeeyy." Bara mematikan sambungannya dan memutar balik kembali ke perusahaan sedangkan Antha menatap hpnya tersenyum yang selanjutnya menghubungi Dion memberitahu pesanan Bara.
Antha kesal dan kecewa kepada Bara, tapi bagaimanapun Bara tetap anaknya. Ia harus membantunya untuk mendapat sebuah kebahagiaan. Antha pernah tidak setuju Bara berhubungan dengan Clara, namun ia memaksakan menerima karna anaknya itu sangat mencintai Clara. Tapi lihatlah, Clara malah membuat anaknya tersakiti hanya karna satu kesalahan. Ia bersyukur Bara tidak jadi menikahi Clara, karna Antha tau jika mereka tidak berjodoh. Feeling seorang ayah yang selalu kuat melekat pada diri Antha. Ia berusaha mencari keberadaan Rindu karna feelingnya jika Rindu mampu membuat Bara bahagia. Ia tidak banyak bicara degan keluarga tapi ia selalu berusaha bertindak melakukan apapun untuk kebahagian keluarganya. Itu lah ayah seorang Barabas Anggara, Bramantha Saputra.
***
"Rindu, biar ini sama saya kamu jaga didepan saja." Ucap Askar dan mengambil semua piring kotor dari tangan Rindu.
"Tapi pak saya juga ingin bekerja." Balas Rindu.
"Kamu itu kerjanya menjadi kasir. Diam dan tunggu saja didepan, sambil memainkan hp pun saya ga masalah Rindu ." Askar berlalu menuju dapur dan Rindu kembali kedepan, kebagian kasir. Ia hanya terdiam memperhatikan jalanan dan interaksi diluar. Jika Rindu tidak menghindari Bara mungkin kini ia sudah asik dengan hpnya yang tak seberapa tapi setidaknya ada game yang bisa menghilangkan rasa bosan.
Tak sengaja Rindu melihat seorang wanita dengan perut yang membuncit seperti akan meledak berjalan gandengan tangan dengan seorang pria yang ia yakini suaminya. Dengan tak sadar Rindu mengelus perutnya yang sedikit membuncit. Ia ingat jika ia belum memeriksakan kandungannya dan ia akan melakukan itu saat gajian nanti. Askar yang sudah berdiri disamping Rindu mengikuti arah pandangnya, ia sangat mengerti apa yang difikirkan Rindu.
"Tanpa ayah, anak kamu pasti bahagia kok Rindu." Pelan namun cukup membuat Rindu terlonjak kaget tersadar dari lamunannya.
"Eung pak." Rindu mengaruk kepalanya pelan.
"Ga usah khawatir, disini ada saya Adam serta satya. Jadi kamu ga usah khawatir jika anak kamu nanti kekurangan kasih sayang. Saya menganggap kamu seperti adik saya, jangan sungkan jika membutuhkan apapun. " Askar tersenyun dan berlalu pergi kembali kedalam meninggalkan Rindu yang ikut tersenyum dengan mengusap perutnya lembut.
Didapur, Satya memperhatikan Rindu yang tersenyum sangat manis dan menyayangi anaknya itu membuat hatinya hangat. Ingin ia mendekati Rindu seperti ucapan Askar tapi ia mengurungkan niatnya. Ia takut Rindu tidak nyaman dan menjaga jarak. Ia baru mengenal Rindu 2 hari tapi hatinya seperti sudah terpanah oleh pesona seorang wanita yang sedang hamil muda itu. Semua orang mengakui jika Rindu manis, tak jarang Satya mendengar pujian dari pelanggannya yang setiap datang atau pun membayar karna Rindu tak henti memberikan mereka sebuah senyum manisnya serta lesung pipi dan gigi gingsul yang menambah kesan manis nan ayu nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...