Usia Antha sudah tidak muda lagi, tapi mengapa anak sulungnya itu meminta ia yang memanjat kenapa bukan anak bungsunya saja Candara? Lihat sekarang ia sedang kesusahan untuk mencari pijakan agar bisa mencapai puncak pohon mengambil mangga muda yang diinginkan oleh Bara. Antha sudah melempar beberapa mangga muda tapi menyebalkannya Bara ingin Antha mengambil yang atas. Ingin Antha menolak tapi Safira sudah lebih dulu menatapnya tajam ,dalam hati Antha akan membalas perbuatan istrinya itu dengan menguncinya didalam kamar hingga pagi.
"Yang ini?!" Teriak Antha pada Bara yang sedari tadi mengadahkan kepalanya tak merasa pegal sedikitpun.
"Lempar!" Teriak Bara dari bawah yang langsung dituruti oleh Antha, bersyukurnya Bara mengangguk dan akhirnya mau menerima mangga yang itu sehingga ia bisa turun sekarang. Dengan perlahan ia turun, namun saat sudah dibawah ia celingkuan mencari istri serta anaknya itu yang entah dimana.
"Nyari siapa pak?" Tanya pak Toni si pemilik pohon.
"Istri sama anak saya." Jawabnya.
"Oh, udah jalan duluan tadi." Antha menggerutu dalam hati mengumpati anaknya itu yang selanjutnya ia pamit untuk kembali pulang menyusul yang lain.
Antha berjalan tergesa saat membuka pintu, menelisik rumah tidak ada siapapun. Berjalan menuju dapur, ia menemukan apa yang ia cari. Safira, Barabas serta Candara sedang terduduk dimeja makan memperhatikan Bara yang dengan lahap memakan semua mangga yang diambil oleh Antha tadi. Niatnya ingin memarahi tapi saat melihat raut wajah senang dari Bara, hatinya jadi sedikit tenang. Walau mangga, setidaknya kini makanan masuk kedalam perut anaknya itu tanpa dikeluarkan kembali. Ia berjalan dan mengelus pelan rambut Bara yang masih dengan anteng menyantap semua mangga.
"Ayah mau?" Tawar Bara pada Antha yang dibalas anggukan kepala. Bara menyuapi Antha sepotong mangga muda yang baru saja memasuki mulutnya sudah membuat wajahnya kecut merasa asam.
"Asem banget, jangan dimakan lagi nanti perut kamu sakit." Ucap Antah hendak mengambil semua mangga yang sudah dikupas serta yang masih utuh, namun Bara lebih dulu menghindar dan menyelamatkan semuanya berlari pergi menuju kamar dengan sebuah teriakan menggelegar diseluruh ruangan "Ini punya Bara semua, ayah ga boleh ambil!" Membuat semua orang melongo mendengarnya.
Sungguh bukan seorang Barabas Anggara yang mereka kenal. Barabas yang kalem, dingin, cool, cuek bahkan seperti namanya Bara - sulit disentuh oleh orang jika bukan orang yang sudah sangat mengenalnya. Tapi lihatlah Bara yang kini menaiki anak tangga dengan tangan penuh mangga sangatlah berbeda jauh. Bara berkali-kali memeletkan lidahnya pada Antha serta menunjukkan wajah konyol, tidak ada kalem-kalemnya. Mereka bertiga saling pandang merasa pening melihatnya sedangkan Candara terbahak.
"Kalo bang Kelvin, bang Raja, sama bang Raenand tau seorang Barabas bertingkah seperti itu habis sudah harga diri seorang Barabas Anggara hahaha." Ucapan Candara membuat Safira serta Antha terkekeh membayangkan itu terjadi.
Kelvin Chandra, Raja Satya, Raenand Putra adalah sahabat Bara sejak mereka SD hingga sekarang. Hanya saja semenjak Clara kembali ke kehidupan Bara, waktu mereka bersama berkurang karna Bara yang terlalu memprioritaskan Clara. Mereka bertiga sih tidak masalah , karna sudah tau wataknya Bara. Jika patah hati pasti kembali lagi.
"Aku harus ngabarin mereka nih biar besok pada kemari." Candara berlalu pergi menuju kamar yang diikuti oleh Safira dan Antha menuju kamarnya, ingatkan Antha untuk mengurung Safira hingga pagi.
Sedangkan Bara dikamarnya kini melanjutkan makannya yang tadi tertunda, dengan lahap ia memakan semuanya. Nikmat, yang ia rasakan saat ini. Padahal hanya mangga muda milik tetangga tapi rasanya sangat-sangat nikmat. Bara menaiki kasur dan mengambil Hp membuka aplikasi chating. Tidak ada balasan apapun dari Rindu, yang ia lihat hanya pesan yang pertama kali ia kirim centang biru dua sedangkan sisanya hanya centang hitam satu.
Menatap langit-langit kamar, Bara bosan tapi ia tidak mengantuk. Entah dorongan dari mana Bara membuka aplikasi chating tadi dan melakukan panggilan vidio call grup yang berisikan dirinya, Kelvin,Raja, serta Raenand. Sudah 10 kali tapi tidak ada yang mengangkat, ia melirik jam yang ada dilayar hpnya menunjukkan pukul 23.07 tak menyerah ia melakukan vidcall yang akhirnya diangkat oleh mereka semua dengan muka bantal.
"Ngapain nelfon malem-malem bangke!"
"Ga tau apa sekarang tengah malem pig!"
"Dasar gila nelfon malem-malem kambing!"Umpat Kelvin, Raja, dan Raenand membuat tawa Bara sangat pecah sungguh ia tak mengerti mengapa tapi melihat ketiga sahabatnya itu membuat tawa Bara lepas begitu saja sedangkan yang ketiga pria yang berada ditempat berbeda sudah melotot tak percaya. Seorang Barabas Anggara tertawa begitu lepas hanya karna umpatan dari mereka? Dengan kompak mereka saling melihat satu sama lain dilayar hp, manganggukan kepala serta mematikam sambungan membuat tawa Bara berhenti dan memandang sedih. Mencoba melakukan vidcall lagi namun tak diangkat, namun tak henti Bara terus menghubungi hingga 100 panggilan tak terjawabpun Bara terus melanjutkan.
Terlalu fokus melakukakn vidio call grup hingga tak sadar jika ketiga temannya kini sudah berada didepan kamarnya, dengan pintu yang mereka buka secara perlahan memperhatikan Bara yang anteng menatap layar hp. Hp mereka bertiga selalu menyala sejak tadi masih dirumah masing-masing, perjalanan dan hingga kini mereka sampai. Saling memandang satu sama lain akhirnya mereka masuk dan menampakkan diri dihadapan Bara yang suatu keajaiban mendapat sebuah sambutan hangat dari Bara.
Bara tersenyum ceria melihat mereka bertiga datang, dan langsung loncat berlari memeluk ketiganya hingga kehabisan nafas jika Kelvin tidak mendorong tubuh Bara dengan kuat. Berlomba-lomba mengambil oksigen kini ketiganya melongo tak percaya melihat Bara terududuk bersila dilantai seperti anak kecil menatap mereka dengan tatapan polos. Raja dan Raenand berlari menggedor pintu kamar Antha dan Safira membuat keduanya terpaksa keluar dengan keadaan berantakan karna gedoran pintu yang sangat-sangat tidak bisa diabaikan.
"Ada apa?!" Tanya Antha tapi dengan nada ketus.
"Itu om Bara sakit." Ucap Raenand langsung membuat Safira serta Antha berlari menuju kamar anak sulungnya itu. Tapi yang mereka liat sungguh diluar nalar, Bara tertidur berbantalkan paha Kelvin diatas lantai yang beralaskan karpet berbulu. Safira berjalan pelan, berjongkok dan mengelus rambut Bara pelan.
"Udah dari tadi?" Tanya Safira pada Kelvin.
"Iya tan, pas Raja sama Raenand keluar Bara merengek minta Kelvin duduk, terus Bara tidur dipaha Kelvin kaya gini." Jelas Kelvin membuat yang lain melongo.
"Nak Raja dan nak Raen,bisa bantu tante pindahkan Bara ke kasur?" Mereka mengangguk setuju serta mulai memindahkan Bara ke atas tempat tidur.
"Bara sakit ya tante?" Tanya Raja yang dibalas gelengan kepala oleh Safira.
"Engga, cuma hormonnya lagi labil." Jawab Safira dengan senyum sambil terus mengelus rambut Bara.
"Hormon?" Ucap Kelvin, Raja, Raenand bersamaan.
"Hormon gila maksudnya tan?" Tanya Raja dengan hati-hati.
"Kalian juga merasa jika Bara sudah gila?" Tanya Antha datar yang dibalas anggukan ketiganya kompak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...