Setelah kejadian dimana Candara berteriak mengadu pada Safira, Bara tak henti mengibarkan bendera perang pada adiknya itu. Ditambah saat Rindu bertanya dengan polosnya maksud dari teriakan Candara yang ternyata terdengar oleh Rindu karna pintu yang lupa Bara tutup.
"Udah dong nak." Ujar Safira pada Bara yang kini sedang menggendong Nara tapi mata menatap tajam Candara yang dengan santainya mengunyah cemilan acuh menonton tv.
"Mas... Udah dong." Kini giliran Rindu yang mencoba untuk meredakkan kekesalan Bara.
"Tau akh!" Bara berdiri hendak berjalan membawa Nara kekamar tapi langkahnya terhenti saat melihat Antha yang baru pulang dari kantor berjalan menghampirinya.
"Mau kemana?" Tanya Antha dengan suara cukup kencang.
"Kamar sama Nara. Disini orang-orangnya pada julid." Jawab Bara dengan nada kesal.
"Besok hari apa?" Tanya Antha pada Bara dan mengambil Nara kedalam gendongannya.
"Hari selasa." Jawab Bara santai.
"Mau kerja atau jadi pengangguran mengemis nafkah sama orang tua?" Tanya Antha lagi yang kini sukses membuat Bara terdiam mematung. Ah rasanya sudah sangat lama sekali ia tidak ke kantor. Ditambah saat kehamilan Rindu, Bara sulit berkonsentrasi bekerja dikantor. Seringnya dikerjakan dirumah, kecuali saat ia down dirumah sakit.
"Kerja dong jadi suami yang tanggung jawab menafkahi istri serta anak-anak." Jawab Bara santai dengan senyum lebar diwajahnya tanpa beban.
"Ya makanya besok kerja bukan ngamar terus!!! Nyolo dikamar mandi ga ada guna, mending ngerem diruang kerja ayah urusin audit kantor!!" Teriak Antha dengan geram menatap anak sulungnya itu.
"Ay---"
"Jangan pikir ayah ga tau ulah kamu ya!" Antha menatap Bara tajam.
"Candara sialan!!!!" Umpat Bara teriak melempar kedua sendalnya pada Candara sebelum berjalan memasuki ruang kerja Antha tanpa alas kaki. Candara? Sudah pasti terbahak girang.
Blam. Pintu ruang kerja Antha dibanting keras oleh Bara. Antha yang melihat itu pun akhirnya terbahak tak kuasa lagi menahan tawanya. Barabas Anggara, anak pertamanya yang memiliki sifat sangat man cool bisa menjadi seperti ini. Ah rasanya ia kembali melihat Bara kecil. Antha berjalan menuju sofa, duduk disamping Safira yang sedang menggendong Haksa.
"Tak apa kan jika mulai besok Bara kembali bekerja?" Tanya Antha pada Rindu.
"Ga apa-apa ayah. Itu kan kewajiban mas Bara." Jawab Rindu dengan senyuman yang menampilkan gigi gingsulnya.
"Ah menantuku sangat baik." Ujar Antha dengan senang.
"Ayah, ibu Rindu kembali ke atas ya sudah sore waktunya mereka bertiga mandi." Ujar Rindu berdiri menggendong Abimanyu yang diikuti oleh Safira yang menggendong Abihaksa dan juga Antha yang menggendong Abinara. Mereka bertiga berjalan menuju tangga ke lantai 2 namun langkahnya terhenti saat melihat Bara keluar dari ruangan kerja dengan tergesa.
"Waktunya anak ayah mandi sore!!" Teriak Bara sambil membawa Abinara kedalam gendongannya, berjalan meninggalkan mereka bertiga yang masih terdiam. "Rindu sudah sore ayok!" Ajak Bara saat sudah berada di anak tangga paling atas.
Didalam kamar Bara sibuk memakaikan pakaian pada si kembar Abi, sedangkan Rindu yang baru selesai memandikan Abimanyu pun hanya berdiri sambil masih menggendong si bungsu melihat Bara. Sangat telaten dan rapih. Bahkan memakaikan bedak pada Abihaksa dan Abinarapun rapih, tidak ada belepotan khas bayi.
"Abimanyu udah? Sini biar aku pakein baju." Rindu menidurkan Abimanyu disamping Abinara.
Dengan telaten Bara membalurkan minyak telon serta bedak pada si bungsu yang selanjutnya dipakaikan baju baju yang sama dengan kedua saudara yang lain. Dengan senyum lebar, Bara mengeluarkan hp dan memfoto ketiga bayi itu.
"Lucu kan Rindu??" Tanya Bara.
"Iya mas." Jawab Rindu dengan nada senang.
"Anak siapa dulu dong." Bara menepuk dadanya dengan bangga.
"Anak Rindu dan mas Bara." Rindu menaiki kasur serta menciumi ketiga bayi yang sedang tersenyum itu. "Anak ibu udah pada wangi-wangi ya." Lanjutnya membuat senyum Bara semakin lebar.
"Iya dong kan dimandiin sama ibu terus didandanin sama ayah." Ujar Bara menjawab dengan suara seperti anak kecil membuat Rindu terkekeh.
Safira, yang dari tadi memerhatikan melalui celah pintu yang terbukapun semakin mengembangkan senyumnya. Ah, Barabas Anggara anak tertuanya yang dulu sangat menggilai satu wanita bernama Clara Nathali kini terlihat sangat jatuh cinta pada istrinya Rindu Eka Rembulan. Bara mencintai Rindu tanpa syarat, seiring berjalannya waktu selama perpisahan melanda keduanya. Kini ia tak perlu khawatir jika suatu saat dirinya maupun Antha pergi meninggalkan dunia, setidaknya Bara memiliki wanita hebat yang ia jamin akan selalu ada untuk anak tertuanya itu. Tugas Safira dan Antha hanya tinggal 1 lagi, Candara.
Sepertinya Safira harus mulai fokus pada Candara. Ia sudah masuk usia 20thn sudah pasti bukan waktunya untuk menjomblo atau setidaknya anak bungsunya itu pasti sudah punya gandengan. Ah, Safira harus benar mengawasi si bungsu agar tidak terjadi kesalahan yang sama pada anak keduanya. Ya kesalahan yang Bara alami harus diantisipasi agar tidak terjadi pada Candara.
Perlahan Safira berjalan menuruni tangga dan menghampiri sofa yang masih diduduki oleh Candara. Ia mengendap-ngendap dari belakang serta mengintip apa yang sedang anaknya itu lakukan dengan hp pintarnya. Namun kenyataan yang ia lihat membuatnya menghela nafas pelan sebelum mengangkat tangan untuk menjewer telinga Candara.
"Bentar lagi ujian masih sempet-sempetnya main game hm." Ujar Safira dengan senyuman diwajahnya namun raut muka sangat mengintimidasi.
"Bu sakit ih!" Pekik Candara melepaskan tangan Safira dan mengusap lembut telinganya yang terasa panas.
"Mau ujian bukannya belajar mah main game."
"Ini itu hiburan namanya bu." Bela Candara dengan raut merajuk.
"Belajar atau ibu nikahkan besok dengan wanita pilihan ibu!" Safira mengancam yang langsung membuat Candara ngacir kekamarnya yang ada dilantai dua, samping kamar Bara.
"Ibu ga asik kaya ayah iyuwh!!" Teriak Candara saat sudah sampai ditangga paling atas.
Safira hanya mengusap dadanya pelan. Kedua anaknya sudah besar tapi terkadang masih bersikap kekanakan. Apalagi Bara kini statusnya sudah menjadi suami, ayah, kepala keluarga namun sikapnya duuuhhh subhanallah bukannya makin cool, cuek, adem, dewasa lah ini makin suka debat sama Candara, manja pada Rindu, dan sering merajuk pada Antha.
Mengingat Bara, ia jadi sadar jika dirinya sudah tidak muda lagi. Tak terasa kini anaknya sudah berumah tangga, meski berawal dari sebuah kesalahan tapi bisa terlihat jelas jika didalamnya kini tercipta sebuah ketulusan cinta yang merebak luas. Mungkin sekarang ia dan Antha masih bisa menahan Bara dan Rindu untuk tinggal bersama mereka. Tapi tidak tau dengan nanti, saat triplet sudah besar dan mungkin memiliki adik bisa saja Bara bersikukuh untuk pindah. Mengandalkan Candara pun tak bisa, anaknya itu juga pasti tak lama akan menyusul kakak sulungnya.
Safira menggeleng kepala menghalau semua pemikiran pemikiran yang hanya membuatnya sakit. Ia berjalan memasuki ruang kerja Antha dan duduk dikursi depan suaminya itu. Ia hanya bisa menemani Antha setiap suaminya itu membawa pekerjaan atau mengerjakan pekerjaan dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...