Bara terbangun dan melirik jam yang menempel didinding baru menunjukkan pukul 1 dini hari. Diliriknya kasur yang kosong yang sebelumnya diisi oleh Rindu - istrinya. Ia turun dari kasur dan berjalan ke arah kamar mandi saat mendengar suara seseorang muntah.
"Rindu!" Panggil Bara agak kencang saat membuka pintu yang dilihat Rindu sedang terduduk dilantai dengan wajah pucat.
"Maaasss...... Mual, pusing, lemes." Jawab Rindu pelan.
Bara menghampiri Rindu tergesa dan membawa tubuh istrinya itu ala bridal style keluar dari kamar mandi. Direbahkannya tubuh Rindu diatas kasur, dipakaikannya lagi selimut untuk menutupi tubuh Rindu dan tubuhnya hingga batas dada.
"Kamu hamil sayang?" Tanya Bara Pelan langsung membuat Rindu yang tadi sudah terpejam kembali membuka mata dan menatap Bara.
"Engga." Jawab Rindu singkat.
"Masa??" Tanya Bara lagi yang mendapat anggukan kepala pelan dari Rindu. "Tapi dulu mas waktu kamu hamil si triplets kaya tadi gitu. Mual, pusing, lemes sampe ga bisa ngapa-ngapain." Lanjutnya.
"Aku ga hamil mas." Jawab Rindu pelan.
"Tap---"
"Aku ini lagi dapet dan lagi banyak banyaknya keluar ditambah asam lambung naik gara-gara tadi diajak makan rujak sama Candara." Rindu langsung membalikan badan memunggungi Bara dan menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.
Bara berfikir dan mengingat tentang ucapan Rindu. Mengingat tentang sudah berapa hari ia tidak olahraga malam dengan Rindu dan tentang Candara yang mengajak Rindu untuk membuat rujak malam-malam hanya karna ia mendapat mangga muda dari tetangga. Sialannya lagi Bara tidak melarang karna hanya mengambil air saat kedapur yang selanjutnya kembali ke ruang kerja. Untuk apalagi selain mengurus berkas kesayangan.
"Candara sialan." Umpat Bara pelan sebelum kembali mematikan lampu dan memeluk tubuh Rindu dari belakang.
*
Bara berjalan menuruni tangga dengan Abinara dan Abihaksa digendongannya. Abimanyu? Sudah turun lebih dulu dengan sang ibu - Rindu. Dilihatnya Antha, Safira dan Rindu dimeja makan tanpa adanya Candara. Bara berjalan menghampiri dan mulai merebahkan satu persatu bayi kembar berwajah mirip dengannya itu kedalam stroller samping Rindu, yang pasti sudah ada Abimanyu terlebih dahulu.
"Si Canda kemana?" Tanya Bara pada Antha.
"Ayah lagi ga suka canda Bar, jangan nanyain deh ayah lagi serius ini." Jawab Antha tanpa mengalihkan pandangan dari ipadnya.
"Sudah ku duga. Ayah pasti pake guna-guna sampe bisa jadi CEO dengan otak kaya gitu." Ujar Bara pelan dengan tangan mulai menyendok nasi goreng untuk sarapan pagi ini.
Prang.
Bara diam mematung saat hampir saja kepalanya terkena lemparan pisin kecil yang mengapung ulah ayahnya tercinta, Bramantha. Bara masih menatap datar Antha datar meski dalam hati deg-degan setengah mati, tapi ayahnya itu malah menatap datar Bara dengan senyuman miring.
"Ada lalat terbang samping kepala kamu." Ujar Antha dengan nada kesal.
"Lalat lalat pala ayah tuh mirip tahu bulat!" Balas Bara sambil berdiri dan memakai jas mahal miliknya.
"Mau kemana? Sarapan dulu lah nak." Ujar Antha.
"Ayah tuh, banyakin sarapan biar ga sarap!" Bara berjalan misuh-misuh keluar dari ruang makan diikuti Rindu dari belakang.
Antha melihat itu hanya tertawa terbahak melihat wajah anaknya itu. Sudah dipastikan Bara akan merajuk padanya, namun siapa peduli toh ia ga tertarik juga untuk membujuk. Niatnya tadi baik loh, memang benar ada lalat didekat kepala Bara. Hanya saja yang lebih cepat ia gapai adalah pisin bukan barang yang lain. Tapi masih mending sih, dari pada pisau yang terletak dekat pisin yang Antha lempar. Entah gimana jadinya kalo itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...