Beberapa bulan berlalu , dan kini hubungan Rindu dengan kedua orang tuanya - Marisa & Leon semakin dekat dan membaik. Begitu juga dengan kandungannya yang semakin membesar.
Hari ini, suasana kediaman Antha sangat ramai dan sibuk. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari dimana Rindu dan Bara mengadakan syukuran 7 bulan kandungannya. Mereka pernah melakukan kesalah dimasa lalu saat Rindu mengandung triplets, dan kali ini tak sedikitpun mereka berdua ,terutama Bara mengulang kesalahan yang sama.
Dihampiri nya Rindu yang sedang bermain dengan Abinara diatas kasur dengan setelan gamis putih serta kerudung putih membuat kecantikan alami seorang Rindy terpancar.
"Kita kebawah sekarang yu sayang, semua orang udah datang." Ujar Bara lembut pada Rindu sambil menggendong Abinara.
"Semua?" Rindu berdiri dan berjalan hati-hati keluar kamar.
"Iya semuanya. Kerabat dekat, tetangga, teman, dan anak-anak yatim dari panti asuhan tempat kamu bernaung dulu." Balas Bara sambil tetap fokus memperhatikan setiap gerakan Rindu.
Semenjak hamil, Rindu menjadi sangat keras kepala dan sulit dibantah. Lihat sekarang, perutnya sudah membuncit besar tapi masih saja tidak mau pindah kamar ke lantai bawah. Mau dibuatkan lift oleh Antha, yang ada Rindu mengancam akan meminta Leon untuk menarik kerjasama nya dengan perusahaan yang sudah jelas seolah lupa jika Rindu hidup dari hasil jerih payah Bara diperusahaan Antha. Semua hanya bisa pasrah, menjaga Rindu 24 jam dan tidak meninggalkannya sendirian.
Dengan hati-hati Rindu berjalan menuruni anak tangga dengan anggun. Terlihat semua orang yang sudah menantinya dengan senyuman dari bawah. Suasana ramai dengan gelak tawa dan berbagai perbincangan yang membuat suasana rumah besar itu menjadi sangat hangat.
"Witwiw calon bapak 4 anak turun dengan baginda ratu!" Teriak Kelvin yang dibalas gurauan kecil lainnya dari yang lain. Siapa lagi jika bukan Raja dan Raenand.
Tak lama Rindu turun, semuanya duduk rapih membuat mengikuti intruksi dari MC acara. Pengajian dan berlangsungnya beberapa adat daerah sudah dilewati kini tinggal sesi makan-makan. Rindu duduk disamping Bara yang masih setia menggendong Abinara sedangkan Abihaksa dan Abimanyu duduk anteng di Stroller yang dirancang khusus bayi kembar 3 dengan dot susu dimulut masing-masing.
"Rindu." Panggil seseorang lembut yang mengalihkan fokus Rindu dari anaknya menjadi pada si pemanggil.
Dengan hati yang cukup bergemuruh, Rindu perlahan berdiri dan dengan spontan memeluk orang itu melupakan Bara yang sudah mengepal tangannya menahan rasa kesal.
"Rai--ndra." Panggil Rindu setelah melepaskan pelukannya.
"Aku datang sesuai permintaan kamu." Balas Raind lembut pada Rindu.
"Terima kasih." Rindu tersenyum dan membalik badannya saat sadar akan sesuatu. "Mas, ini Raindra temen aku. Mas masih inget kan?" Lanjut Rindu pada Bara.
"Masih." Jawab Bara ketus.
"Apa kabar tuan Barabas Anggara?" Sapa Raind sopan.
"Selalu baik-baik saja jika tidak ada pantat unggas yang menganggu moodku." Balas Bara dengan nada sedikit ketus.
"Pan--"
"Masss!" Tegus Rindu saat tau jika Bara tidak suka pada Raindra tapi dirinya sangat ingin bertemu dengan salah satu teman lama nya ini. "Stop it ok! Aku mau ke belakang dulu ngobrol sama Raindra. Mas disini aja jangan macem-macem!!"
Rindu menarik tangan Raindra berjalan menuju taman belakang rumah yang sepi tidak ada siapapun karna acara diadakan diruang tengah dan kebanyakan tamu lebih mengobrol dihalaman depan dari pada ke taman belakang.
Rindu duduk disalah satu kursi pinggir kolam renang dan melepaskan cekalan tangannya pada Raindra. Dielus lembut perut buncitnya dengan hati bergemuruh.
"Raind, ada ya---"
"Katakan apa yang kamu mau Rindu, aku jelas tau kamu gimana." Ucap Raindra memotong ucapan Rindu.
"Beberapa hari ini aku bermimpi buruk." Ucap Rindu sambil menundukkan kepala.
"Tentang...?"
"Entah lah, hanya saja mimpi nya seperti kenyataan. Mimpi yang menimbulkan firasat tak enak serta pikiran-pikiran buruk berdatangan."
"Katakan saja Rindu, aku akan mendengarkan semuanya."
Ditatapnya wajah Raindra yang serius membuat Rindu menghela nafas pelan sebelum mulai bercerita tentang mimpi buruknya yang menimbulkan beberapa firasat buruk. Dari kejauhan Bara terus memperhatikan mereka berdua dengan didampingi oleh Raenand.
"Selow Bar, Raindra sodaraku dan aku yakin mereka tidak akan melewati batas. Anggap saja teman lama yang baru kembali berjumpa." Ujar Raenand tenang.
"Tapi aku cemburu." Balas Bara sambil menatap Raenand datar. "Kamu tau bukan jika semakin hari aku memiliki firasat yang tak enak dihati, dan aku jadi selalu berpikir buruk tentang apapun." Lanjutnya.
"C'mon bro, banyak berdo'a saja jangan sampai firasat yang tak jelas itu menghancurkan kehidupan mu." Balas Raenand. "Kita balik kedepan lagi sekarang." Lanjutnya sambil menarik paksa Bara.
"Aku harap semuanya selalu baik-baik saja." Ujar Bara dalam hati sambil mengikuti Raenand untuk kembali kedalam.
Sedangkan Rindu baru saja selesai menceritakan tentang mimpi buruk serta firsatnya yang selalu tak enak. Raindra yang mengerti hanya mengelus pundak Rindu pelan, ia iba tapi tak tau harus bagaimana.
"Dengarkan aku Rindu, apapun yang terjadi nanti hal yang harus kamu ingat adalah.............."
Rindu hanya terdiam mencerna dan mendengarkan semua ucapan Raindra, berharap semua hal buruk yang bersemanyam tidak pernah terjadi.
*
Dilain tempat seseorang terduduk angkuh sambil menatap layar tabletnya dengan serius. Dibaca nya satu persatu tentang semua informasi yang ia ikuti selama ini. Sebenarnya ia tak punya dendam dengan seorang wanita yang bahkan tak pernah diharapkan hadir didunia ini.
Tapi, ia memiliki dendam dengan seseorang yang bersanding dengannya saat ini. Dendam yang tak sengaja timbul dan semakin hari semakin membesar. Dendam yang berprinsip uang dibayar uang, sakit dibayar sakit dan nyawa dibayar nyawa.
Diletakannya tablet itu dan ditatapnya seorang pria berpakain rapih yang berdiri tak jauh darinya. Dengan senyuman miring dan wajah datar orang itu mengayunkan tangan meminta pria itu untuk berjalan menghampiri.
"7 bulan...... Usia yang lumayan cukup untuk melahirkan bukan?" Tanya nya pada pria itu.
"Ia bos." Jawab pria itu sambil menunduk.
"Sepertinya menarik jika permainan dimulai." Orang itu berdiri dan berjalan beberapa langkah sebelum kembali membalikkan badan menghadap pria itu.
"Yang aku butuhnya nyawa wanita itu, jadi pastikan jika bayi nya tidak apa-apa." Ujarnya lagi yang kembali melangkah keluar dari ruangan.
"Tapi jika nyawa keduanya aku dapatkan akan lebih menarik lagi bukan." Ujarnya dalam hati.
*
Prang.
"Rindu!" Teriak semua orang yang berada didapur saat melihat Rindu tak sengaja memecahkan gelas dalam genggamannya.
"Kamu ga apa-apa sayang?" Tanya Safira khawatir.
"Ga apa-apa ibu. Tadi aku ga sengaja ngejatuhin gelasnya." Jawab Rindu mencoba senormal mungkin meski keadaannya saat ini, hati yang entah mengapa benar-benar bergemuruh tak enak.
"Ya udah, kita ambil gelas baru ya biar ini pembantu aja yang beresin." Ujar Safira menuntun Rindu duduk dan mengambilkan gelas baru yang sudah berisi air untuk Rindu.
.
.
.
.
.
.
.Jangan lupa vote dan komen kalo ada salah kata atau typo, terima kasih( ˘ ³˘)♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...