Tak berselang lama setelah tangis bayi terdengar nyaring dari dalam ruang operasi, seorang perawat keluar sambil mendorong sebuah box bayi yang pasti nya berisi seorang bayi yang masih menangis meski tak senyaring awal.
Zidan yang melihat pun langsung menghentikan langkah perawat itu dan menatap bayi dalam box dengan tatapan yang sulit ditebak, bahkan Candi yang berada didekatnya tidak tau apa arti tatapan Zidan.
"Mau dibawa kemana bayi nya?" Tanya Zidan setelah beberapa menit terdiam, namun tak mengalihkan pandangannya dari sang bayi.
"Ke ruang NICU pak, bayi nya masih butuh perawatan karna lahir prematur meskin bobot bayi nya cukup tapi kondisi nya sedikit lemah." Jawab perawat itu yang mendapat anggukan kepala singkat dari Zidan.
"Pindahkan ruang NICU ke penthouse saya yang dipinggiran kota, jangan sampai ada yang tau selain saya, kamu, Candi dan Amelia." Ucap Zidan final yang tak mampu dibantah dari nada bicaranya.
Candi yang melihat pun hanya mampu menganggukan kepala saat sang perawat memandangnya meminta bantuan. Tak ada yang bisa membantah putusan seorang Zidan dirumah sakit itu jika masih ingin bekerja mencari nafkah untuk keluarga, kuasa sang pemilik memang beda. Perawat itu pun berlalu pergi untuk melanjutkan tugasnya ke ruang NICU dan mengurus apa yang Zidan inginkan tadi.
"Mau lo sekarang apa?" Tanya Candi.
"Seperti awal, tapi sepertinya gue lebih tertarik sama bayi nya dari pada ibu nya." Jawab Zidan sambil melangkah menghampiri Amelia yang baru saja keluar dari ruang operasi.
"Apa lo? Mau marahin gue hah?!" Sengor Amelia tepat saat Zidan berhenti dihadapannya.
"Urus semua kepindahan cewek itu sama bayi nya ke penthouse gue yang dipinggiran kota, dan jangan banyak protes." Ujar Zidan.
"Penthouse? Tumben lo mau ke penthouse yang paling lo hindari selama ini." Balas Amelia sedikit bingung.
"Dirumah ada Barabas bersama dengan para ulat teh pucuk." Jawab Zidan sambil berlalu pergi namun masih terdengar ditelinga Amelia maupun Candi.
"Ulat teh pucuk?? Ga salah tuh si Zidan ngomong?" Tanya Candi pada Amelia yang mendapat gedikan bahu tak tau. "Woy Zidan! Kalo mau ngelucu sini lo gue ajarin biar ga garing kek hati lo!" Teriak Candi yang hanya mendapat balasan jari tengah dari Zidan dengan tatapan wajah datar.
"Mampus lo!" Ejek Amelia sambil berlalu pergi untuk mengurus semua keperluan untuk memindahkan Rindu beserta bayi nya seperti apa kata Zidan.
***
"Bar terus kita ngapain ini?? Gabut banget njir kesini cuma jadi tahanan." Ucap Kelvin dengan nada jenuh.
"Iya nih, tau gini kan mending nunggu dirumah om Antha aja siapa tau ada tukang bakso lewat kan mayan tuh seger." Balas Raenand yang sama dengan nada jenuh.
"Apa lagi kalo ada tukang es doger lewat, makin seger dah." Lanjut Raja yang lagi sama dengan nada jenuh.
"Lah disini, bukannya tukang bakso atau es doger yang bikin seger malah adanya bodyguard batu dengan badan keker." Celetuk Candara membuat yang lain menahan tawa namun terdengar kesal ke telinga para bodyguard yang hanya mampu membalas ucapan Candara dengan tatapan tajam saja.
"Berisik kalian, yang pingin ngikut siapa yang ngeluh juga siapa. Pada sadar diri dong malu sama dua biji yang sampai saat ini belum tersentuh oleh jari lentik wanita pujaan." Ucap Bara membuat Kelvin, Raenand dan Raja memanyunkan bibir mereka kesal mendengar ucapan Bara yang mengejek keperjakaan mereka hingga saat ini.
"Adudududu si abang bahasanya tolong dijaga, adek gemezh ga paham apa yang dibicarakan oleh orang dewasa." Raindra membalas ucapan Bara sambil menunjukkan wajah sok polos yang membuat Candara refleks memukul kepala belakang Raindra kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...