3 hari berlalu tapi Bara masih enggan untuk pulang dan tak henti mencari Rindu, bahkan kini dirinya sudah tidak ada dijakarta melainkan ada di kota yang sebelumnya menjadi tempat berlari Rindu. Selama 3 hari ini yang ia lakukan hanya mencari Rindu tanpa henti, ia hanya beristirahat jika lapar dan ngantuk itu pun tak menghabiskan waktu berjam-jam. Paling lama Bara tidur 2 jam, itu pun tepat saat ia sampai dikota ini dan tidak dihotel melainkan dimobilnya yang ia parkirkan di salah satu pom bensin usai mengisi bensin.
Ia mengemudikkan mobilnya menuju rumah makan tempat Rindu bekerja, meski lemas dan menahan rasa mual diperutnya Bara berjalan masuk kedalam rumah makan itu yang beruntungnya ia langsung bertemu dengan Askar yang sedang berbincang dengan anak buah papahnya yang bertugas menggantikkan Rindu.
"Tuan Bara." Sapa Rasya dengan badan sedikit membungkuk hormat.
"Apa Rindu ada datang kesini?" Tanya Bara dengan suara lirih.
"Apa tuan baik-baik saja?" Tanya Rasya dan menahan tubuh Bara yang berdiri tidak tegap hampir terjatuh.
"Saya baik-baik saja, apa Rindu datang kesini?" Tanya Bara lagi yang kini menampilkan wajah lelahnya.
"Nona Rindu tidak ada kesini tuan, apa anda butuh sesuatu?" Tanya Rasya yang hanya mendapat gelengan kepala dari Bara.
Bara melangkah mundur melepas pegangan Rasya pada tubuhnya, hendak berjalan keluar kembali mencari Rindu namun sayangnya ia terlanjur pingsan hampir saja menjatuhkan tubuhnya ke lantai jika Rasya dan Askar tidak cepat menahan tubuh kekar Bara.
"Bawa keruangan saya." Perintah Askar saat Satya yang baru datang dari istirahatnya menggotong Bara memasuki ruangan Askar.
"Mau menghubungi siapa Ras?" Tanya Askar pada Rasya yang sudah mengeluarkan hpnya.
"Tuan Antha, ayahnya tuan Barabas mas." Jawab nya jujur.
"Jangan dulu dihubungi, kita tunggu dia sadar dan kita tanya apa tujuan dia datang kemari. Sepertinya Rindu pergi lagi, dan terjadi beberapa masalah hingga pria ini datang kesini dalam keadaan yang jauh dari kata sehat." Jelas Askar membuat Rasya dan Satya mengangguk setuju.
Mereka meringis melihat kondisi Bara yang sangat memprihatinkan, lihat lah baju lusuh nya yang terlihat jelas belum diganti beberapa hari. Rambutnya yang berantakan serta kulit yang kering menandakan jika Bara belum membersihkan dirinya. Wajah pucat serta kantung mata sebagai bukti jika Bara belum beristirahat dalam kurun waktu panjang.
"Satya, kamu bawa baju ganti?" Tanya Askar.
"Bawa mas."
"Bisa dibawa kemari? Tolong pinjamkan dulu untuk mas Bara kalo nanti di sadar." Satya hanya mengangguk kepala dan berlalu pergi meninggalkan Rasya serta Askar yang menatap Bara iba.
"Ada masalah apa? Kamu pasti tau Rasya." Tanya Askar langsung membuat Rasya menatapnya.
"Ya asa masalah dijakarta. Cukup besar." Jawab Rasya.
"Sebesar apa?" Tanya nya lagi membuat Rasya menghembuskan nafas.
"Tuan Bara kepergok tidur bersama mantan tunangannya, nona Clara dikamar tanpa memakai sehelai kain. Nona Rindu serta yang lainnya menjadi saksi itu, yang mungkin membuat nona Rindu pergi dari rumah dan tuan Bara pergi mencari nya tanpa henti selama 3 hari ini. Karna yang saya tau sudah 3 hari ini di grup anak buah tuan Antha saling bertukar informasi mencari keberadaan tuan Bara maupun nona Rindu." Rasya menjeda ucapannya dengan memegang telapak tangan Bara menggenggamnya kuat. "Orang tua nya nona Clara meminta pertanggung jawaban tuan Bara untuk menikahi nya sehari sesudah kejadian itu, namun tuan Bara yang pergi tanpa ada pulang kerumah sedikit pun membuat suasana semakin rumit. Saya cukup mengenal tuan Bara, dia pria jujur yang membenci kebohongan walaupun ada waktu dimana ia berbohong pasti akan ada waktu juga ia menjelaskannya dengan jujur." Lanjutnya.
"Apa itu sebuah jebakan?" Tanya Askar yang langsung mendapat anggukan kepala dari Rasya. "Apa tidak ada cctv dikamar itu?"
"Hanya tuan Bara yang bisa melihat cctv kamar miliknya bahkan semua orang tidak tau jika dikamar itu ada cctv. Hanya tuan Bara, tuan Antha, saya, ayah saya - asisten pribadi taun Antha,serta asisten pribadi tuan Bara." Jelasnya.
"Lalu kenapa Bara tidak menujukkan rekaman cctv itu?" Tanya nya lagi.
"Yang saya dengar, tuan Bara terlalu panik saat mendengar nona Rindu pergi meninggalkan rumah sehingga ia tidak berfikiran jernih dan menunjukkan rekaman cctv kamarnya." Askar menganggukan kepala mengerti.
Ia hanya terdiam menunggu Bara sadar dengan sesekali berbincang dengan Rasya, yang ternyata ia baru tau jika Rasya bukan hanya sekedar anak buahnya melainkan sempat juga menjadi teman main Bara sebelum Rasya memilih pindah ke kota ini untuk melanjutkan pendidikan.
1 jam kemudian Bara mengangkat tangan kanannya memijit pelan pelipisnya mengunakan jari telunjuk dan ibu jarinya meredakkan rasa pusing yang ia rasakan. Bara belum membuka matanya hingga tidak tau jika Askar dan Rasya yang setia menunggu menatap Bara senang. Senang karna sudah sadar dari pingsan nya.
"Rasya?" Panggil Bara dengan nada bertanya saat membuka mata langsung berhadapan dengan Rasya dan Askar.
"Ya tuan, ada yang bisa saya bantu? Apa anda ingin minum?" Tanya nya dengan sopan.
"Air putih." Ujarnya pelan.
"Ini tuan." Rasya menyodorkan sebotol air mineral baru yang memang sudah disiapkan sejak tadi. "Tuan Bara......." Rasya dengan pelan menceritakan apa yang terjadi pada Bara serta yang terjadi di kota jakarta saat ini.
"Saya tidak akan pulang sebelum menemukan Rindu dan kamu tau saya Rasya, saya tidak akan melakukan hal itu pada Clara. Bahkan saya sesekali melakukan hal tidak senonoh itu pada Rindu, Rindu yang lebih dulu menyerahkan tubuhnya dalam keadan mabuk sedangkan saya pria normal yang sudah tertarik hormon nafsu birahinya." Ujar Bara dengan tangan meremas kuat rambutnya.
"Cctv." Satu kata yang Rasya ucapkan sukses membuat Bara terduduk menatap Rasya dengan serius.
"Ambilkan laptop saya dimobil." Bara memberikan kunci mobilnya pada Rasya yang langsung diterima dan dalam beberapa menit sudah kembali dengan tas hitam berisi beberapa berkas dan laptop yang belum sempat ia simpan.
Langsung saja Bara menyalakan laptopnya, meminta askar untuk mengkonekan wifi ke laptopnya dan membuka beberapa berkas cctv kamarnya yang tersembunyi sangat apik. Ia mengetik tanggal dan jam dimana kejadian ia tertangkap basah dengan Clara. Terlihat sangat jelas vidio kejadian hari itu ditonton oleh Bara, Askar serta Rasya. Mereka bertiga mengepal tangan kuat terutama Bara yang sudah hampir membanting laptopnya jika Askar tidak cepat menahan.
"Ck! Dasar jalang ulet bambu." Bara mengumpati Clara dengan perumpamaan yang menurut Askar dan Rasya sedikit berbeda dari umpatan orang lain.
Dengan lihai Bara memotong bagian cctv tepat beberapa menit sebelum Clara memasuki kamar hingga kejadian dimana Bara ditarik oleh Safira ke depan lemari memakaikan bajunya dan ia berlari keluar kamar saat mendengar Rindu pergi. Ia mengirim vidio itu tidak hanya ke satu orang, melainkan ke Clara, papahnya Clara, Antha - ayahnya, Safira - ibunya , Candara dan pengacara pribadi keluarga Antha dengan judul Email.
Bagaimana jika lanjutkan ke meja hijau dengan tuduhan pencemaran nama baik?
Tulisan send terpampang jelas membuat Bara tersenyum miring, menyenderkan tubuhnya pada sofa namun ia mencium bau tak sedap. Ia menciumi pakaianya dan tubuhnya. Mendengar kekehan dari samping ia melihat Rasya serta Askar yang terkekeh dengan hidup ditutup oleh jari.
"Maaf saya belum mandi sejak pergi mencari Rindu." Ujar nya sambil menunduk mengusap ceruk lehernya sungguh malu terhadap Rasya serta Askar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...