Bara Rindu - 49

19K 1.3K 103
                                    

Dalam diam Bara berpikir pilihan mana yang harus dia pilih, istrinya - Rindu atau calon anaknya yang ke-empat. Diruang tamu begitu banyak orang tapi Bara merasa sepi dengan pikirannya sendiri. Para sahabatnya pun tak bisa membantu banyak hanya bisa terus mencari dan mencari keberadaan Rindu saat ini.

Selintas ucapan Rindu terngiang dibenak Bara. Beberapa hari lalu sebelum ia berangkat untuk urusan bisnis dan Rindu diculik , istrinya itu sempat berbicara dengannya. Rindu berkata jika terjadi sesuatu hal Rindu meminta untuk menyelamatkan calon anak mereka yang lebih penting.

Bara berdiri membuat semua orang menatapnya heran. Ia bimbang dan gelisah namun ia masih punya tuhan sebagai penenang dan tempat pengaduan paling tepat. Dengan lunglai ia berjalan menuju kamarnya dilantai 2 tanpa dicegah atau diikuti oleh siapapun.

"Biarkan dulu nak Kelvin, mungkin Bara ingin lebih menenangkan pikirannya." Ucap Antha saat melihat Kelvin hendak melangkah mengikuti Bara yang sudah tak terlihat memasuki kamar.

"Aku khawatir Bara melakukan hal yang tidak-tidak om." Ujar Kelvin.

"Bara sudah dewasa, dia tau apa yang harus ia lakukan." Balas Leon.

"Tapi ini berat bagi bang Bara. Bayangkan saja dia harus milih salah satu dari Rindu dan calon anak mereka, sedangkan sekarang saja kandungan Rindu baru 7 bulan. Apa kalian ga sadar jika terjadi sesuatu pada Rindu? Apa cuma aku sendiri disini yang sadar??!" Ujar Raindra sedikit meninggi diakhir kalimat sedikit membuat mereka tersentak dan tersadar jika ucapan Raindra ada benarnya.

Kini suasana semakin hening, bahkan triplets Abi tidak ada yang rewel seolah mengerti keadaan.

***

"Zidan, apa lo sadar apa yang lo lakuin ini salah??" Tanya Amelia.

"Lo tau gue dari masa sekolah mel." Jawab Zidan santai.

"Gue harap lo ga nyesel." Balas Amelia datar.

"Hal yang paling gue sesalin seumur hidup adalah ga bisa ngebantu dan nyelamatin dia. Tugas lo disini buat ngerawat istrinya si Barbar bukan nyeramahin gue dan berharap gue insaf."

"Lo harus sadar Dan, dia  ga akan pernah bisa kembali lagi untuk hidup walaupun lo ngelakuin hal hal kaya gini ke Bara. Yang ada mungkin disana dia ngerasa sedih liat lo jadi gini." Balas Amelia dan mulai melangkah meninggalkan Zidan, namun langkahnya terhenti saat didepan pintu. "Coba lo perhatiin baik-baik, Rindu mirip dengan dia."

"Am--"

"Gua bilang sesuai kenyataan Dan, lo perhatiin baik-baik. Istrinya Bara yang bernama Rindu itu mirip dengan Tari, bedanya Tari udah ga ada didunia ini dan jangan lo buat Rindu jadi sama dengan Tari." Potong Amelia dengan wajah serius menatap Zidan.

"Itu semua ulah si brengsek Barabas! Di---"

"Dan lo mau ngebuat Rindu bernasib sama dengan Tari?! Lo pikir Dan, Tari meninggal bukan salah Bara, ini semua pilihan Tari sendiri. Lo inget lagi baik-baik sikap Bara ke Tari dulu gimana?? Lo inget-inget lagi Dan." Amelia berlalu pergi meninggalkan Zidan didalam ruangan kerjanya.

Dengan kesal Zidan melempar semua barang yang ada diatas meja kerjanya, namun tangannya terhenti saat hendak melempar sebuah figura berisi foto beberapa anak SMA dengan senyum tulus.

Ia terduduk lemas diatas lantai sambil menyenderkan tubuh pada meja, dengan senyum sendu ia mengusap wajah seorang gadis yang berdiri disamping dirinya.

"Tari, aku harus gimana? Yang aku lakuin ga salah kan?" Ucapnya pelan. Tiba-tiba kenangan masa SMA terbayang kembali.

*Flashback on

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang