"Rindu." Panggil Bara namun Rindu masih enggan untuk membuka wajahnya dan berdiri dari posisi jongkoknya. "Kasian mereka Rindu tertekan oleh posisi jongkok mu." Lanjut Bara yang langsung membuat Rindu berdiri dengan wajah panik.
"Saya menyakitinya?" Tanya Rindu pada Bara "Apa kalian sakit nak? Maafkan ibu telah menyakiti kalian." Rindu mengelus dengan sayang perutnya dengan wajah khawatir.
"Rindu kemarilah, aku tidak bisa menghampirimu." Dengan ragu Rindu melangkah mendekati Bara kembali.
"Ini kedua orang tuaku, dan ini ketiga sahabatku." Ujat Bara pada Rindu menunjuk satu persatu dari mereka kepada Rindu.
"Rindu." Ucap Rindu menyapa mereka yang dibalas sapaan serta perkenalan.
Bara mengelus sayang perut Rindu, sungguh hatinya menghangat serta rasa kehilangan yang menghantuinya beberapa bulan ini pergi entah kemana. Hening, tak ada yang berniat mengeluarkan suara terlebih dahulu. Hingga hp Rindu berdering menandakan sebuah panggilan masuk.
"Angkat saja Rindu." Ujar Bara.
"Assalaamulaikum pak." Salam Rindu setelah mengangguk dan menerima panggilan dari Askar.
"Apa kamu sudah sampai Rindu? Kenapa tidak mengabari?"
"Saya sudah sampai pak, maaf saya lupa mengabari." Bara menelisik tajam mendengar ucapan Rindu pada orang disebrang sana.
"Yasudah tidak apa-apa Rindu, kamu baik-baik saja?"
"Saya baik-baik saja pak."
"Kamu pulang kapan? Biar saya jemput."
"Mungkin besok atau lusa pak. Tidak usah, saya bisa pulang sendiri sudah terlalu banyak merepotkan pak Askar."
Bara mengambil alih hp Rindu saat mendengar ucapan Rindu yang akan pulang. Pulang? Bahkan Bara belum membicarakan banyak hal dengan Rindu.
"Assalamualaikum." Salam Bara tiba-tiba membuat Askar terdiam disebrang sana. "Saya Barabas, apa boleh saya minta waktu Rindu disini diperpanjang? Saya yang akan mengantar Rindu, tapi tunggu sampai saya sehat kembali."
Kelvin, Raja, Raenand, serta kedua orangtua Bara terdiam mendengar penuturan Bara. Bukan seorang Barabas Anggara banget, yang mereka kenal adalah yang keras kepala, dingin, tidak gampang memohon pada orang lain kara ia memiliki harga diri yang tinggi. Tapi lihatlah ini, seorang Barabas meminta agar Rindu lebih lama disini kepada Askar disebrang sana. Ajaib.
"Ehm, berapa lama pak?"
"Sampai saya sehat, jika disana kekurangan orang biar salah satu anak buah ayah saya yang menggantikan pekerjaan Rindu."
"Tidak usah pak tid--"
"Ok nanti saya kirimkan orang kesitu untuk menggantikan Rindu selama disini, terima kasih." Bara mematikan sambungan telefon sepihak.
"Ayah." Panggil Bara pada Antha.
"Iya iya iya Ayah minta Rasya buat kesana. Minta alamatnya nak Rindu."
Dengan ragu Rindu memberikan alamat rumah makan Askar tempatnya bekerja. Bara menatap tajam Rindu membuat yang ditatapan menundukkan kepalanya. Menarik tangan serta langsung mengungkungnya dalam pelukan membuat Rindu memekik kaget namun Bara abaikan. Semua orang yang berada disitu saling tatap dan satu persatu keluar meninggalkan dua insan yang masih berpelukan, bukan tapi Bara yang memeluk Rindu.
"Tinggal lah denganku Rindu." Ujar Bara diceluk leher Rindu enggan melepaskan pelukannya. Ini nyaman membuat tubuh Bara membaik.
"Saya harus bekerja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...