Bara Rindu - 41

26.4K 1.5K 58
                                    

"Marisa." Ujar Adi.

"Dimana Marisa?" Tanya Leon lagi.

"Belakang kamu." Jawab Adi membuat Leon membeku dan dengan perlahan memutar tubuhnya untuk melihat seseorang yang Adira maksud.

------------------------------------------------

"Dia..?" Tunjuk Leon dengan alis terangkat sebelah. "Siapa?" Tanya nya lagi sambil membalik badan menatap Adi kembali.

"Dia..?" Tunjuk Adi pada seseorang yang tadi Leon tunjuk. "Marisa. Marisa Putri." Lanjutnya sambil mengangguk-ngangguk kepala pelan.

"Yang aku maksud MARISA MAYANG , bukan Marisa yang lain tuan Adira yang terhormat." Ujar Leon sambil duduk kesal dikursi depan Adi.

Adi yang melihat itu hanya terkekeh pelan lalu lanjut berbincang dengan salah satu karyawannya yang tadi dipanggil Marisa itu, hingga tak lama ia keluar dan Adi kembali duduk dikursi kebesarannya mulai berkutat kembali dengan beberapa berkas. Leon hanya diam menyenderkan tubuh pada kursi sambil mengecek pekerjaannya via ipad miliknya, sedangkan Adi sudah jengah melihat Leon yang tak kunjung mengangkat kaki dari kantornya.

Bukan apa-apa, tapi sekarang udah jam 12.26 . Jam makan siang sudah lewat hampir 30 menit namun tak juga Leon pergi. Bisa saja Adi pergi meninggalkan Leon, tapi yang jelas pasti si singa itu akan mengekori Adi kemanapun bagaikan hewan terhadap tuannya.

"Otak mu itu loh Adi Adi, masa Leon jadi hewan peliharaan. Pantesnya kan jadi tambang saham." Ujar Adi dalam hati sambil menggeleng kepala pelan menghalau pemikiran absurdnya.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk!!" Teriak Adi saat mendengar seseorang mengetuk pintu, sedangkan Leon acuh masih fokus dengan ipadnya.

Terbuka lah pintu ruangan Adi sedikit demi sedikit yang tak lama langsung menampakkan tubuh kecil seorang wanita yang berpakaian sederhana dengan set rantang ditangan kanannya berjalan pelan menghampiri Adi dengan raut bingung menatap seseorang yang duduk membelakanginya.

Adi terdiam terpaku menatap kedatangan Marisa yang sangat mendadak. Ya Marisa, Marisa Mayang. Diusapnya kasar wajah yang mulai menua itu lalu tersenyum menatap Marisa mencoba menyembunyikan rasa gusar dihati. Ia berdiri hendak berjalan menghampiri Marisa namun langkahnya terhenti saat Leon mengadahkan kepala menatap Adi tajam.

"Kak, maaf kalo aku ganggu tapi kata Kelvin kakak belum makan siang. Jadi aku berniat untuk mengantarkan makanan untuk kakak." Ujar Marisa pelan dengan nada tak enak merasa telah menganggung Adi yang sedang bekerja.

"Engga apa-apa kok, ayok kita makan dikantin." Adir berjalan cepat menghampiri Marisa yang berdiri tepat dibelakang Leon. Namun sial, baru hendak membalik badan Marisa, Leon sudah lebih dulu berdiri dan membalik badan.

"Marisa...." Panggil Leon lirih sedangkan Marisa terdiam membeku menatap sosok Leon.

Mungkin jika ini sinteron, rantang yang dibawa Marisa sudah terjatuh dan ia berlari keluar ruangan hingga dikejar oleh Leon atau bisa juga Marisa menampar keras Leon dengan caci maki yang terpendam. Namun ini bukan sinetron.

Marisa terdiam menatap kedua bola mata Leon, sangat jelas memancarkan berbagai perasaan. Penyesalan, emosi yang sangat kentara terlihat. Dengan senyuman Marisa memberikan rantang berisi makanan pada Adi, yang selanjutnya ia kembali menatap Leon sendu.

"Kak..... Le- Leon...." Panggil Marisa pelan, namun mendapat anggukan mantap dari Leon dengan senyuman terpatri jelas. "Bisa aku minta satu hal??" Lanjutnya.

"Apapun akan aku beri untukmu Marisa, asal kita bisa meluruskan segala permasalahan dan kembali membangun hubungan dari awal lagi." Jawab Leon.

"Aku hanya minta beberapa helai rambut kakak." Ujar Marisa yang membuat Leon langsung menunjukkan raut wajah bingung.

"Untuk apa sayang minta rambut si singa ini? Kalo aku jadi kamu, akan aku minta EKARA CORP menjadi milikku." Celetuk Adi yang ternyata sudah duduk kembali dikursi kebesarannya dengan sesendok nasi serta lauk yang hendak dimakan.

"Untun test DNA." Marisa menatap Leon datar sebelum menatap Adi. "Aku ingin melakukkan test DNA. Kemarin malam aku bertemu dengan Arie karna ia dan Mariska sedang berkunjung kerumah orangtua. Aku sudah mendapatkan sample rambut Arie untuk dilakukan test DNA dengan Bulan." Lanjutnya.

"Dan sekarang kamu mau minta rambut Leon untuk melakukkan hal yang sama?" Tanya Adi yang langsung mendapat anggukan kepala dari Marisa.

Tanpa bicara Leon menarik tangan Marisa keluar ruangan Adi yang sebelumnya sudah mengucapkan terima kasih dan pamit. Mereka berjalan menuju lift yang diikuti oleh anak buah Leon dari belakang. Hening. Itu lah suasana yang terjadi saat ini. Leon mengenggam erat tangan Marisa namun tak urung sesekali memberi elusan lembut pada kepala tangan Marisa.

Tepat saat lift terbuka mereka berjalan keluar perusahaan, namun langkah Marisa terhenti membuat Leon hampir terhuyung kebelakang. Dilihatnya sepasang pria dan wanita muda yang hanya berjarak sekitar 2,5 meter dari mereka sama terdiam namun yang Leon lihat adalah tatapan datar milik wanita itu pada Marisa.

Dengan mencoba menetralisir degub jantung, Marisa menarik pelan tangan Leon berjalan menghampiri Rindu yang berdiri bersama dengan Bara. Dengan senyuman, Marisa mencoba memeluk Rindu yaaaa meski tidak dapat balasan tapi tidak juga mendapat penolakan.

"Siang tante." Sapa Bara sopan sambil menyalimi tangan Marisa, dan Leon meski ia tak kenal tapi setidaknya ia menerapkan sopan santun.

"Siang nak Bara. Bulan..... Bisa kita bicara sebentar..?" Tanya Marisa sedikit ragu dengan keberanian yang ia paksakan.

Rindu menghela nafas pelan sebelum mnegangguk setuju dan membalik badan kembali berjalan menuju mobil Bara yang diikuti oleh Bara, Marisa, dan Leon. Anak buah Leon? Mengikuti namun berjalan menuju mobil mereka dan berkendara mengikuti mobil Bara dari belakang.

Tanpa bicara dan bertanya Bara membawa mereka ke salah satu caffe yang biasa ia dan Rindu kunjungi dengan suasana hangat yang setidaknya tidak akan membuat suasana semakin dingin. Mereka duduk kursi lantai 2 yang langsung menunjukkan pemandangan diluar, dengan segelas minumanan pesanan masing-masing sudah 10 menit berlalu dan masing belum ada yang niat menyuarakan apa yang akan mereka bicarakan disini. Hingga Leon jengah menenggak habis ice lemon tea miliknya.

"Jadi mau apa kita disini Marisa?" Tanya Leon dengan nada datar yang langsung membuat Bara tersedak saat hendak meminum ice latte miliknya. Bukan karna pertanyaannya, namun nada datarnya itu mirip dengan milik seseorang.

"Jadi apa yang akan tante bicarakan denganku?" Lanjut tanya Rindu dengan nada sama datar.

"Sudah ku duga." Ujar Bara membuat ketiganya langsung menatap Bara. "Suaranya om om ini mirip sama Rindu, datarnya itu beuh." Lanjutnya sambil memeluk tubuhnya sendiri.

"Bulan.... sebelumnya minta maaf kalo ganggu waktunya kamu, tapi ada hal yang harus kita bicarakan." Marisa mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya yang ternyata plastik berisi helaian rambut.

"Mau main pelet ya tante ngeluarin rambut gituuu." Celetuk Bara yang hanya mendapat senyuman dari Marisa, sedangkan Rindu dan Leon memutar bola mata malas.

"Engga nak, ini sample rambut milik Arie. Masih ingatkan dengan Arie yang pernah kita bicarakan? Semalam tante bertemu dengannya yang kebetulan sedang berada dijakarta berkunjung kerumah orang tua. Tante meminta beberapa helai rambut dan menjelaskan semuanya agar dia tidak salah paham dan berujung memberi beberapa helai rambut ini." Jelas Marisa membuat Bara mengangguk paham.

"Untuk test DNA?" Tanya Rindu pelan namun mendapat anggukan kepala dari Marisa yang membuat Rindu menghela nafas pelan dan mengambil plastik itu dari tangan Marisa.


.
.
.
.
.
.
.
.

Yuhuuuuu Bara Rindu kambeeekkk

Gimana niiihhhh??? Kalian maunya dipart selanjutnya Rindu itu kaya gimana ke Marisa? Dan untuk Leon kira-kira dia bakal gimana kalo tau kalo Rindu ternyata.................

Jangan lupa vote dan komennya kalo ada salah atau typo ya soalnya ini sekali ngetik langsung publish tanpa dicek ulang *edisi mau up tapi males cek ulang wkwk

Tetap semangat menjalankan ibadah puasanya ya bagi yang menjalankan💪
Terimakasiiiiihhh♥️

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang