Bara Rindu - 52

18.1K 1.2K 127
                                    

"Lo tau? sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik. Jika lo mencintai seseorang dengan tulus jangan buat orang yang lo cintai kecewa dengan apa yang lo lakuin. Cara paling benar mencintai seseorang adalah melihat dia bahagia dengan caranya meski bukan kita alasan dibalik bahagia itu. Cinta dalam diam memang sakit apalagi sepihak, tapi lebih sakit ketika melihat kekecewaan yang keluar dari orang yang kita cintai akibat kesalahan yang kita perbuat. Penyesalan selalu berada diakhir, dan jangan pernah buat penyesalan itu hadir. Meskipun orang yang kita cintai udah beda alam dengan kita, tapi ingat satu hal jika dia bisa melihat semua yang kita lakuin dari alamnya. Kalo lo ga bisa dapetin cinta didunia dari dia, seengganya lo coba dapetin cinta diakhirat darinya dengan mengirim do'a dan terus berbuat baik. Jika lo sama dia ga berjodoh didunia seengganya dengan usaha lo bisa berjodoh dengannya diakhirat, lo masih punya tuhan sebagai tempat pengaduan paling tepat dengan solusi paling baik tanpa adanya balas dendam yang bisa merugikan beberapa pihak. Ga ada istilah uang dibalas uang, cinta dibalas cinta, nyawa dibalasa nyawa. Jika lo memang tulus mencintai dia, jangan pernah meminta balasan apapun darinya karna cinta sejatinya hanya memberi dan tidak pernah meminta kembali." Lanjut Candara dengan serius membuat suasana menjadi hening.

Candara melirik sekitar saat sadar jika suasana menjadi hening. Ditatapnya satu persatu orang yang berada diruangan yang ternyata mereka semua sedang menatap Candara dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Karna merasa canggung Candara pun melangkah mundur berdiri disamping Bara dan berbisik - hanya menurut Candara karna pada nyatanya ia berucap cukup kencang hampir terdengar semua orang.

"Bang, gue udah kaya Mario Teguh yak sampe sampe semua orang melongo denger sebuah ceramah singkat dari gue si Candara tampan tiada tara ini."

Bugh.

"Udah keren-keren tadi, cool calm gitu dengan mimik muka yang mendukung beuh ga tau nya emang ga bisa tahan lama balik lagi dah kecandaan hidupnya." Ujar Raja yang gemas untuk tidak memukul kepala Candara dan mengeluarkan celetukan yang ia pendam.

"Nama gue kan C A N D A R A digabungin jadi CANDARA TAMPAN TIADA TARA." Balas Candara dengan pede nya.

"Mahia we lah mahia." Ujar Raenand, Raja dan Kelvin bersamaan membalas ucapan Candara.

Bara mengacuhkan mereka semua, ia berjalan mendekati Zidan dan berdiri tepat selangkah dihadapannya. Dengan tatapan yang sulit diartikan tanpa diduga Bara perlahan berlutut dan menundukkan kepalanya menatap sepatu Zidan.

"Kita semua tau kalo lo mencintai Mentari tapi Mentari mencintai gue dan disisi lain gue mencintai wanita lain. Tapi disini bukan sepenuhnya salah gue. Perasaan ga bisa dipaksa, sama hal nya perasaan Mentari ke lo, gue ga bisa paksain perasaan gue ke dia. Dan kita semua tau kalo takdir ga bisa di cegah apalagi dirubah, semuanya udah diatur oleh tuhan." Ujar Bara dengan nada sedikit serak.

"Bodoh! Kata siapa takdir ga bisa dirubah?! TAKDIR BISA DIRUBAH KALO KITA BERUSAHA!" Teriak Zidan dan mendorong tubuh Bara hingga terjatuh kebelakang.

"Woy jing!" Teriak Candara langsung berlari menghampiri Bara, membantunya berdiri dan menatap tajam Zidan.

"Tenang Can." Ucap Bara mencoba tenang.

"Ga bisa tenang bang, ini orang kudu masuk pesantren biar tau kalo shalat tahajud itu sebelum shalat subuh." Jawab Candara namun Bara menggeleng pelan memberi tanda agar Candara tetap diam dan tak berulah.

"Segimana kerasnya kita mencoba merubah takdir, tapi kalo kata tuhan tetep A ya akan berakhir A ga akan pernah bisa jadi B apalagi Z." Bara kembali berlutut dihadapan Zidan. "Gue mohon, kembaliin istri dan anak gue. Lo bisa siksa gue semau lo, asal lo balikin istri dan anak gue ke pelukan gue." Lanjutnya membuat semua orang terdiam namun tidak dengan Zidan.

"Lo tau hukum Zidan? Uang dibayar uang, cinta dibayar cinta, luka dibayar luka, dan nyawa dibayar nyawa. Karna nyawa Mentari melayang karna lo, berarti impas kalo nyawa istri lo melayang karna lo juga kan??" Ujar Zidan refleks membuat Bara mengangkat kepalanya menatap Zidan tajam dengan kedua tangan mengepal diatas paha.

"Lo bisa bunuh gue kalo yang lo ingin nyawa dibayar nyawa. Biarin istri dan anak gue hidup. Mereka berhak bahagia, mereka ga ada sangkut pautnya sama masalah ini." Jawab Bara dengan nada serak menahan tangis namun ia tetap mencoba tenang.

Zidan tertawa kencang dan berjongkok berhadapan dengan Bara. Ditatapnya dengan sinis wajah merah Bara, ditarik dagu Bara hingga berhadapan beberapa senti dengan wajahnya.

"Lo tau........ Permainan berakhir kalo lo yang mati. Selama ini gue menderita karna Mentari bunuh diri karna lo, ga adil bagi gue kalo gue bunuh lo gitu aja. Lebih adil kalo yang gue bunuh orang yang lo cinta biar lo juga tau dan ngerasain penderitaan yang gue rasain selama ini." Zidan melepaskan dagu Bara dengan kencang hingga wajah Bara menghadap pinggir dengan kencang.

"JINGAN!!" Teriak Kelvin, Raja dan Raenand bersamaan. Sedangkan Raindra menahan Candara yang sudah berwajah merah padam menahan amarah.

Ditariknya tubuh Bara oleh Kelvin hingga berdiri, sedangkan Raja menarik tubuh Zidan hingga berdiri dan Raenand langsung memukul keras wajah Zidan hingga tubuhnya terjatuh beberapa meter.

"Lo emang lebih lebih lebih psycho dari semua psycho didunia ini!" Ujar Raenand.

"Lo emang manusia yang ga mempunyai jiwa manusia!!" Ujar Raja.

"Lo emang bermiliar-miliar kali lipat lebih gila dari orang gila dimuka bumi!!" Ujar Kelvin.

"Lo........" Bara menunjuk Zidan dengan geram. "Lo bisa siksa gue sepuas lo, asal lo lepasin istri dan anak gue. Please Zidan gue tau lo masih punya hati." Lanjut Bara sambil menurunkan jari tangannya dengan wajah memohon.

"Gue udah kasih lo pilihan. Cuma ada 2 pilihan dan ga ada pilihan lain." Jawab Zidan dengan nada datar. "Oh dan lo harus inget, gue udah ga punya hati sejak meninggalnya Mentari." Lanjutnya.

"Zidan gue mohon." Ujar Bara dengan nada lebih memohon.

"Mau segimana lo memohon ga akan gue turutin keinginan lo." Balas Zidan.

Bara menundukkan kepalanya sambil berpikir keras tentang pilihan yang harus ia pilih. Inginnya ia memilih istri dan anaknya selamat tapi jika Zidan sudah berkendak seperti ini tidak ada yang bisa dibantah.

"Gue kasih waktu 1 menit untuk berpikir, dimulai dari sekarang." Ujar Zidan membuat semua orang melongo tak percaya sedangkan Bara masih menunduk menimbang jalan mana yang harus ia ikuti. Keinginan hatinya atau mengikuti ucapan Rindu tempo hari.

"30 detik lagi." Ujar Zidan yang kini membuat Bara mengangkat kepalanya.

Bara menatap satu persatu sahabatnya, Raindra dan Candara bergiliran yang selanjutnya ia mengepalkan tangan memantapkan hati dan mengangguk pelan sambil mengucapkan apa yang ia pilih antara Rindu dan anak mereka.

.
.
.
.
.
.
.

Baru di publish kisah Candara dan Cinta Cek beranda aku , jangan lupa dibaca ya gaes 😘1-11-2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baru di publish kisah Candara dan Cinta
Cek beranda aku , jangan lupa dibaca ya gaes 😘
1-11-2024

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang