Bara Rindu - 31

33.6K 1.9K 42
                                    

Pagi ini keadaan rumah sangatlah ramai. Gimana ga ramai jika Bara dengan segala alasannya membuat kesal Rindu, Antha, serta Safira. Sesuai perkataan kemarin, Bara mulai bekerja hari ini tapi pagi tadi saat Rindu membangunkannya berbagai alasan keluar dari mulut suaminya itu. Dari-
Hm

lima menit lagi sayang

Ini masih subuh Rindu

Sebentar lagi masih ngantuk

Sebentar lagi masih dingin

Matanya ga bisa melek, dll

Hingga Rindu jengah lebih memilih memandikkan ketiga anaknya yang sudah terbangun. Dengan segala kemalasannya, Bara tidak terusik dengan tangisan triplets. Bahkan pria yang sudah menjadi ayah tiga anak itu malah semakin terlelap dengan selimut menutupi seluruh badannya. Hingga Antha dan Safira datang dengan segala ceramahnya dipagi hari membuat Bara mau tak mau bangun berjalan menuju kamar mandi dengan misuh-misuh.

Sekarang disini lah mereka, meja makan dengan piring berisi nasi goreng sebagai menu sarapan. Bara tak henti mencebikkan mulutnya menatap Antha kesal, sedangkan Rindu hanya bisa menggeleng kepala dengan sesekali menyubit perut Bara meski berujung dengan pelototan suaminya itu.

Tak lama Bara meletakkan sendok dan menegak habis teh hangat yang dibuatkan oleh Rindu. Ia berdiri dengan melirik tajam Antha yang masih acuh padanya, selanjutnya berjalan keluar pintu menghiraukan kedua orangtuanya. Merajuk, kalo kata Rindu Bara itu.

"Aku kerja dulu ya." Ujar Bara pada Rindu yang kini berdiri dihadapannya dengan stroller khusus bayi kembar tiga.

"Iya mas, semangat kerjanya jangan merajuk terus kaya gitu deh." Balas Rindu sambil mengasongkan tas kerja Bara.

"Iya istri iya hm." Bara menjuil hidung Rindu pelan setelah menerima tas kerjanya.

"Ish mas." Rindu mencubit pelan perut Bara membuat pria itu terkekeh.

"Apa sayang? Kok mukanya merah gitu hm?" Bara menggoda Rindu gemas.

Hingga terdengar suara deheman seseorang dari belakang Rindu yang ternyata Antha, Safira serta Candara menatap Bara tajam membuat pria itu kembali misuh-misuh. Dengan kesal Bara mencium ketiga anaknya dan melumat pelan bibir Rindu sebelum berlari pergi menuju mobilnya dan melenggang meninggalkan rumah dengan cepat.

Rindu? Sudah menunduk sambil menangkup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Antha serta Candara sudah terbahak sedangkan Safira menggeleng kepala sambil mengulum senyumnya. Mendengar suara tawa dengan refleks Rindu berjongkok menenggelamkan mukanya diatas paha.

"Sssttt ayah, Candara udah dong liat Rindu malu. Cepet sana berangkat kerja sama kuliah." Safira menegur Antha dan Candara membuat kedua pria yang berbeda usia itu berhenti dan berjalan menuju kendaraan masing-masing yang sebelumnya sudah saling bertukar salam.

Seperginya Antha serta Candara, Safira menghampiri Rindu dan membantu berdiri menantunya itu. Dengan kekehan kecil Safira mengiring Rindu yang masih menunduk dengan tangan mendorong stroller memasuki rumah. Ah yang melihat Rindu pasti tidak akan bisa mengalihkan pandangannya dan pasti tergoda untuk semakin menggoda wanita itu. Menggemaskan, satu kata yang tak pernah lepas jika sifat malunya keluar.

*

Bara berjalan memasuki loby kantor dengan raut wajah khasnya. Cuek, datar, dingin dan tatapan tajam. Tak ada satu karyawan yang tidak segan terhadapnya jika dikantor - tanpa tau bagaimana sifat tengilnya dirumah. Dengan acuh ia memasuki lift yang baru terbuka, namun karyawan yang lain masih terdiam enggan masuk menatap Bara segan. Ia pun menghela nafas pelan dan segera memencet tombol buka saat pintu lift hampir tertutup.

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang