Bara Rindu - 2

62K 3.5K 50
                                    

Rindu menggerakkan badannya tak nyaman ,saat merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Perlahan ia membukakan matanya sedikit demi sedikit, meraba perutnya ia terlonjak kaget melihat tangan kekar melingkar kuat diatas perut datarnya. Tak hanya itu, ia bahkan dengan refleks menyentakkan tangan itu dan memojokkan tubuhnya ke ujung kasur.

Hanya dengan bedcover ia menutupi tubuhnya yang polos. Ia memegangi kepala yang terasa sedikit pusing, sekelibat ingatan semalam pun muncul membuat ia berteriak kencang membangungkan Bara. Tepat saat Bara terduduk membuka mata, Rindu melempar guling dengan kuat membuat Bara yang baru saja bangun tidur terjatuh dari kasur hanya karna hal itu.

"Shit. Sakit bodoh!" Bara berteriak pada Rindu dengan mata tajamnya.

"A-ap-apa yang terjadi? Kenapa aku bisa disini? Kenapa kamu dan aku ga pake baju? Kamu siapa? Ini dimana?" Rindu membeo membuat Bara tak ingin mendengarkannya. Ia lebih memilih memunguti semua pakaian yang ia kenakan semalam lalu memakainya tepat didepan Rindu, membuat wanita itu kembali berteriak.

"Berisik!" Bentakan Bara membuat Rindu tiba-tiba kesal dan melempar semua yang terjangkau oleh tangannya pada Bara.

"Dasar cowok mesum! Aku ini anak kecil, jangan di bentak-bentak!" Rindu berbicara dengan nada tinggi membuat Bara tertawa. Bukan karna dia gila, hanya saja kata-kata yang keluar dari mulutnya itu membuat Bara ingin tertawa.

"Anak kecil? Mana ada anak kecil malem-malem mabok, terus nyosor nyosor mulut laki-laki yang dia temui di lorong hotel? Anak kecil? kepala kamu tuh yang kecil. Keperjakaan saya hilang gara-gara kamu." Bara berlalu begitu saja dari kamar tak memperdulikan teriakan Rindu.

Disisi lain Rindu langsung merosot lemas saat Bara sudah hilang dari balik pintu. Ia merutuki kebodohannya semalam. Rindu kesal. Bukan pada Bara, melainkan pada dirinya yang dengan gampang menyerahkan diri pada lelaki asing. Ia merasa dirinya tak ada bedanya dengan jalang.

Rindu berdiri dan memunguti semua pakaian yang ia pakai semalam. Berjalan tertatih menuju kamar mandi merasakan sakit diseluruh tubuh, apalagi dipusat tubuh nya. Ia polos, namun ia tak bodoh jika ia sudah bukan lagi seorang gadis. Ia sudah gagal menjaga diri, saat ini ia hanya berharap tidak akan ada kejadian yang lebih bodoh lagi selain ini.

Usai membersihkan diri, ia keluar dan memunguti semua barang miliknya. Tepat saat mengibaskan bercover, ia melihat bercak merah di atas sprei berwarna cream itu. Sekali lagi, ia merosot benar-benar merutuki dirinya.

Menghela nafas kasar sebelum ia bangkit kembali berdiri dan hendak keluar, ia melihat selembar kartu kecil. Sebuah SIM. Ia mengambilnya lalu melihat dengan jelas nama yang tertera. Barabas Anggara. Ia melihat semua dengan seksama, alamat rumah yang terletak disalah satu perumahan termewah di kota itu dan tangga lahir nya ia menghitung jika umur nya dengan Bara terpaut sekitar 5 tahun. Ia meniduri seorang laki-laki yang mungkin baru lulus kuliah. Tanpa banyak fikir, Rindu memasukkan SIM itu pada dompet nya dan berlalu bergitu saja keluar dari hotel untuk bergegas pulang, sebelum ia memulai jam kerja.

Beruntung nya ia memiliki atasan yang cukup pengertian, saat tadi keluar hotel ia teringat jika ia belum bilang apapun pada atasan nya. Ia mengirim pesan meminta izin dengan alasan jika ia kurang enak badan dan akan datang terlambat, namun atasan nya itu meminta untuk beristirahat saja hingga besok. Baik bukan? Namun ia merasa menyesal karna berbohong demi kenyataan yang tidak baik.

Sampai di tempat kos, ia langsung membaringkan badan nya di atas kasur kapuk yang memang disediakan oleh pemilik kos. Mengambil hp nya dari dalam tas, ia melihat sosial media sebentar sebelum akhir nya ia penasaran dengan sosok seorang Barabas yang telah tidur dengan nya tadi malam. Ia mengetikkan nama lengkap Bara di kolom pencarian, dan beruntungnya akun milik Bara muncul di urutan paling atas pencarian jadi Rindu tidak usah repot-repot menscroll kebawah.

Deg. Hati nya tersentak saat melihat foto Bara yang ternyata ia sudah memilik tunangan sejak 1 minggu yang lalu. Rindu menghitung nya dari tanggal foto pertunangannya yang Bara upload. Entah sudah berapa kali ia merutuki diri nya untuk kecerobohannya tadi malam. Sudah mabuk, menggoda pria, tidur dengan nya dan menyerahkan suka rela mahkota nya, yang paling sial adalah pria itu sudah bertunangan. Rindu benar benar ingin melarikan diri ke planet jupiter rasanya.

Ia tidak tertarik dengan sebuah hubungan, namun bukan berarti ia tidak berharap untuk tidak menikah. Namun seperti nya saat ini ia memiliki prinsip tidak akan menikah seumur hidup. Ia harus menjauh dari Bara, ia tidak mau bertemu dengan pria itu lagi. Ia tidak ingin masalah lebih berat hadir dalam hidup nya karna disebut merebut tunangan orang lain. Merebut? Rindu hanya tidur dengan nya, tidak bisa ditakatakan merebut bukan? Jika itu bisa dikatakan YA , maka diri nya harus pergi dari kota itu saat ini juga. Rindu bangkit dari kembali membersihkan diri. Ia membutuhkan siraman air dingin untuk berfikir jernih. Setelah selesai, Rindu beraktifitas seperti biasa. Makan, beres-beres, tidur.

Keesokan hari nya, Rindu berangkat bekerja sepeti biasa. Ia datang selalu lebih awal untuk membereskan toko. Tepat saat toko dibuka pukul 09:00 oleh rekan kerja nya itu, masuk pelanggan yang membuat Rindu membatu di meja kasir. Bara dengan seorang wanita yang Rindu tau tunangan nya. Berdo'a dalam hati untuk menenangkan hati nya yang berdebar tak karuan, Rindu mencoba memasangan senyum indah senatural mungkin.

"Mbak, bunga krisan putih nya kapan datang ya?" Tanya wanita itu pada Rindu.

"Siangan mba, baru dikirim dari pusat soalnya" Rindu menjawab dengan nada lembut nya dan senyuman manis nya, membuat siapapun yang melihat ikutan tersenyum.

"Kalo aku tunggu lama ga ya?" Tanya wanita itu lagi.

"Biasa nya sekitar 2 jam mba" Rindu menjawab setelah melihat jam dengan memperkirakan waktu pengiriman biasa nya.

"Oke deh, aku tunggu di caffe depan ya mba. Makasih." Wanita itupun berbalik dan menarik Bara yang sejak tadi terdiam namun tatapan tajam tertuju pada Rindu, namun tak ada yang menyadari nya selain diri nya.

"Aku pingin deh punya lesung pipi kaya mba kasir nya, manis banget enak dipandang ga ngebosenin"

"Kamu cantik aja udah cukup buat aku"

"Tapi kalo cantik itu kadang ngebosenin, kalo manis kan engga"

"Aku ga akan bosen sama kamu Clara. Inget tiga bulan lagi kita nikah, jangan mikir yang aneh aneh oke?"

"Oke beib"

Rindu mendengar pembicaraan antar Bara dengan tungannya yang sekarang Rindu tau bernama  Clara, dan mereka akan menikah tiga bulan dari sekarang. Jangan menganggap Rindu sengaja mendengarkan, tapi mereka berbincang sambil berjalan keluar dari toko dan itu tidak hanya terdengar oleh Rindu namun oleh kedua rekan kerja rindu pun terdengar.

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang