"Jangan bersikap kasar pada putri ku brengsek! Nikahi dia sekarang!!" Pinta pria itu yang sungguh tak bisa di tolak.
Rindu diam-diam keluar dari kamar Bara menuruni tangga dengan hati-hati dan memasuki kamar yang ia tempati. Dengan hati berkecamuk ia mengambil barang-barang miliknya yang beruntung belum sempat dibongkar. Ia berjalan keluar kamar dan menatap kelantai atas.
"Clara sudah menolak untuk menikah dengan ku dan sekarang untuk apa aku menikahi Clara?!"
Terdengar jelas teriakan Bara sampai lantai bawah. Salah satu pembantu menatap Rindu sendu yang hanya dibalas senyuman hangat oleh wanita itu. Semua orang menatap Rindu yang berjalan keluar rumah dengan tas serta kopernya.
"Mau saya antar non?" Tanya supir yang tadi menjemput Rindu serta Bara dari rumah sakit.
"Tidak usah pak." Tolak Rindu pelan.
"Tapi sudah malam, biar saya antar."
"Tidak apa. Taxi!" Teriak Rindu saat melihat taxi melewat yang beruntungnya berhenti dan Rindu tersenyum pada supir pribadi Bara sebelum berlalu menuju taxi untuk pergi.
Supir serta pembantu sangat bingung melihat Rindu yang berlalu pergi, saling tatap kini mereka berlari menuju lantai atas dan melihat pertengkaran yang masih belum usai. Pembantu itu menyentuh tangan Safira dan berbisik memberitahu jika Rindu pergi tanpa bisa dicegah.
"Barabas!!" Teriak Safira menghampiri Bara dan menariknya menuju depan lemari memakaikan baju secara acak lalu menarik Bara bergegas keluar kamar.
"Mau dibawa kemana anak brengsek itu?!" Cegah papahnya Clara.
"Yang kau sebut anak brengsek ini anakku!! Dan aku akan menyuruhnya menyusul calon mantu serta cucu saya yang pergi karna melihat sinetron sialan ini!!" Teriak Safira murka sudah tak tahan dengan situasi ini.
"Rindu? Rindu pergi mah? Pergi kemana? Argh sialan!!" Bara berlari menuruni tangga, mengambil kunci mobil dari supirnya dan bergegas mengendarai mobil mencari taxi yang ditumpangi Rindu dengan plat nomor yang diberitahukan oleh supirnya tadi.
Kini Clara duduk disamping papahnya, berhadapan dengan Safira serta Antha yang menatapnya tajam.
"Pokoknya anak anda harus menikahi anak saya!"
"Tidak bisa seperti itu! Anak saya tadi sudah mengaku jika mereka tidak melakukan apapun." Jawab Antha dengan dingin.
"Tapi sudah jelas buktinya tadi kalian lihat sendiri! Pokoknya besok kalian datang kerumah saya untuk menikahkan Barabas dengan Clara! Jangan coba untuk kabur, sekalipun kamu kerahkan seluruh anak buah, jangan lupa anak buahku akan mencegah semuanya." Final papah Clara dan menarik kasar putrinya untuk ia ajak pulang. Yang sebelumnya sudah kembali berpakaian dikamar mandi Bara, dengan hati berkecamuk akan ulah yang ia lakukan menjebak Bara tadi.
"Pah Rindu gimana?" Tanya Safira pada Antha yang hanya dibalas pelukan saja.
Antha sendiri bingung hal apa yang harus ia lakukan saat ini. Ia tau jika Bara berucap itu yang sebenarnya terjadi, apalagi jika sudah dengan emosi yang meluap seperti tadi. Ini salahnya yang tadi meninggalkan Clara, seharusnya ia menunggu wanita itu keluar terlebih dahulu. Sungguh kali ini ia merasa gagal menjaga keluarganya. Rindu? Hanya Rindu dan calon cucu yang kini berada dalam kandungan wanita itu yang Antha pikirkan. Baru saja mereka sukses membawa Rindu, tapi wanita itu sudah pergi lagi dalam waktu sangat singkat.
***
Rindu terduduk dikursi paling belakang bus yang baru saja berjalan menuju kota yang sebelumnya ia tempati. Bukan kembali ke kost tapi ia akan pergi menuju rumah salah satu temannya. Raindra Ethan. Ia mengingat jelas alamat yang disebutkan temannya itu saat mereka saling bertukar kabar siang tadi.
"Maaf ya nak, kalian harus pisah lagi dengan ayah kalian. Tapi ibu janji, kalian akan bahagia tanpa ayah." Ujarnya dalam hati dengan tangan mengusap lembut perut buncitnya itu.
Kali ini kali terakhir ia merelakan sesuatu yang seharus menjadi miliknya untuk orang lain. Ia menegaskan dalam dirinya jika ia akan mencoba menjadi lebih kuat dan tidak akan menjadi lemah.
Ditempat lain, Bara dengan uring-uringan mencari Rindu keseluruh kota. Dari satu tempat ke tempat lain. Bahkan dengan tidak capek nya Bara beberapa kali turun dari mobil dan menyusuri pemukiman warga yang padat penduduk, namun hingga matahari menunjukkan diri ia masih tak menemukan. Barabas Anggara yang keras kepala saat ini kembali, tak henti nya ia mencari keberadaan Rindu meski sudah hampir 12 jam ia berkeliling.
Ia terduduk didepan warung pinggir jalan dan membeli 2 botol air mineral yang langsung habis diteguk tandas. Mengambil hp nya dari dalam saku yang tak henti bergetar, sungguh Bara rasanya ingin melempar hp mahal miliknya itu saat melihat nama 'Clara Nathali' yang tertera dilayar. Tak perduli, Bara mematikan daya hp nya membeli 3 buah roti dan 2 botol air mineral lagi sebelum kembali masuk kedalam mobil menjalankannya mencari keberadaan Rindu. Akal sehatnya masih berjalan, jika ingin terus mencari Rindu setidaknya ia harus terus mengisi perutnya juga yang terasa lapar ditambah rasa mual yang mulai kembali menjalar ditubuhnya.
***
"Rindu!" Panggil Raind saat melihat Rindu berdiri didepan rumah miliknya. "Kapan datang? Masuk dulu, kamu keliatan capek banget." Tanya nya sambil membuka pintu dan menggiring tubuh Rindu masuk.
"Raiinnd..." Panggil Rindu sedikit serak. Emang dasarnya Raind lelaki peka, ia berpindah duduk disamping Rindu dan menarik kedalam pelukannya. "Mas Bara, mas Bara bakal nikah sama mbak Clara." Ujar nya dengan tangan meremas baju yang dikenakan Raindra.
"Sabar Rin." Ujar Raind lembut dengan tangan mengusap pelan surai hitam Rindu.
"Mas Bara tidur bersama dengan mbak Clara. Aku lihat dengan mata kepala sendiri, mer-mer-mereka ti-tidur hiks hiks bersama Raind hiks hiks hiks. Mereka tid-tidak mem-makai baju hiks hiks hiks. Raind mer-- hiks hiks." Rindu terbata dengan air mata yang mulai luruh.
"Sssttt jangan dipikirin ya, sekarang tenang dulu Rindu kasian anak kamu." Raind melonggarkan pelukannya menatap Rindu yang terpejam dengan air mata terus keluar. "Jangan nangis ya, aku bakal bantuin kamu jaga anak kamu. Kamu tinggal disini aja, ini komplek orang-orang nya pada cuek jadi ga akan kenapa-kenapa dan soal biaya aku bisa bantu kamu Rindu. Kalo kamu mau kerja , beresin rumah dan siapin aku makanan tiap hari gimana? Adil bukan?" Lanjutnya dengan senyuman yang sungguh Rindu rindukan.
"Tapi Rai---"
"Ga ada tapi-tapian ya, sekarang istirahat kasian debay nya. Perjalanan jauh buk masa langsung nangis gini? Yang ada juga harus nya langsung istirahat yuk, aku anterin." Raind menarik lembut tangan Rindu untuk bangun dan mengantarnya kesalah satu kamar kosong samping kamar miliknya. "Istirahat dulu aja, beresin barang nya masih bisa nanti." Lanjutnya mengelus pelan puncak kepala Rindu.
"Makasih Raind." Rindu sedikit memberi senyuman manis yang hanya menunjukkan lesung pipinya.
"Ga masalah Rindu, bahkan kalo kamu minta aku buat jadi ayah anak kamu pun aku siap." Balas nya dengan senyuman yang masih bertengger diwajah tampan Raindra.
"Ra---"
"Sekarang istirahat ya, kalo ada apa-apa aku dikamar sebelah. Bye." Sekali lagi ,Raind mengelus pelan puncak kepala Rindu sebelum berjalan keluar menuju kamarnya.
Hilangkan jejak Rindu Eka Rembulan dan jangan sampai ada satu pun yang mengetahu keberadaannya terutama Barabas Anggara. Ucap Raind pada seseorang disebrang sana yang ia hubungi melalui hp pintarnya.
.
.
.
.
.
.Greget ga nih Rindu pergi lagi??? :((
Jangan pura pura ga liat tanda bintang dibawah yaaaa , votenya
Komen juga boleh skuy, bantuin aku kalo ada typo biar aku revisi🌟
👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...