Bara Rindu - 1

131K 4.2K 135
                                    

#mohon bijak yes yang masih dibawah umur, agak kebawah ada yang ga boleh dilakuin ama 17thn kebawah. Kaka cans ini ga bertanggung jawab kalo ada yang kebita, eh astagfirullah.

Happy reading😍

----------------------------------------------------------

Rindu Eka Rembulan. Seorang gadis remaja yang baru saja menyelesaikan ujian nasional tingkat SMA. Saat teman seangkatannya berlomba-lomba memilih perguruan tinggi, ia lebih memilih mencari pekerjaan yang menerima dirinya sebatas lulusan SMA.

Rindu besar di panti asuhan pinggiran kota. Ia tinggal disana sejak bayi, kata ibu panti ia ditaruh didepan pintu panti asuhan dengan tubuh masih berlumur darah. Sudah jelas bukan jika ia anak yang tidak di ingin kan? Namun ia masih hidup dengan baik hingga saat ini karna kasih sayang yang ia terima di panti asuhan.

Ia mulai bekerja sejak satu minggu setelah ujian nasional. Ia melamar ke salah satu toko bunga yang akhirnya diterima bekerja disana. Dengan gaji yang tidak terlalu besar namun bagi Rindu itu cukup untuk membayar uang sewa kost dan biaya hidup ia sendiri. Toh kata pemilik toko pun akan ada kenaikan jika ia bekerja bagus, jadi tak masalah.

3 bulan berlalu dan ia mulai terbiasa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sesekali ia mengunjungi panti asuhan dengan membawakan makanan jika ia mendapat bonus dari tempatnya bekerja. Awalnya ibu panti menolak keinginan Rindu dan meminta untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun dengan kemampuannya yang pas-pasan Rindu sadar diri dan memilih untuk bekerja yang akhirnya mau tak mau ibu panti mengizinkannya.

Rindu memiliki pemikiran yang cukup dewasa dibanding gadis se-usianya. Namun tetap lah, ia hanya gadis remaja yang berusia 17 tahun tanpa sanak saudara dihidupnya. Ia gadis yang polos dan baik hati, gampang sekali untuk membodohinya. Seperti yang terjadi dengannya saat ini.

Della, teman yang sama bekerja di toko bunga namun berada dicabang yang berbeda. Rindu baru mengenal  dan bertemu dengannya kurang dari lima kali. Namun ia sudah di ajak untuk datang menemani Della ke sebuah restoran mewah dalam hotel bintang lima terbaik di kota itu malam minggu ini. Rindu yang polos hanya mengangguk setuju, itung-itung refreshing juga.

Rindu fikir ia akan menemani Della makan saja, namun ia salah. Della mengajaknya untuk bertemu dengan seorang pria dewasa namun terlihat jelas jika ia seorang pengusaha dari jas dan pakaian yang dipakainya.

Rindu hanya diam melanjutkan makannya tanpa berniat ikut dalam pembicaraan antara Della dan pria dewasa itu. Tak lama, Della pamit untuk pergi bersama pria itu dan memberi uang pada Rindu untuk ongkos taksi katanya.

Rindu yang merasa kesal karna ditinggalkan sendirian di restoran dengan meja penuh makanan pula. Tak sadar, ia mengambil makanan secara acak dan menyantapnya lahap bahkan tak sadar ia meminum air dari semua gelas dan botol yang ada dimeja. Meski rasanya tidak enak dan panas ditenggorokan tapi ia bisa menghabiskannya hingga tandas.

Berselang beberapa menit, ia merasakkan pening di kepala. Mengambil tas dan memasukkan uang dari Della kedalam saku celana jeans milik nya. Ia berusaha berjalan dengan normal walau sesekali memegangi kepalanya yang terasa semakin berat. Memasuki lift, tanpa melihat ia menekan angka 10 pada tombol bukan L. Ia berjongkok berharap pening dikepalanya menghilang, namun sial pening itu semakin menjadi.

Ting. Pintu lift terbuka namun yang Rindu lihat hanya pintu-pintu tertutup bukan lobby. Ia berjalan maju, dan matanya melihat seseorang berjalan ke ara nya. Rindu pun merentangkan tangannya tepat saat orang itu akan melewati dirinya tanpa perduli.

Orang itu melirik Rindu dari atas sampai bawah. Tinggi yang hanya sebatas hidungnya, rambut hitam lebat dikuncir kuda, kaos polos berwarna hitam dengan jaket parka berwarna maroon, jeans navy yang sudah memudar, dan jangan lupakan sepatu converse tinggi hitam yang masih bersih pertanda baru.

"Minggir. Saya mau lewat." Orang itu menggeser tubuhnya ke kanan, namun Rindu pun melakukan hal itu.

"Saya mau lewat." Ucapnya lagi berjalan ke sisi kiri, namun lagi-lagi Rindu mengikuti pergerakkannya.

"Kamu mabuk?" Orang itu berucap dengan nada tinggi saat mencium bau beer dari tubuh Rindu. Rindu hanya menatap polos orang itu.

"Saya mabuk?" Bukan menjawab Rindu malah bertanya balik membuat orang itu sedikit sebal.

"Kamu bisa minggir? Saya mau lewat." Orang itu mencoba menurunkan kedua tangan Rindu yang menghalangi namun yang terjadi malah ia mendapat sebuah pelukan erat dari Rindu yang masih menatapnya dengan mata polos.

"Kamu tampan." Rindu mengecup singkat bibir orang itu setelah menyebutnya tampan.

"Kamu gila. Kamu mabuk. Awas dan pergi dari hadapan saya." Ucap orang itu setelah beberapa detik tersadar dari serangan dadakan bibir Rindu.

"No no no. Rindu ga mabuk. Rindu cuma pusing sakit kepala." Ucap Rindu sambil menyenderkan kepalanya di dada Bara.

"Iya kamu itu mabuk. Jadi tolong minggir, saya masih ada urusan penting." Bara mencoba lagi melepaskan pelukan Rindu dari tubuhnya.

Bukan terlepas, yang ada Rindu malah mencium kembali bibir Bara. Yang awalnya hanya sebuah kecupan , berlanjut dengan lumatan-lumatan kecil yang Rindu lakukan. Bara yang laki-laki normal di perlakukan seperti itu oleh Rindu lama kelamaan akal sehatnya pun hilang. Ia membalas ciuman Rindu dengan lumatan-lumatan panas yang membuat Rindu kewalahan namun mengeluarkan erangan desah beberapa kali.

Dengan tidak sabar, Bara melepaskan pangutannya sekali hentak lalu menarik tangan Rindu masuk menuju kamar paling ujung tempat ia meningap selama beberapa hari ini. Bukan Bara, melainkan Rindu yang terlebih dahulu menjatuhkan dirinya dengan suka rela ke atas ranjang tanpa bantuan Bara.

Bara yang sudah diselimuti nafsu pun dengan senang hati menindih tubuh ramping Rindu lalu melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda tadi, ciuman panas mereka berdua. Tangan Bara mulai menggerayami tubuh Rindu yang sialnya diterima dengan baik dari respon yang ditunjukkan tubuh itu.

Bara tak peduli dengan saudaranya yang menunggu ia di restoran, yang terpenting ia harus menuntaskan nafsu yang sudah menggila itu.

Tak perlu banyak waktu, Bara sudah melepaskan semua pakaian yang terpasang ditubuhnya serta Rindu. Sungguh dirinya saat ini sangat sadar berbeda dengan Rindu yang terpengaruh oleh alkohol. Tubuh yang indah. Putih, Ramping, dan bersih harum coklat membuat Bara semakin menggila.

Ia sudah tak bisa berhenti, apapun resiko akan ia tanggung nanti yang terpenting saat ini memuaskan dirinya hingga pagi. Mulai mencium seluruh tubuh Rindu, akhirnya Bara bertemu dengan pusat tubuh yang akan ia pastikan nikmat itu. Sekali hentak, ia merasakan sebuah jambakan yang Rindu lakukan dengan kedua tangannya.

Ia melakukan hal yang sama namun dengan tenaga lebih kuat, hentakan ke dua ia berhasil masuk namun sialnya sangat sesak dan sempit yang Bara rasakan. Ia melihat Rindu yang tadi sempat menjerit kesakitan sedang memejamkan matanya dengan air mata yang keluar dari pelupuk mata. Berdiam sejenak menyesuai kan tubuh mereka masing-masing, Bara terlonjak kaget saat melihat darah mengalir keluar dari pusat tubuh Rindu.

Berhenti? Sudah tanggung di bobol. Lanjut? Dia akan menjadi laki-laki brengsek memerawani anak gadis orang dalam keadaan mabuk. Tapi sudah tanggung kepalang bukan, Bara melanjutkannya dan melakukkan beberapa kali hingga benar-benar berhenti saat pagi datang.

Perjaka gue hilang sama gadis perawan mabuk. Ucap Bara dalam hati sebelum menyusul Rindu yang sudah lebih dulu tertidur disampingnya.

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang