Bara Rindu - 15

43.3K 2.5K 87
                                    

"Wanita mana yang tidak ingin menikah sih bu hehehe, tapi saya ga berpikir untuk menikah apa lagi dengan mas Bara melihat kondisi saya saat ini." Rindu mengangkat sedikit kepalanya menata Safira.

"Kan anak ibu yang buat kamu jadi seperti ini. Mau ya?" Tanya Safira dengan senyum yang Rindu tau jelas dipaksakan dan terlihat sendu.

"Saya pikirkan lagi bu." Ujar Rindu lembut.

Safira menghela nafas kecil, tersenyum dan menyuruh Rindu untuk beristirahat saja untuk saat ini yang dituruti olehnya. Kini Rindu membaringkan badan menutup mata hingga mendengar pintu tertutup pertanda Safira sudah keluar dan meninggalkannya sendiri. Ia kembali membuka mata, mencoba untuk duduk menyenderkan tubuhnya pada bantal. Menikah? Dengan Barabas Anggara? Rindu tidak tau, ia hanya ingin menikah sekali seumur hidup dengan cinta tapi Rindu tau jelas jika Bara hanya mencintai wanita yang menjadi tunangannya dulu, Clara Nathali ia masih ingat jelas namanya saat wanita itu mengajaknya berkenalan ditrotoar setelah mereka menyebrangi jalan.

Drrrtt. Drttt. Drrrttt.

Hp Rindu bergetar pertanda sebuah pesan masuk, langsung saja ia mengambil dan melihat.

Raindra Ethan : Rindu apa kabar? Udah lama ya kekeke, masih ingat sama gue ga? Raindra :)

Raindra? Temannya sejak sekolah dasar hingga lulus SMA, mereka berpisah dan tak saling berkabar karna Raind yang melanjutkan kuliahnya disalah satu kota besar diujung pulau yang juga tempat Rindu untuk kabur menghindari Bara. Rindu membalas pesan Raind hingga mereka saling berkirim pesan cukup lama. Rindu ragu namun ia butuh teman untuk berbagi, akhirnya ia bercerita pada Raind tentang kondisinya saat ini. Raindra langsung menelfon Rindu yang langsung diangkat oleh wanita, menceritakan semuanya yanng tak bisa diungkapkan dengan kata-kata lewat pesan membuat Raindra cukup merasakan apa yang Rindu rasakan.

"Kemari Rindu, biar gue yang bertanggung jawab. Kalo memang pria itu masih mencintai tunangannya lepasin jangan dipaksa, yang ada nanti lo yang sakit."

"Aku ga mau Raind, aku cerita untuk meringankan beban dan mencari solusi bukan meminta kamu yang bertanggung jawab atas kehamilan aku."

"Ya ya ya , Lo tau gue dimana kan kalo butuh gue? Gue akan selalu ada buat lo Rindu."

"Makasih Raind, aku istirahat dulu. Dah." Rindu mematikan telfonnya dan melihat layar hp, cukup lama ia saling bertukar cerita dengan Raind. Ia terkekeh mengingat Raindra yang masih sama, ya masih sama. Masih mengharapkan Rindu yang hanya menganggapnya sahabat. Rindu membaringkan dirinya memejamkan mata menjemput mimpi.

***

Tok.tok.tok.

Seorang wanita cantik mengetuk pintu tiga kali dan langsung membuka berjalan masuk membuat salah satu pembantu yang akan membuka pintu terhenti menatap wanita itu.

"Barabas mana?" Tanyanya dingin.

"Den Ba--"

"Kembali ke dapur bi." Potong Antha yang dituruti oleh pembantu itu. "Ada perlu apa kamu kesini?" Tanyanya langsung.

"Clara mau ketemu Bara, ada hal yang harus kita bicarakan." Jawabnya dengan senyuman.

"Hal apa yang ingin kamu bicarakan dengan anak saya?" Tanyanya lagi dengan sedikit tajam.

"Clara mau minta maaf ayah, kemarin Clara emosi saat memutuskan semua pertunangan ini dengan Bara. Cla--"

"Dan kini kamu menyesal?" Potong Antha membuat Clara terdiam menatap Antha. "Lebih baik kamu pulang, hubungan kamu dengan Bara sudah berakhir Clara dan jangan ganggu anak saya lagi." Lanjut Antha dan membalik badan berjalan memasuki ruang kerjanya, meninggalkan Clara sendiri yang terdiam kesal.

Tepat pintu ruang kerja Antha tertutup, Clara berlari menaiki tangga menuju kamar Bara. Membukanya dengan kencang lalu masuk serta menutup pintu perlahan, Clara dapat melihat Bara yang tertidur pulas diatas kasur dengan wajah pucat. Dengan langkah pelan ia menghampiri Bara, menaiki kasur dan merebahkan diri disamping Bara. Cuma Bara yang Clara butuh saat ini.

"Bar maaf." Ucap Clara lirih dan membuka bajunya serta baju Bara dengan pelan, melemparnya asal lalu memposisikan lengan Bara memeluk tubuhnya posesif.

Hanya ini cara yang ia fikirkan sekarang. Hanya ini cara yang menurutnya akan menyelamatkan ia dari musibah. Dan hanya ini cara agar ia tidak sendiri tersiksa.

***

18.58, Rindu sedang berada didapur dengan Safira menyiapkan makan malam. Antha serta Candara diruang tv menonton berita sore hari. Melupakan Bara yang masih tertidur diatas kamar dalam bahaya.

Brak. Pintu utama terbuka kencang oleh beberapa pria berbaju hitam dan berbadan kekar, lalu berjalan seorang pria paruh baya seumuran Antha berjalan menghampiri Antha dan Candara yang sudah berdiri menatap tajam.

"Dimana Clara!" Pria itu bertanya dengan nada perintah.

"Tidak tau." Jawab Antha datar.

"Anak buah ku bilang dia tadi kesini!"

"Tapi saya sudah memintanya pergi dari sini." Oke Antha mencoba mengatur emosinya.

"Omong kosong!" Pria paruh baya itu berjalan tergesa melewati Antha serta Candara membuka satu persatu kamar dilantai 1 namun tidak menemukan apa yang dicari. Ia berjalan kelantai 2 yang jelas kini diikuti oleh Ayah dan anak pemilik rumah yang tak sadar jika Safira dan Rindu mengikuti mereka juga dari belakang.

"Clara!!" Teriak Pria paruh baya itu saat membuka pintu kamar Bara dengan kencang dan melihat baju berserakan serta anaknya berpeluk mesra secara intim dengan Bara.

Antha, Safira, Candara serta Rindu terdiam tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Bara dengan Clara, berduaan dikamar. Baju berserakan. Tubuh bagian atas terlihat jelas terekspos meski tertutupi selimut. Dengan posisi saling berpelukan, sangat intim. Jangan lupakan, bercak merah dileher Bara serta Clara yang sangat terlihat jelas. Mereka bukan manusia bodoh, mereka sudah dewasa dan tau hal apa yang terjadi dengan Bara. Walau tersembunyi hal yang sebenarnya terjadi itu seperti apa.

Bara terbangun dari tidurnya saat mendengar suara teriakan dari papahnya Clara. Mengucek matanya pelan namun yang dapati malah sebuah tonjokan diwajah membuat dirinya yang belum sepenuhnya sadar terjatuh kelantai menimbulkan pekikan dari Safira serta Rindu.

"Dasar Brengsek! Berani-beraninya niduri anak saya! Cowok bajingan! Semua wanita kau tiduri!" Ucap papah Clara dengan tak henti menghajar Bara.

"STOP!!!" Bara dengan sekuat tenaga mendorong pria itu dan terbangun dengan tertatih menatap sekeliling. Ia melihat jelas bajunya berserakan dilantai, Clara diatas kasurnya yang terduduk dengan selimut menutupi tubuh, keluarganya yang berdiri dekat pintu dengan raut kecewa, sedangkan Rindu menatapnya datar dengan raut wajah sulit diartikan. Bara bertolak pinggang namun ia tersadar jika dirinya hanya memakai celana dalam saja membuat memekik kaget. "Siapa yang membuat aku bertelanjang?!" Teriaknya mendapat sebuah pukulan dari papahnya Clara.

"Jangan bodoh! Kau sudah meniduri anak saya! Sekarang kau nikahi dia!" Ucapnya sambil menarik telinga Bara yang langsung ditepis kasar.

"Saya ga meniduri Clara!" Tolak Bara yang kini menatap Clara. "Apa yang kamu lakuin Clara? Kenapa bisa kaya gini? Jawab aku! Aku tau kamu ga mungkin ngelakuin ini dan kamu tau aku ga mungkin ngelakuin ini ke kamu, jawab aku Clara? Jawab!"

"Bara--"

"Tadi aku tertidur dengan pulas sehabis minum obat dan aku ga tau kamu ada disini, jawab aku Clara ada apa?!"

"T-tta-tapi kamu memang melakukan itu dengan ku Bara. Aku berniat menjenguk kamu, tapi kamu mal--"

"Omong kosong! Jawab dengan jujur Clara!" Bara mencengkram kuat pundak wanita itu.

"Jangan bersikap kasar pada putri ku brengsek! Nikahi dia sekarang!!" Pinta pria itu yang sungguh tak bisa di tolak.

.
.
.
.
.
.

Greget ga sih? Greget dong ayok greget maksa nih ;((

Jangan suka pura-pura ga liat si bintang dibawah ini yuc 🌟
Vote nya vote nya

👇👇👇

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang